Tanggal 4 Desember lalu, kami bersama penerbit Buah Hati Books mengadakan talkshow dengan Najeela Shihab sebagai pembicara di Rumah Main Cikal, FX Jakarta. Tema yang diangkat hari itu adalah tentang Building Life Skill Through Reading”. Atau kira-kira membangun kehidupan anak melalui kebiasaan membaca.
Hah? Masa sih sepenting itu membaca dalam kehidupan seorang manusia? Saya kasih beberapa poin yang berhasil tercatat kemarin ya J
Sejak kapan kita mengenalkan anak untuk membaca? Sejak Lahir!
Buku membantu anak menghadapi masalah emosi dan sosial yang kadang-kadang tidak bisa diungkapkan secara verbal. Misalnya, menghadapi saat si kecil takut untuk pergi ke sekolah atau bertemu orang banyak. Mommies bisa memilih buku yang menceritakan hal yang persis sama dengan si kecil alami seperti Sekolah Baruku yang pernah di review Hanzky misalnya.
Saat membaca bersama, hati-hati dengan stereotyping yang kerap terjadi di buku dongeng. Misalnya Cinderella yang baik hati digambarkan sebagai gadis yang cantik sementara saudara tirinya yang jahat digambarkan jelek atau memiliki kekurangan fisik. Ajak anak berdiskusi tentang ini.Misalnya "Bener ga sih kalo cantik pasti baik?"
Pilih buku yang tepat untuk anak. Gimana caranya? Pertama, relevan dengan tema kehidupan sehingga bisa menghubungkan dengan situasi dan kondisi keluarga. Kedua, buku yang menantang sekitar 50% diatas ketrampilan anak, agar bisa membantu anak menghadapi masa depan.
Pemilihan bahasa atau kalimat yang mudah memang bisa menjadi patokan. Tapi, jika menemukan bahasa yang sulit jangan meremehkan begitu saja. Justru menurut saya, ini saatnya kita sebagai orangtua mencari makna kata tersebut bersama anak, dengan membuka kamus misalnya (percaya atau tidak, KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia serta Thesaurus Bahasa Indonesia adalah salah satu buku favorit saya)
Anak dalam lingkungan bilingual lebih baik belajar membaca dalam bahasa ibu, tidak sekaligus. Setelah bisa baca dalam bahasa ibu,baru bisa mengenal kosakata bahasa kedua
Apakah anak harus membaca buku-buku berkualitas saja? Tidak. Walaupun ‘hanya’ membaca majalah atau komik, bukan berarti tidak ada value yang bisa diambil.
Read it Aloud. Membaca keras membantu stimulus auditori dengan kognitif. Selain membantu anak untuk lebih mudah baca juga anak memahami aspek emosional dari sebuah kalimat.
Jadikan membaca pengalaman yang menyenangkan dan mudah. Jangan paksa anak belajar baca karena akan membuat anak trauma. Jadi, jangan paksa anak untuk bisa cepat membaca hanya karena anak lain seusianya sudah pandai membaca ya moms! Selama sosialisasinya baik, cepat atau lambat ia pasti akan bisa membaca.
Yang terpenting, biarkan anak memilih buku yang ingin ia baca baik ketika memilih di toko buku atau ketika minta dibacakan. Nggak sulit kan moms?
Kenali reading stamina seorang anak yang tentunya berbeda-beda. Perhatikan rentang konsentrasinya, usahakan berhenti jika memang ia sudah tampak bosan. Kita saja yang sudah dewasa ada yang mampu menyelesaikan sebuah buku dalam sehari tapi ada juga yang butuh berhari-hari kan?
Hati-hati dengan perubahan sikap orangtua setelah anak bisa baca! Biasanya nih, orangtua bisa tidak laga membacakan buku atau mengajak ke toko buku sehingga mengurangi "bonding" yang tercipta saat membacakan buku. Caranya? Tetap temani anak saat ia minta ditemani membaca.
Terakhir, reading is a lifelong habit. If it takes a life time, it's worth it!
Untuk yang terakhir ini, mungkin saya berterimakasih pada bapak saya yang sering mendongeng atau membacakan buku saat saya kecil. Karena beliau-lah kecintaan saya pada buku amat tinggi dan saya ingin menurunkannya pada Langit!
gambar diambil dari sini
COMMENTS