Tadi pagi kami sudah ada artikel review buku Tiger Mom lengkap dengan poin-poin positif yang bisa kita pelajari dari Tiger Mom. Nah, sesuai janji, berikut adalah hasil wawancara dengan Alissa Wahid, seorang ibu yang mempunyai tiga anak. Mbak Alissa adalah putri pertama Gus Dur, dia psikolog dan pemilik Fastrack Funschool, pusat pendidikan anak usia dini di Jogjakarta. Waktu itu Mbak Alissa pernah kultweet yang bagus sekali tentang pola asuh Tiger mom ini, tapi sayang saya lupa untuk menyimpannya untuk dibaca lagi. Tapi tak apa, ternyata malah bisa mewawancarainya :). Pertanyaan dari saya panjang-panjang, hal ini dimaksudkan supaya yang belum membaca buku ini bisa tetap mengerti dengan esensi yang ditanyakan.
Selalu ada yang kita sebut sebagai generation gap, dari zaman kuno sampi sekarang, dan itu normal. Orangtua kita lahir dari orangtua zaman revolusi (kakek nenek kita). Resources dan peluang tidak melimpah seperti sekarang. Hubungan orangtua dan anak juga lebih patriarkal. Jadi anak memang dididik dengan kerja keras karena itu syarat untuk survival hidup yang masih agriculture-based. Ini masih terbawa ke bagaimana orangtua kita mendidik kita yang di era 70 dan 80-an, walaupun resources untuk hidupnya sudah bukan lagi dari kebun sendiri, tapi dari membeli. Butuh pemasukan, yang mensyaratkan butuh skill. Sekolah jadi penting, lalu kultur patriarkal jadi melemah. Sekarang, tantangan kita sebagai orangtu berbeda. Juga, tantangan anak-anak kita nantinya pasti berbeda. Kalau ditanya apakah seharusnya mengikuti Western approach, saya akan bilang tidak harus. Saya lebih suka orangtua terus belajar dan menemukan sendiri mana yang terbaik untuk gaya dan kepribadian mereka. Eclectic Approach.
Setuju:
Tidak setuju:
Saya sangat setuju dengan setting achievement goals, tapi sebaiknya itu ditentukan dari kekuatan anak. Buat saya pribadi, multiple intelligence dari Howard Gardner sangat membantu untuk bisa menangkap ini. Terlalu fokus pada academic achievements juga bukan hal yang tepat. Ya nyatanya, statistically proven that academic achievements juga tidak berkorelasi dengan kesuksesan pada masa dewasa kok. Ya pokoknya yang terlalu itu menurut saya kurang pas deh :). Ya benar sekali bahwa banyak juga orangtua yang tidak bisa membedakan demokratis dengan permisif. Alhasil, malah semua keputusan diarahkan kepada anak kecil, karena dikira itu caranya demokratis.
Di buku Outliers kita membaca bahwa untuk mahir beyond others syarat yang paling menentukan adalah 10.000 jam terbang. Itu yang diberikan Amy Chua untuk latihan musik anak-anaknya. Tetapi sebetulnya bidang apa pun kan memerlukan prinsip-prinsip fundamental yang sama. Kalau mau jadi atlet juga butuh latihan, disiplin, delayed gratification, dst. Jadi saya setuju bahwa anak harus diarahkan, kritik saya terhadap Tiger Mom adalah kekakuannya itu.
Choices itu menurut saya domain anak. Setting up principles itu domain orangtua. Misalnya, di keluarga kami, integritas adalah prinsip utama. We walk the talk. Kami ingin anak-anak bisa memiliki prinsip ini, maka kami fokus pada prinsip integritas ini dalam setiap sisi kehidupan keluarga. Anak-anak berhak memilih bidang apa yang ingin mereka tekuni; melukis, akademis, taekwondo, catur, tetapi prinsip integritas harus dipakai.
Buat saya dan suami yang paling penting adalah sebagai orangtua:
Satu credo di rumah kami: you may have the right to be angry, but you never have the right to be ugly. Kalau tidak suka atau ingin memberikan feedback, Amy bisa memilih cara yang tidak 'ugly'. Cara yang dia pilih itu menyakitkan. You cannot take away the hurts. Ingin jujur bukan alasan untuk bisa sesukanya menyakiti hati orang, terutama orang-orang yang membutuhkan cinta tanpa syarat kita sebagai modal untuk menghadapi dunia dengan rasa aman karena tahu whatever happens, my daddy and my mommy love me and take me for what I am. Menurut saya, itu kelemahan pola asuh Tiger Mom yang utama.
----
Terima kasih Mbak Alissa untuk sharing-nya ... ditunggu ya kultweet berikutnya di t@alissawahid khususnya tentang parenting :).
Berikutnya: Forced Discipline ala Tiger Mom dari Najelaa Shihab.