Hal Penting Seputar Diare

Health & Nutrition

kirana21・19 Apr 2011

detail-thumb

Diare adalah perubahan tekstur dan frekuensi BAB. Kalau hanya perubahan tekstur saja, dari padat ke cair, masih belum bisa dibilang diare. Patokan diare yang perlu diwaspadai adalah saat BAB hanya tinggal cairan tanpa ampas dan kondisi ini (tanpa ampas) terjadi lebih dari 6x sehari.

Seperti muntah yang sudah dibahas sebelumnya, pada dasarnya diare adalah mekanisme untuk membersihkan pencernaan dari gangguan. Memberhentikan diare sebelum seluruh racun/penyakit terbuang justru membahayakan karena racun tertahan di dalam tubuh.

Perubahan tekstur dan frekuensi BAB bisa disebabkan oleh kondisi fisiologis maupun patologis (penyakit).

Penyebab yang bukan penyakit misalnya karena pencernaan sedang beradaptasi dengan makanan atau minuman baru. Ini paling nampak ketika bayi atau anak ganti merek atau jenis susu yang diminum. Efeknya bisa jadi sembelit, atau malah teksturnya melunak atau mencair. Jika frekuensinya tidak sering dan teksturnya masih berampas, pengenalan bisa terus dilanjutkan sambil terus dipantau BABnya. Biasanya adaptasi ini memerlukan waktu 1-2 minggu.

Pada masa MP-ASI juga kadang terjadi perubahan tekstur BAB. Karena itu disarankan pemberian MP-ASI mengikuti tata cara "aturan 4 hari tunggu" untuk melihat adanya gejala intoleransi makanan atau malah alergi. Aturan ini menekankan pemberian satu jenis makanan saja selama 4 hari sebelum diganti atau ditambah jenis makanan lain.

Sebagaimana muntah, perubahan tekstur BAB bisa juga disebabkan karena anak sedang mengalami batuk pilek dengan banyak lendir. Karena belum bisa mengeluarkan lendir sendiri baik dari hidung maupun tenggorokan, biasanya anak kecil cenderung menelan lendirnya. Lendir yang tertelan ini nantinya akan keluar bersama BAB dan mengubah teksturnya.

Diare juga bisa terjadi karena intoleransi terhadap obat. Biasanya ini penyebabnya obat golongan antibiotik (AB). Bila diare terjadi pasca mengonsumsi AB, segera konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan alternatif obat lain.

Selain AB, gangguan pencernaan dapat juga disebabkan oleh obat pereda nyeri yang mengandung ibuprofen (contoh: merk dagang Proris). Ibuprofen dikenal keras ke pencernaan dan memiliki efek samping di antaranya adalah diare serta pendarahan dan perforasi (perlubangan) usus. Bila memang harus mengonsumsi ibuprofen, pastikan diberikan sesudah makan dan pantau BAB. Bila BAB berwarna gelap atau berdarah setelah mengkonsumsi ibuprofen, konsultasikan ke dokter.

Sebagai catatan, sejauh ini efektivitas ibuprofen dalam meredakan nyeri, demam, dll sama saja dengan parasetamol yang faktor risiko dan efek sampingnya lebih sedikit.

Beberapa obat lain juga memiliki kontraindikasi ke organ pencernaan. Ada baiknya sebelum menebus obat, lakukan riset untuk mengetahui tentang karakteristik obat tersebut sehingga bila terjadi efek samping dapat diketahui secara dini.

Penyebab diare yang bersifat patologis, di antaranya adalah:

  • Virus (umumnya rotavirus) adalah penyebab gastroenteritis (flu perut) terbanyak. Gejala umum GE ini adalah BAB air (watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam. Kondisi ini tidak memerlukan obat karena virus hanya mengandalkan kekuatan daya tahan tubuh penderita. Gastroenteritis bisa berlangsung dari 3-4 hari sampai sekitar 2 minggu.
  • Bakteri atau parasit adalah penyebab disentri. Gejalanya adalah BAB yang disertai dengan darah/lendir. Kondisi ini memerlukan AB atau antiparasit sebagai terapi pengobatan. Tapi sebelum diresepkan AB/antiparasit, perlu dilakukan tes feses di laboratorium terlebih dahulu untuk memastikan jenis bakteri atau parasitnya supaya obat yang diberikan tepat sasaran.
  • Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain, misalnya infeksi saluran kencing, infeksi telinga, campak dll.
  • Penyakit-penyakit di atas biasanya menular melalui:

  • Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
  • Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukkan tangan/mainan/apapun ke dalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
  • Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
  • Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
  • Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
  • Pencegahan Diare:

  • Untuk bayi yang masih minum Air Susu Ibu (ASI), teruskan pemberiannya. ASI yang diberikan penuh sepanjang 6 bulan pertama dapat mengurangi resiko diare karena memiliki antibodi yang melapisi dan memperkuat organ pencernaan. Pemberian ASI secara langsung juga mengurangi risiko diare yang disebabkan oleh proses pembuatan susu formula yang kurang higienis, steril, dan tidak mengikuti tata cara yang benar serta pencucian botol yang kurang bersih.
  • Jaga kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 6 bulan.
  • Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan makanan/minuman untuk anak.
  • Ingatlah selalu untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita konsumsi. Jaga juga kebersihan alat makan dan mainan si kecil.
  • Karena umumnya penyebab diare adalah virus yang tidak memerlukan obat, yang perlu diperhatikan hanya tanda-tanda dehidrasi dan asupan cairan baik dalam bentuk minuman dan makanan kaya air maupun yang spesifik cairan rehidrasi oral (CRO).

    Bukan diarenya yang fatal, tapi dehidrasinya, terutama pada bayi dan anak kecil yang lebih mudah dan cepat kehilangan cairan tubuh. Perlu diwaspadai juga bayi dan anak yang sehari-hari lebih banyak minum susu ketimbang makan makanan padat, kehilangan cairan tubuhnya lebih cepat daripada yang rutin dan berimbang makan makanan padatnya. Ini karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak air ketimbang padatan yang juga mengikat air. Jadi dalam kondisi diare, air lebih cepat dan banyak terbuang karena tidak ada pengikat.

    Selama diare, makanan bisa tetap diberikan dalam menu normal, walau mungkin tidak dalam porsi sebanyak biasanya. Memperlunak tekstur makanan mungkin juga membantu penyerapan pencernaan yang sedang tidak normal. Membatasi jenis makanan, seperti saran diet BRATTY (banana, rice, apple sauce, tea, toast, & yogurt) kurang disarankan, karena variasi makanan juga membantu mempercepat penyembuhan.

    Jangan khawatir bila anak menolak makan, prioritaskan pada minum dan asupan cairan secara keseluruhan.

    Sekali lagi, pantau tingkat dehidrasi anak dan terus upayakan masuknya asupan cairan. Lebih detail tentang tanda-tanda dehidrasi dan pemberian CRO akan dibahas di tulisan berikutnya ya.

    sumber:

    http://milissehat.web.id/?p=511

    http://www.infoibu.com/tipsinfosehat/diare.htm

    http://www.drugs.com/ibuprofen.html

    *gambar dari sini