Okay, this is how I started my Project Obento. Si sulung Aira, was and still is a picky eater. Waktu kecil, urusan makan Aira selalu bikin saya senewen. Sekarang sih memang sudah tidak lagi, dan secara kuantitas memang porsi makannya tidak kurang, tetapi variasinya minim sekali. Beda dengan Aidan yang kalau disodori makanan yang penting mangap dulu ... urusan suka atau tidak, itu belakangan. Kalau Aira, sulit sekali disuruh mencoba makanan yang baru plus buat dia,penampilan makanan adalah faktor cukup penting.
Urusan bekal sekolah sering jadi masalah buat saya. Waktu Kelompok Bermain dan TK, bekal yang jadi pilihan Aira ya itu-itu saja, sebatas sereal atau roti. Mungkin juga karena waktu makan tidak panjang dan menu itu yang menurut dia paling praktis. Memang praktis juga buat bunda, tapi ya kok kasihan amat anak ini, menunya itu-itu saja.
Begitu Aira masuk SD, selama di kelas awal, menu bekal masih serupa dengan waktu di TK, hanya porsinya lebih banyak dan sering ditambah biskuit atau puding. Dan sejak SD sisa bekalnya semakin sedikit, mungkin karena jam sekolah yang lebih lama jadi dia mulai merasa lapar. Biasanya setelah pulang sekolah Aira akan makan siang di rumah, bekal di sekolah hanya sekedar camilan untuk mengganjal saja.
Nah, begitu Aira duduk di kelas 3 SD, saya mulai kesulitan. Aira pulang sekolah pukul 2 siang, yang berarti tidak mungkin makan siang di rumah ... jadi harus membawa bekal dari rumah. Dulu, memang ada program catering di sekolah, tapi entah kenapa sekarang sudah tidak ada lagi, jadi orangtua harus menyiapkan makanan sendiri. Aira memang sudah mulai dikasih uang jajan, tetapi tujuan pemberian uang jajan ini bukan untuk memenuhi kebutuhan makannya di sekolah, melainkan untuk belajar mengatur uang. Jumlah uang mingguannya tidak cukup untuk membeli makan siang yang layak di kantin. Jadi, bekal saya bawakan dari rumah, dibawa dari pagi. Nah, karena dibawa dari pagi, pilihan menu jadi sebatas variasi makanan beku seperti nugget dan sosis atau makanan yang mudah dimasak pagi-pagi seperti nasi goreng, mi, capcay, ayam goreng, dan lainnya. Menu makanan juga biasanya terpaksa yang tanpa kuah. Menu-menu tersebut membuat Aira bosan. Belum lagi karena makanan dibawa dari pagi, tentunya di siang hari bentuk dan rasanya sudah sedikit berubah.
Setelah mendekati kenaikan kelas 4, saya akhirnya mencari cara lain supaya bekal makan Aira tidak perlu dibawa dari pagi. Bekal akan diantar ke sekolan mendekati waktu makan siang. Ternyata benyak orangtua murid yang melakukan hal ini. Di dekat pintu masuk sekolah, tersedia meja yang pada siang hari akan dipenuhi kotak bekal anak-anak yang baru diantar. Ketika jam istirahat tiba, si anak tinggal mengambil kotak bekal masing-masing. Biasanya kotak bekal sudah dimasukkan ke dalam tas kecil dan diberi name tag, agar tidak tertukar. Dengan cara ini, menu makan menjadi lebih bervariasi karena mengikuti menu makan siang di rumah, dan karena baru dimasak juga masih hangat. Untuk mengantar bekal, saya memanfaatkan jasa ojek langganan.
Tapi ternyata urusan makan siang belum beres juga.. Lagi-lagi masalah bosan. Saya putar-putar otak cari cara agak bekal makan jadi lebih menyenangkan dan pilihan saya jatuh pada obento atau bento. Iyes, si kotak bekal ala Jepang yang superlucu seperti yang ada di komik. Awalnya saya pikir membuat bento adalah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Siapa yang kepikiran untuk bikin bekal super-rumit di pagi buta selain para ibu Jepang?
Ternyata saya salah. Sangat mungkin, lho, untuk membuat bento sendiri. Pertama, browsing saja,ada banyak sekali blog berisi berbagai bentuk bento mulai dari yang sederhana sampai yang rumit, termasuk banyak sekali yang dibuat orang Indonesia. Bento buatan mereka canggih luar biasa, sampai cenderung mengintimidasi saya saat pertama kali melihat. Hehe. Kedua, alat-alat membuat bento sudah banyak sekali dijual di sini, baik di online shop maupun di supermarket, cari saja counter yang menjual produk Jepang, pasti bisa ditemukan beraneka ragam bento stuff. Ketiga, buku resep bento bisa dicari di toko buku impor atau lagi-lagi, online shop. :)
Bento pertama yang saya buat, saya menyebutnya BSS atau bento sangat sederhana, isinya hanya pasta yang dimasak dengan tomat dan daging asap plus wortel, lalu dihias keju slice bentuk bintang, 'sushi' isi furikake dan dilapis nori, lalu sebotol Yakult. Sederhana, tapi habis bersih dimakan Aira. Hari kedua, masih BSS, nasi yang dibentuk dan ditaburi furikake, chicken teriyaki, cap cay, dan salad buah. Habis lagi. Hari ketiga, berdasarkan pesanan bento berupa pasta seperti yang pertama, telur puyuh yang dicetak gambar kelinci, roti gulung isi keju dan tuna serta puding cokelat. Daaan ... habis lagi! Lalalalala! :D
Ternyata tidak sulit membuat bento, yang dibutuhkan hanya kreativitas. Buku resep bento pun biasanya dipakai bukan untuk resepnya, tetapi ide bentuk si bento, bisa didapat juga dengan browsing di internet.
A good bento box should contain energy source (rice/bread/pasta) adjusted to individual needs, body builder (meat/poultry/fish/soy), body tuner (vegetables/sea vegetables/mushroom), and filler (fruit/dessert/condiment)
*Terima kasih atas sharing yang menarik ini, ya, Puan (bunda dari Aira ( 10 tahun) dan Aidan (4 tahun))