The Strong Girl, gambar dari sini
Baru-baru ini sahabat suami meninggal dunia. Dia meninggal di usia muda, 37 tahun. Meninggalkan seorang istri dan anak berumur 2 bulan. Sang sahabat bergaya hidup sehat, tidak merokok, suka minum air putih, dan selalu ceria. Bahkan di hari-hari terakhir hidupnya, saat dia terdiagnosis kanker, dia masih selalu bercanda dan tampak bahagia. Kematian memang suatu hal yang pasti, dan waktunya benar-benar tidak bisa kita prediksi. Campur aduk perasaan saya setiap kali melihat istri dan bayi cantiknya..
Seorang sahabat yang lain juga mendapat musibah. Saat suaminya mengajukan talak, dan kemudian beristri lagi tidak lama setelah mereka bercerai. Perselingkuhan? Saya hanya merasa bahwa lembaga perkawinan kurang dihargai dalam kasus mereka. Si istri kemudian terpaksa pergi dari rumah dengan membawa harta seadanya, anak-anak, dan hati yang hancur.
Sad stories. Yang saya pikirkan adalah, bagaimana perasaan saya jika saya yang berada di tempat mereka. Pasti hati hancur ... it’s a BIG loss. Kedua sahabat saya ini harus meninggalkan rumah (karena kebetulan kami tinggal di rumah milik perusahaan, if something happened to the breadmaker, the others have to leave the house), meninggalkan/ditinggalkan pasangan, dan meninggalkan lingkungan tempat hidup selama ini. Belum lagi jika mereka ibu rumah tangga biasa, kehilangan itu juga berarti kehilangan atau berkurangnya penghasilan. Sementara ada anak-anak yang harus dibiayai, hiks:(.
Dari dua kasus itu yang terngiang-ngiang adalah *dumdummm* Girls have to be strong. Yeaaah...women need, must, have to be STRONG. Bayangkan, saat dunia jungkir balik pun seorang ibu akan selalu menyelamatkan anaknya. Seorang wanita perlu kuat, agar dapat menyelamatkan dirinya dan orang-orang yang disayanginya.
Soal perasaan, mah, nggak perlu ditanya. Pasti hancur lebur. Ditinggal seseorang terkasih akan membuat luka besar di hati. Tapi yang sudah terjadi adalah ketentuan Allah yang musti diterima. Saya sendiri tidak yakin sanggup menghadapi dua kasus menyedihkan di atas. Tapi saya tidak akan menulis soal perasaan di sini, yang ingin saya bahas adalah masalah lain yang menyusul segera, yaitu masalah finansial.
Untuk yang pada kerja atau punya penghasilan sendiri, you are a lucky girl. In this case, saya yakin bahwa adanya penghasilan tetap akan memberikan (tambahan) rasa aman. Uang memang bukan segalanya, tapi saat sesuatu yang buruk terjadi (Naudzubillah ... semoga Allah selalu melindungi), adanya keamanan dari segi finansial bisa mengurangi masalah. Paling tidak untuk biaya rutin sehari-hari bakal ada, kan. Dapur masih bisa mengepul, uang sekolah anak bisa rutin terbayar.
Nah, bagaimana dengan ibu rumah tangga alias full time mother? Saya bayangkan beberapa sahabat yang murni ibu rumah tangga. Tidak bekerja, tidak berbisnis, tidak suka mempelajari investasi dan masalah keuangan lainnya, tidak mengerti asuransi, bahkan sebagian ada yang tidak tahu jumlah aset dan hutang yang dimiliki bersama suaminya. Apa yang akan terjadi pada mereka jika hal seperti ini terjadi?
Tidak ada seorang pun yang menginginkan hal buruk terjadi. But it happened all the time. Sekarang asuransi jiwa mulai populer. Dalam kasus kematian, keluarga yang ditinggalkan akan mendapat sejumlah Uang Pertanggungan untuk biaya hidup yang (mudah-mudahan) bisa digunakan untuk bekal hingga anak-anak dewasa dan mandiri nanti. Tapi dalam kasus perceraian, atau poligami? Mungkin ada harta gono-gini, tapi pembagiannya pasti tergantung dari kesepakatan. Namun ada pihak lain, yaitu si pihak ketiga. Apa dia rela berbagi?
Para bapak ... mohon disimak, ya, selingkuh/poligami itu akan menghancurkan banyak hati dan meremuk-redamkan banyak mimpi indah. Percaya, deh.
Come on girls, you need to be stronger! Sebenarnya saya hanya mengingatkan diri sendiri, agar jangan sampai terlena. Sebagai ibu rumah tangga saya harus kuat, bisa menjaga diri dan keluarga saya, termasuk dalam sisi finansial. Kita memang tidak mengharapkan hal yang buruk terjadi (ketok meja 3 kali). Tapi, apapun yang kita hadapi di depan, akan lebih mudah melewatinya saat kita memiliki kekuatan dan pengetahuan.
Prepare your weapons! Girl's power yang utama adalah tentu saja: ILMU. Sebagai wanita, kita perlu memperkuat diri dengan ilmu finansial. Tidak perlu jadi ahli membaca Laporan Keuangan Perusahaan, tidak harus jeli bertransaksi di bursa saham, what you really need is basic financial literacy.
Financial literacy adalah kemampuan untuk memahami bagaimana uang bekerja, bagaimana seseorang mendapatkannya, mengatur, membelanjakan, menginvestasikannya (agar bertambah) hingga menyumbangkannya untuk membantu orang lain. Seseorang dengan financial literacy yang baik akan memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup, yang dibutuhkannya untuk bisa mengambil keputusan dengan matang, terencana dan efektif terhadap bagaimana dia memperlakukan sumber daya finansialnya (termasuk uang).
Sayangnya, di Indonesia tidak semua orang nyaman mendiskusikan masalah finansial. Kebanyakan dari kita dengan nyaman bisa bertanya kepada orang asing tentang agama, suku dan pekerjaan mereka. Beberapa tidak sungkan berkomentar 'Kapan menikah?' atau 'Berapa umurmu?' ataupun pertanyaan yang cukup sensitif lainnya. Tetapi di banyak komunitas, masalah uang malah tabu dibicarakan.
Padahal salah satu cara meningkatkan financial literacy adalah dengan berdiskusi dengan orang lain. Obrolan ringan tentang hutang kartu kredit dengan seorang sahabat, misalnya, bisa menyadarkan kita betapa tinggi sebenarnya bunga yang kita bayarkan untuk membiayai kebutuhan konsumtif. Curhat seorang rekan membuka wawasan tentang kompleksnya masalah pembagian warisan. Ceramah ustad di mesjid setiap bulan Ramadhan tentang zakat semestinya mengingatkan kita untuk selalu melakukan cek kondisi finansial. Masalah uang selalu ada dalam hampir setiap aspek kehidupan manusia modern saat ini. Dan, seperti halnya berhitung, membaca dan berkomunikasi, saya yakin bahwa pengetahuan finansial yang baik merupakan salah satu life skill yang perlu dipelajari.
Sebagai seorang wanita, apa saja, sih, sebenarnya yang sangat perlu kita ketahui tentang uang?
Yang pertama tentu pemahaman bahwa uang (halal) itu didapat dengan kerja keras, dan jauh lebih mudah untuk membelanjakannya dibandingkan saat mendapatkannya. Pemahaman tersebut akan memunculkan hal dasar lainnya yaitu bahwa pendapatan HARUS lebih besar dari pengeluaran. Jangan sampai besar pasak dari pada tiang.
Itu, mah, sudah tahu, atuh, ya :). Saya yakin sebagian besar dari kita sudah menyadari hal itu. Saya ingin sharing beberapa hal lain that a girl needs to know;)
1. Peta Finansial
Apa Anda tahu peta pendapatan dan pengeluaran anda selama ini? Apa Anda tahu di mana tersimpan uang yang dihasilkan bertahun-tahun? Ada sesuatu yang bernama 'net worth' atau kekayaan bersih yang merupakan nilai dari seluruh aset dikurangi utang Anda. Sebagai seorang yang dewasa dan bertanggung jawab, Anda harus mengetahui semua aset dan utang yang Anda (juga suami miliki).
Petakan uang Anda. Temukan berapa sebenarnya pendapatan dan pengeluaran bulanan maupun tahunan anda (cash flow). Analisis, berapa sebenarnya yang anda belanjakan untuk membayar hutang, tabungan/investasi, biaya pendidikan maupun biaya gaya hidup alias life style. Dengan informasi tersebut anda akan mendapatkan peta finansial anda dan keluarga. Seperti halnya kita memerlukan peta untuk perjalanan lintas Sumatera saat mudik atau berlibur ke tempat baru, kita juga memerlukan peta finansial untuk tahu bagaimana mencapai tujuan-tujuan finansial di masa depan (misal: biaya kuliah anak, rumah baru, naik haji dll).
2. Perlindungan
Beruntunglah kita berada di dalam masyarakat yang selalu optimis. Ya, berdasarkan Happy Planet Index tingkat kebahagiaan rakyat Indonesia jauh di atas Singapura yang lebih makmur dan tertib. Kebahagiaan dan optimisme masyarakat kita bisa dikenali dengan beberapa 'term' terkenal seperti "Untung saja ...", "Ngapain, sih, mikir yang susah-susah..", dan "Rezeki, mah, nanti ada saja..".
Bagaimana jika nanti 'rezeki' yang ditunggu itu tidak ada, atau tidak cukup? Bagaimana jika sebenarnya 'rezeki' itu telah diberikan saat ini, dan tugas kita mengaturnya hingga masa depan? Bagaimana jika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan di depan mata? Sudahkah kita menyiapkan bekal?
Siapkan bekal cadangan anda.
3. Investasi
Dalam istilah finansial, investasi adalah aset yang dibeli saat ini dengan harapan bisa memberikan pendapatan di masa depan, atau dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi kelak. Investasi kita perlukan untuk menghadapi inflasi, yaitu kenaikan harga barang yang menyebabkan berkurangnya nilai uang. Inflasi 10% per tahun artinya sebungkus nasi padang yang hari ini kita beli seharga Rp15.000 akan naik menjadi Rp16.500 tahun depan. Tanpa investasi, jumlah uang yang kita miliki mungkin tetap, tapi jumlah/kualitas yang bisa dibeli dengan uang tersebut akan berkurang.
'Beli semurah mungkin, jual semahal mungkin' itu yang sering kita dengar. Benarkah? Pada kenyataannya setiap investasi selalu ADA risikonya. Beli semurah mungkin, tapi belum tentu bisa dijual mahal. Beli semurah mungkin, jangan-jangan yang dibeli sebenarnya tidak ada nilainya? Saya prihatin dengan maraknya berita investasi bodong di Indonesia. Please girls, please be wiser. Setiap investasi ada risikonya. Makin besar keuntungan yang ditawarkan seseorang/suatu produk, makin besar juga potensi kerugian yang akan harus berani kita tanggung.
Pada banyak keluarga, keputusan investasi terbesar ada di tangan suami. Tetapi jika keputusan itu salah, maka kesalahan itu akan ditanggung oleh seluruh keluarga. That's why you need to be smarter my dear friends. Ingatlah bahwa uang kita dalam bentuk tabungan dan deposito di bank (legal) ditanggung pemerintah (hingga jumlah tertentu). Dan rate bunganya hanya sekitar 2-4%! Jadi jika ada tawaran investasi yang menggiurkan, pastikan bahwa itu legal, aman, menguntungkan secara wajar dan bertanggung jawab. Jangan lupa pertimbangkan juga risikonya.
4. Pensiun
Berapa usia Anda saat ini? Berapa usia pensiun anda nanti? Usia harapan hidup rata-rata penduduk Indonesia menurut CIA World Factbook 2011 adalah 70-72,5 tahun. Beberapa kerabat saya hidup hingga usia lebih dari 80 tahun! Artinya, jika Anda/pasangan pensiun saat usia 55 tahun, dapatkah uang pensiun yang dikumpulkan selama bekerja mampu menghidupi hingga 15 sampai 30 tahun ke depan?
Dengan kondisi finansial saat ini, sudah siapkah Anda menghadapi pensiun dengan tetap mempertahankan gaya hidup sekarang? Dengan perencanaan yang tepat sejak usia muda, semoga kita kelak menjadi pensiunan mandiri yang dapat hidup nyaman dan bahagia.
Waris juga salah satu hal yang 'tabu' dibicarakan masyarakat kita. Padahal, hak dan kewajiban waris melekat pada diri kita, baik sebagai anak, orangtua, istri/suami dan saudara. Hukum Waris di Indonesia cukup rumit karena adanya beberapa hukum waris adat yang berbeda, hukum waris agama maupun waris secara negara.
Kasus waris adalah salah satu kasus perdata yang sering maju ke pengadilan. Perselisihan masalah waris bisa menghancurkan hubungan persaudaraan hingga orang tua dan anak. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui, di hukum waris yang mana diri kita berada, apa saja hak-hak dan kewajiban kita sebagai ahli waris maupun (calon) pewaris kelak. Apalagi seorang wanita/istri/ibu memiliki posisi yang unik dalam hukum waris.
So girls, be more financially literate. Prepare your weapons, and be strong. And live a beautiful life :).