banner-detik
LABOR & DELIVERY

Kapan Harus Operasi Cesar?

author

nenglita27 Jun 2012

Kapan Harus Operasi Cesar?

Ketika usia kehamilan saya 7 bulan, obgyn mengatakan bahwa bayi saya terlilit tali pusat, posisinya juga masih miring, tidak mengarah ke jalan lahir. Terapi sujud, seperti yang Kirana ceritakan di artikel Takut Melahirkan juga saya lakukan agar bayi mengarah ke jalan lahir.

Saat itu saya berpikir, “Ah, masih 7 bulan, pasti bisa turun ke jalan lahir, kok”. Tapi rupanya, waktu terlalu cepat berlalu. Hingga minggu ke-38, posisi bayi masih juga jauh dari jalan lahir. Padahal saya masih tetap beraktivitas seperti biasa, bahkan seminggu sebelum due date saya makin rajin jalan sore (kenapa nggak pagi? Karena nggak bisa bangun pagi, hehe), sujud, senam hamil, yoga, dsb yang katanya bisa membantu ‘menurunkan’ bayi ke jalan lahir.

Sampai saatnya tiba, ternyata si bayi masih asik ‘ngendon’ di atas, jauh dari jalan lahir. Kemungkinan besar karena terlilit dan lingkar kepala bayi saya yang lebih besar ukurannya dibanding bayi pada umumnya sementara kondisi panggul saya nggak lebar. Obgyn sempat menawarkan 2 opsi, induksi atau cesar. Karena satu dan lain hal (salah satunya saya rasa adalah rasa takut saya yang begitu besar menghadapi persalinan, terlalu banyak ‘what if’ di dalam kepala saya), dan suami kayanya kasihan melihat saya yang takut-takut berani, akhirnya memutuskan untuk operasi.

Selama menunggu operasi, saya masih harap-harap cemas, lho, siapa tahu tiba-tiba saya kontraksi, tahu-tahu pecah ketuban, tahu-tahu mules. Setidaknya mengalami salah satu dari 3 tanda persalinan, deh! Tapi ternyata, pas tes detak jantung, dst dsb, detak jantung bayi malah nggak beraturan sehingga si obgyn memutuskan memajukan jadwal operasi saat itu juga. Saat itu yang saya pikirkan hanya: sekarang atau nanti, sama-sama keluar kok, bayinya.

Nah, Mommies yang mau melahirkan, kapan sih, harus cesar?

  • Placenta Previa, seperti pengalaman Darina yang hamil dengan placenta previa.
  • Ukuran panggul yang terlalu kecil. Anatomi tubuh perempuan memang didesain sedemikian rupa untuk hamil, melahirkan dan menyusui. But hey, kalau memang demikian, metode cesar ini nggak akan ditemukan, dong :D Ada juga CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat). Nah, ini kayanya yang terjadi pada saya, deh.
  • Ibu mengalami gangguan kesehatan. Misalnya pre eclampsia, ibu menderita hipertensi, kelainan jantung atau terinfeksi penyakit seperti herpes atau HIV.
  • Kegagalan persalinan dengan alat bantu, baik induksi ataupun vakum
  • Bayi besar (makrosomia), atau berat bayi diatas 4,2 kg. Walaupun mertua saya melahirkan adik ipar seberat 5,5 kg melalui vaginal birth :D
  • Hingga saat ini masih banyak perdebatan mengenai, kalau nggak melahirkan normal, nggak ngerasain jadi ibu. Wah, saya sih, nyengir saja kalau dengar ada pernyataan demikian. Atau ada yang komentar, kalau melahirkan via operasi cesar, lama pemulihannya. Ah nggak juga, saya sehari setelah melahirkan langsung latihan jalan bahkan 3 bulan pasca melahirkan sudah ikutan main futsal. Perdebatan melahirkan normal vs cesar ini salah satu contoh cerita tak berujung :D

    Nah, Mommies, keputusan melahirkan dengan metode apa, sepenuhnya ada di tangan Mommies sendiri. Pastikan, apa yang dipilih adalah yang aman untuk kesehatan baik ibu dan tentu bayinya. Kalau saya, sih, jika diberikan keberanian untuk hamil lagi, Insya Allah mau berusaha vaginal birth after cesar (VBAC). What about you, Mommies?

     

    Share Article

    author

    nenglita

    Rock n Roll Mommy


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan