Salah satu hal penting yang ingin saya pupuk dari Aluf sejak dini adalah rasa percaya diri. Saya sangat sering melihat berbagai masalah yang sangat beragam, mulai dari yang konyol sampai yang destruktif, yang saya percayai akarnya adalah dari kurangnya rasa percaya diri. Tentunya saya tidak ingin anak saya jadi super kepedean, karena itu nggak asik juga, tapi target saya untuk Aluf adalah ia mempunyai rasa percaya diri yang sehat, sehingga ia bisa melakukan apapun dengan pikiran positif dan tidak gampang "ditaklukkan" orang :)
Sayangnya, di sekeliling kita banyak sekali orang yang dengan mudah melemparkan komentar yang sebenarnya pelan-pelan bisa menghancurkan rasa percaya diri anak - terutama yang berhubungan dengan kondisi fisik. Memang, sih, nggak semua komentar itu niatnya jelek, tapi nggak sedikit juga yang sebenernya adalah komentar iseng saja, karena buat budaya kita, mengomentari penampilan fisik itu hal yang biasa. Saking biasanya, banyak anak yang mendapat julukan berdasarkan kondisi fisiknya, misalnya "Si Ndut" untuk anak yang tubuhnya besar, atau "Keling" untuk anak yang kulitnya gelap.
Saya sendiri juga termasuk "korban" olok-olokan fisik sewaktu kecil yang dilakukan oleh kakak, adik, bahkan ibu saya sendiri! Dulu saya sering dijuluki "Si Dower" karena bibir saya yang cukup tebal. Hal ini sempet bikin saya minder, lho, sewaktu kecil sampai remaja. Untungnya, sih, julukan ini lama kelamaan menghilang dan sekarang saya malah bangga punya bibir dower - malah sering saya tonjolkan dengan memakai lipstik fuchsia atau merah :D Itu cuma salah satu dari sekian banyak julukan fisik lainnya yang saya terima saat saya kecil.
Salahkah? Mungkin bagaimana komentar atau julukan tersebut berdampak kepada rasa percaya diri anak, tergantung kepribadian anak tersebut. Kalau saya dulu waktu kecil memang "ambekan" alias super sensitif, jadi ketika terus-terusan diolok-olok, saya jadi sedih dan minder. Banyak juga sih anak yang "bebal" dan cuek aja ketika menerima komentar seperti itu. Tapi terlepas dari hal tersebut, apa, sih, manfaatnya menggoda anak-anak dengan menggunakan bentuk fisik mereka?
Saya sadar bahwa dunia ini tidak sempurna dan kenyataannya manusia memang banyak dinilai lewat bentuk fisiknya. Namun di keluarga saya sendiri, khususnya Aluf, saya berusaha untuk tidak membuat rasa percaya dirinya bertumpu pada kondisi fisik semata. Tampil rapi, menarik dan enak dilihat memang penting - tapi itu adalah skill yang bisa dipelajari. Bentuk fisik seperti hidung besar atau rambut tipis? Itu, sih, pemberian Tuhan yang nggak bisa diapa-apain lagi.
Someone who laughs this freely should not start to worry about her looks :)
Berikut adalah beberapa contoh komentar yang sering dilemparkan orang ke Aluf dan berusaha keras saya hindari:
Kalimat ini, walaupun dimaksud sebagai pujian, menurut saya menanamkan ide bahwa memiliki kulit hitam itu sebenarnya adalah hal yang negatif. Ya memang kulit anak saya gelap dan sudah tidak terhitung banyaknya orang yang berkomentar, "Anakmu, kok, hitam, sih, Fi, nggak putih kayak kamu?" Tapi terus kenapa? Buat saya pemahaman bahwa perempuan cantik haruslah berkulit putih sudah usang. Nggak percaya? Main, deh, ke forum Female Daily, di mana banyak perempuan stunning dengan berbagai warna kulit :)
Pernah suatu hari Aluf bilang ke saya bahwa dia ingin meluruskan rambut supaya sama seperti temannya, dan hati saya pun seperti teriris (agak lebay). Rambut keriting ini juga sesuatu yang ia miliki yang sangat berbeda dari saya, yang rambutnya lurus dan "jatuh", sehingga sering sekali menuai komentar. Memang, sih, banyak yang gemas dengan rambut keriting Aluf yang tebal dan panjang, tapi karena terlalu sering dikasih komentar, akhirnya dia gerah juga sehingga muncul juga rasa ingin punya rambut lurus.
Ini yang paling bikin serba salah. Pertama, saya nggak suka banget bahwa anak kecil yang masih "bersih" sudah dikasih berbagai pemikiran misleading tentang berat badan yang bisa membuat mereka berpikir bahwa mereka harus mencapai bentuk badan tertentu untuk bisa diterima. Kedua, pesan misleading ini juga tidak konsisten. Waktu kecil mereka kebanyakan ditanamkan bahwa kurus itu tidak sehat dan anak bertumbuh gendut terlihat lebih lucu, menjelang remaja, mereka malah dituntut untuk berbadan langsing! Menurut saya yang penting itu mengajarkan anak memilih makanan yang baik untuk kesehatannya, bukan untuk berat badannya :). Daripada mengatakan "Aluf, jangan makan permen terus, nanti gendut!" saya lebih memilih mengatakan "Sesekali boleh makan permen, tapi jangan terlalu banyak, ya, Luf. Permen itu banyak gulanya dan nggak bagus buat badan Aluf."
Selain mencoba "menangkis" komentar dari luar, I also try to lead by example. Saya menghindari berkomentar tentang fisik orang lain di depan Aluf. Jadi daripada bertanya "Teman kamu yang namanya Ali yang mana, sih? Yang badannya pendek itu?" saya mencoba mencari atribut lain, seperti "Teman kamu yang namanya Ali yang mana sih? Yang papanya dokter, ya?" Hal ini saya lakukan supaya ia tidak terbiasa terfokus dengan bentuk fisik seseorang dan mudah-mudahan tidak mudah mengolok-olok orang lain.
Dan saya juga anti mengeluhkan tentang fisik saya, misalnya berat badan atau bad hair day, di depan dia. Bukan berarti saya tidak pernah tidak PD soal penampilan, tetapi selama ini saya cukup bisa bersyukur, kok, dikasih Tuhan fisik yang lengkap dan sehat.
Hopefully all this effort can make my little girl grow up knowing that her self worth does not depend on her looks only :)
Kalau Mommies sendiri gimana? Adakah cara jitu untuk menangkis komentar-komentar nyebelin seputar kondisi fisik anak?