Sorry, we couldn't find any article matching ''
Manfaat Mengatur Jarak Kelahiran untuk Ibu dan Buah Hati
Mau hamil lagi? Atur jarak kehamilan dulu, mommies. Karena banyak banget manfaat yang bakalan didapat. Mau tau apa saja?
Belakangan ini saya dihujani pertanyaan, seputar “Kapan punya anak kedua?.” Mulai yang nadanya biasa saja, sampai yang kok agak maksa, ya, saya dan suami harus cepat-cepat punya anak kedua? Hihihi, ada yang mengalami hal yang sama seperti saya?
Bukannya apa-apa mommies, punya anak, kan, harus banyak faktor yang wajib direncanakan dengan baik dari jauh-jauh hari. Salah satunya soal biaya! Jeng...jeng...jeng! Cek rutin ke dokter, asupan bergizi setiap hari, hingga biaya persalinan, membesarkan anak, dan tabungan pendidikannya. Itu semua kan butuh uang saudara-saudara, hahahaha. Makanya sebelum saya dan suami ketuk palu, untuk program anak kedua, saya memutuskan untuk mengatur jarak kelahiran, antara anak pertama, dengan nanti si calon adik buat Jordy.
Selain soal biaya tadi, alasan berikutnya dari segi kesiapan mental. Rasanya baru kemarin, saya merasakan kontraksi yang aduhai sakitnya, sampai mau mukulin pak suami. Bagaimana proses kelahiran saya dibumbui drama, yang awalnya percaya diri melahirkan normal, harus berakhir di kamar operasi, alias harus di caesar. Saya mau menghilangkan ingatan itu dulu, recovery dari segi psikis dan menikmati masa-masa fokus mengurus Jordy.
Alasan yang nggak kalah penting, dari segi kesehatan fisik. Kalau kata dr. Khanisyah Erza Gumilar, SpOG – Staf divisi Fetomaternal RS Universitas Airlangga, Surabaya. “Kehamilan dan persalinan adalah proses alami yg membutuhkan keadaan fisik dan mental yang baik. Apalagi bila saat hamil dan persalinan, seorang ibu mendapatkan penyulit atau berisiko tinggi. Belum lagi pemulihan organ reproduksi, kondisi fisik yg terbebani luar biasa dan kesehatan mental seorang ibu juga membutuhkan waktu. Untuk itulah amat ideal ada jarak antara kehamilan pertama dan selanjutnya.”
Jarak kehamilan, menurut dr. Erza juga membantu seorang ibu memulihkan kondisi fisik dan mentalnya. Apalagi bagi yang mengalami persalinan pertama seperti saya, ada babak dramatis yang akan dialami. Perubahan demi perubahan, harus dilewati dengan baik – menyandang predikat ibu, yang tanggung jawabnya nggak main-main.
Alasan berikutnya, si kecil kan masih membutuhkan ASI selama minimal 6 bulan, dan dilanjutkan dengan dengan MPASI + ASI. dr. Erza bilang, interaksi pada masa-masa ini, dapat menciptakan ikatan emosional dan psikologis yang baik antara ibu dan anak.
Sebaliknya, jika ibu dengan anak usia 2 tahun, sudah hami lagi. dr. Erza berpendapat, kondisi ini sangat berat buat si ibu, karena ibu harus berbagi konsentrasi untuk kehamilannya dan perhatian tumbuh kembang si kecil.
Kondisi hamil yang demikian, berpotensi membuat ibu stress. Dan berujung pada pertumbuhan janin di kemudian hari. Dari sudut ilmu obstetri , pediatri dan psikologi, ada 3 contoh ancaman yang dapat dialami ibu hamil, dengan kondisi jarak kehamilan yang terlalu dekat.
“Dengan mengatur jarak kehamilan, maka hal-hal di atas dapat dihindari. Kita kan ingin menciptakan generasi penerus yang baik, menciptakan keluarga yang harmonis sekaligus menjaga kondisi fisik Dan mental kita tetap sehat. Di Indonesia 2 tahun adalah jarak yg ideal untuk hamil kembali. Dan ternyata ini sesuai dengan kondisi masyarakat dilihat dari berbagai sudut pandang,” ungkap dr. Erza sebagai penutup.
Supaya rencananya terealisasi dengan baik, makin mantaplah saya ingin ikut program keluarga berencana. Dari hasil riset kecil-kecilan, berupa bertanya dengan beberapa orang dan browsing sana-sini, saya memilih kontrasepsi IUD. Jalan ini cukup efektif untuk saya yang ingin menunda kehamilan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bentuknya seperti huruf “T”, dengan lilitan tembaga yang ditempatkan di dalam rahim.
Dari metode pemasangannya juga relatif cepat, hanya sekitar 15-20 menit. Rasa nyeri yang ditimbulkan juga sebentar, malah ada teman di kantor yang bilang, nggak terasa apa-apa, hihihi. Jenis kontrasepsi ini memiliki masa perlindungan yang bisa dipilih, sesuai dengan kebutuhan, mulai dari 3, 5 atau 10 tahun. Hmmm, kalau saya kayaknya pilih yang 3 tahun, jadi pas Jordy menjelang usia 5 tahun, baru deh saya akan program hamil (lagi). :)
Mommies yang sudah pakai IUD, saya mau dong, dengar pengalamannya, seperti apa. Ditunggu, ya :)
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS