Waktu kecil, nasib saya dan adik saya cukup menyedihkan. Meski papa dan mama kami berambut cukup tebal, kami berdua justru botak. Rambut yang tumbuh tipis, nyaris tidak ada. Padahal, saat bayi kami dicukur hingga plontos, sesuai kepercayaan keluarga kami.
Mama saya pun panik. Masa punya anak cewek dua orang, nggak ada yang berambut tebal? Begitu pikirnya. Apalagi ia percaya diri dengan faktor genetik keluarga kami, rasanya mustahil kalau kami berdua nyaris tidak berambut begini.
Apa daya, kenyataannya memang begitu. Kasian, deh, mama saya. Ambisinya mendandani anak-anak perempuannya dengan kunciran, kepang dan aksesori rambut terpaksa diredam. Saya juga sedih karena saya nggak bisa tampil cantik nan imut seperti teman-teman sebaya. Waktu TK, saya memaksa mama menguncir rambut dengan pita. Alhasil, kuncirannya lemas sekali, karena lebih besar pita daripada rambutnya. Hahaha.
*Saya dan adik saya, botak kan, waktu masih kecil? :D
Untung mama saya nggak habis ide. Ia rajin bertanya ke sana kemari mengenai berbagai ramuan tradisional untuk menebalkan rambut. Berikut saya tuliskan di antaranya ya:
Caranya gampang sekali. Ambil lidah buaya, lalu potong-potong dan belah. Oleskan lendirnya ke kulit kepala dan rambut. Jika mau menanam lidah buaya sendiri juga amat mudah, lho. Tanpa disiram atau dipupuk, lida buaya bisa berkembang biak sendiri dengan subur.
Caranya kira-kira kemiri digongseng/disangrai hingga keluar minyak kehitaman. Minyak inilah yang dioleskan ke kulit kepala hingga merata. Baunya, nggak nahan, bau banget! Tapi based on personal experience (both me and my daughter) sukses pakai ini, lho. O, ya, buat yang malas membuat minyak kemiri sendiri, sekarang banyak dijual minyak kemiri asli di beberapa toko anak.
Caranya juga mudah. Seledri dicampur dengan sedikit air, lalu diremas-remas hingga keluar getah/airnya. Oleskan getah/air seledri itu ke kulit kepala.
Seduh daun teh kemudian diamkan semalaman di halaman hingga berembun. Keesokan harinya, oleskan ramuan ini ke kulit kepala.
Caranya mirip dengan seledri. Nah, yang jadi PR adaah mencari urang-aringnya. Di tempat mama saya, sih, urang-aring biasanya ditemukan di pinggir selokan, tumbuh bersama rumput. Jadi saya pun agak bingung, bias ditanam di pot nggak, ya, kira-kira?
Yang diambil mama saya adalah santan kentalnya. Jadi, ya, gitu, deh, baunya nggak nahan, hehehe. Sementara minyak kelapa yang dimaksud adalah perasan kelapa yang dimasak hingga menegluarkan minyak kental. Teman masa kecil saya selalu diolesi ramuan ini oleh ibunya dan benar, hingga sekarang rambutnya hitam legam bak mayang terurai.
Semua metode di atas digunakan mama saya untuk merawat rambut saya dan adik. Kebayang, deh, waktu kecil, saat anak-anak lain wangi minyak telon, hair lotion dan sabun bayi, saya dan adik saya wangi minyak kemiri, minyak kelapa dan sebagainya itu. Hahaha.
Tapi kami nggak menyesal, sih. Saat masuk SD, rambut saya dan adik saya tumbuh dengan tebal. Bahkan sekarang hasilnya bisa dibilang, super tebal kali, ya. Makanya banyak tetangga atau saudara yang kenal kami semasa kecil terkaget-kaget setelah melihat kami bertahun-tahun kemudian. Tak sedikit yang menyangka mama saya memakaikan wig pada saya dan adik saya. Zzzz .…
*Rambut saya dan Nadira sekarang, sudah sama-sama tebal, lho :)
Memang, sih, kalangan medis masih belum setuju 100 persen apakah perawatan tradisional seperti yang disebutkan di atas benar-benar bisa membantu menebalkan rambut atau tidak. Namun melihat maraknya penggunaan ramuan tradisional dalam berbagai perawatan rambut modern (bahkan beberapa produk sampo dan hair lotion bayi juga memasukkan ramuan tradisional, lho) saya rasa sih harusnya memang berfungsi, ya. Setidaknya, tak ada salahnya untuk dicoba, bukan?