Minggu pagi tepat selesai sholat Subuh, 13 Juni 2010, saya merasakan kontraksi setiap lima menit sekali. Sebenarnya sejak hari Rabu sudah ada pembukaan tapi baru satu, jadi saya memutuskan untuk di rumah saja. Sesampainya di rumah sakit, suster melakukan pemeriksaan dalam dan CTG untuk memeriksa waktu kontraksi, ternyata baru pembukaan dua! Kaget juga saya dengernya karena baru pembukaan dua aja rasa sakitnya udah lumayan ya. Akhirnya saya disuruh jalan-jalan keliling rumah sakit, sempet juga jalan keluar dari rumah sakit untuk cari sarapan. Lalu sekitar jam 12 dokter memutuskan untuk melakukan induksi, karena bukaan yang tidak berubah dan bayi saya terlilit tali pusar.
Bismillahirrahmanirrahim, begitu kata saya dalam hati ketika diinduksi. Ada rasa takut karena dari pengalaman orang-orang yang pernah saya dengar, induksi itu sakitnya dua kali lipat. Mana dsog saya juga bilang kalau induksi tidak berhasil, bisa caesar. Dag dig dug juga menunggu reaksi induksi. Tepat jam 4 sore, ketuban saya pecah dan rasa sakitnya sudah mulai lumayan nikmaaaatt hehehehe. Suster melakukan periksa dalam lagi dan ternyata sudah pembukaan empat. Saya berdoa terus dalam hati agar pembukaan cepat berjalan karena saya gak mau diinduksi lagi :)
Setiap menitnya sakit yang saya rasakan tambah luar biasa nikmat. Karena melihat saya yang udah bener-bener kesakitan padahal baru bukaan empat, suster menawarkan untuk suntik ILA. Saya sempat baca artikel tentang ILA (Intrathecal Labor Analgesia) teknik ini dilakukan dengan cara menyuntikkan obat (dosis obat yang disuntikkan ke ibu hanya sepersepuluh obat epidural) ke urat saraf di tulang belakang bagian bawah. Kondisi ibu akan dalam keadaan sadar, dan saya tetap dapat merasakan kontraksi yang terjadi, hanya saya dari pinggul ke bawah saya tidak merasakan apapun seperti disuntik kebal.
Masa kerja ILA pun terbatas sekitar 4-6 jam, jadi setelah disuntik ILA saya langsung diinduksi dengan infus dan dipasangi oksigen. ILA hanya boleh diberikan diatas pembukaan tiga, itupun harus dengan izin dari dsog kita, karena ada beberapa kondisi dimana si ibu tidak boleh menggunakan ILA, jadi ILA hanya dapat diberikan kepada ibu yang melahirkan secara normal dan tanpa penyulit erta efek samping ke bayinya hampir tidak ada.
Sebelumnya, suami saya diminta untuk menandatangani form persetujuan ILA. Jam 5 sore, proses penyuntikan pun dijalani dah saya harus dalam posisi duduk, baru setelahnya harus langsung tiduran, dan tentu saja ini membuat saya mengantuk. Apalagi nggak sampai 5 menit kemudian, rasa nyeri akibat kontraksi itu hilang entah kemana. Jam 6.30 saya dibangunkan untuk makan, agar ada tenaga untuk mengejan nantinya. Sekitar jam 7.25, pembukaan sudah lengkap, tapi saya harus menunggu dsog saya karena belum datang.
Tanpa proses yang lama, jam 19.51 lahirlah putri kecil kami yang cantik Kintan Fateema Ichsanputri, lalu dilanjutkan dengan proses IMD. Selama 1 jam setelahnya, saya tidak diizinkan untuk langsung bangun dari tempat tidur. Efek yang saya rasakan dari ILA adalah sedikit pusing dan agak mual, tapi hal tersebut tidak berlangsung lama.
Jadi kalau ditanya, apakah saya trauma melahirkan normal? Jawabnya tentu saja tidak, walaupun saya sempat merasakan rasa sakit yang luar biasa tapi saya benar-benar tertolong dengan ILA. Saya tidak terlalu merasa kelelahan seperti yang pernah teman-teman saya rasakan, mungkin karena saya sempat makan dan tidur jadi saya punya tenaga dan tidak terlalu lelah ;)
Jadi buat ibu-ibu yang takut melahirkan normal, mulai sekarang nggak usah takut lagi, karena kita benar-benar bisa melahirkan dengan menyenangkan dengan menggunakan ILA. Tapi sebelumnya jangan lupa cek kondisi kita dan si bayi jika ingin menggunakan ILA ya.
*dikirimkan oleh Nanda Jannata - twitter @nandajannata, ibu dari Kintan Fateema Ichsanputri, 4 bulan