Cegah ISK Pada Anak

Health & Nutrition

irasistible・13 Sep 2012

detail-thumb

Beberapa waktu lalu, Nadira berkali-kali terlihat tidak nyaman dengan celana atau rok yang ia kenakan. Sekali-kali ia menggaruk bagian intimnya. Awalnya saya menyangka itu karena celana dalamnya “nyelip” sehingga membuatnya risih. Tapi setiap saya tanya, jawabannya, “Gatal, Bu.”

Kemudian saya menemui sedikit cairan di celana dalamnya. Langsung dong saya mencari sebab dan pengobatannya di situs pencari (tipikal ibu-ibu masa kini banget ya, kiblatnya Google :D). Selain itu, saya juga membuat janji dengan DSA langganan Nadira. Buat saya, nggak afdol rasanya kalau hanya “berobat” ke Google. Lah saya, kan, nggak pernah sekolah kedokteran, jadi harus bertanya ke ahlinya, bukan?

Anyway, setelah diperiksa, sang DSA langsung meminta Nadira untuk menjalani tes urin. Pasalnya, anak perempuannya yang berusia 1 tahun lebih tua dari Nadira baru saja mengalami kejadian serupa. Bahkan setelah diperiksa urin dua kali, sang anak terpaksa harus diopname karena didiagnosa menderita infeksi saluran kemih.

“Buat anak-anak seusia Nadira dan anak saya yang baru lepas diapers dan belajar toilet training itu memang lumrah, Bu. Apalagi kalau dia sudah sekolah, dan belajar membasuh sendiri. Biasanya proses cebok nggak bersih, jadi bakterinya menumpuk di organ intim,” begitu kata Pak Dokter yang kebetulan pernah di-feature di Mommies Daily. Selain untuk anak-anak, ISK juga dikenal sebagai penyakitnya para pengantin baru :D

Keterangan dokter sesuai dengan informasi yang saya dapatkan di Mbah Google. Dikatakan, keputihan atau gatal-gatal bisa jadi indikasi adanya ISK pada anak. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat harus dilakukan tes urine terlebih dahulu.

Untuk melakukan tes urin pada anak itu memang tidak mudah. Banyak anak yang begitu diminta pipis di botol, ia justru lebih tertarik dengan botolnya ketimbang pipis di situ. Ini pun terjadi pada Nadira. Sekitar dua jam ia menolak pipis sampai saya menyogoknya dengan susu dan jus. Hihihi.

Setelah hasil tes urin selesai sepekan kemudian, Alhamdulillah, Nadira tidak menderita ISK. Namun DSA tetap menyarankan agar saya melanjutkan cara-cara pencegahan ISK maupun keputihan pada anak.

Pertama-tama, cuci tangan Anda sebelum membasuh kelamin anak. Kondisi tangan yang kotor saat membasuh kelamin anak akan berpotensi menularkan bakteri pada organ intimnya. Kalau anak tengah belajar membasuh kelamin, biarkan ia lakukan sendiri. Tapi setelah itu, periksa dengan seksama apakah hasilnya bersih atau tidak.

Kedua, basuh dengan seksama, jangan asal-asalan.

Ketiga, lap dengan handuk atau tisu agar kondisi organ intim anak tetap kering dan tidak lembab.

Keempat, minimal sekali sehari, cuci organ intim anak dengan sabun bayi atau vaginal wash. Jika anak habis buang air di toilet umum, sesampainya di rumah, langsung cuci organ intimnya dengan sabun atau vaginal wash agar mencegah penyebaran bakteri yang ada di toilet umum.

Hingga saat ini, saya masih terus melanjutkan cara-cara tersebut pada Nadira. Kepada para nenek dan pengasuhnya, saya juga meminta mereka melakukan hal tersebut. Maklum, untuk anak perempuan, urusan organ intim memang lebih merepotkan dibanding anak laki-laki. Karena itu saya berpedoman, lebih mencegah daripada mengobati.