Mengatur Gizi Anak Pasca-ASI Eksklusif

Health & Nutrition

Mommies Daily・28 Feb 2017

detail-thumb

Ditulis oleh: Lariza Puteri

Begitu urusan ASI ekslusif kelar, kepusingan saya selanjutnya adalah bagaimana urusan gizi si kecil begitu ASI ekslusif kelar?

Enam bulan pertama kehidupan Giavana menurut saya masa yang paling enak dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Gimana enggak, tinggal buka payudara, nyusu, dan selesai! Usia 0-6 bulan, ASI memang bisa memenuhi semua kebutuhan gizi bayi. Namun, setelahnya, saya harus bersiap untuk memberikan yang ‘lebih’. Bukan lebih banyak memberikan ASI (meskipun ini termasuk), tapi juga mulai memberikan jenis makanan lain yang lebih padat dan kaya gizi.

Pemberian MPASI tak melulu seputar urusan pengenalan makanan baru, dimulai dari serealia atau buah, dan mangkuk-mangkuk lucu saja. Lebih dari itu, saat memberikan MPASI, saya juga harus mulai mengatur kebutuhan gizi Gia. Menginjak usia 6 bulan, kebutuhan gizinya memang meningkat. Selain lebih banyak, kini kebutuhan gizinya juga makin bervariasi. Bukan berarti ASI tak lagi berguna. Justru, pemberian ASI sebaiknya diteruskan hingga anak berusia 2 tahun. Hanya saja, karena ASI saja sudah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan bayi yang berusia di atas 6 bulan, sehingga perlu ditambahkan makanan padat.

Pertama-tama, sebelum menentukan seberapa banyak MPASI yang akan diberikan atau menentukan bahan makanan apa saja yang akan diberikan, saya mencari tahu lebih dulu berapa banyak energi yang dibutuhkan bayi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kebutuhan energi dari makanan pendamping ASI untuk bayi yang masih mendapatkan ASI adalah sekitar 200 kkal per hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kkal per hari untuk bayi usia 9-11 bulan, dan 550 kkal per hari untuk bayi usia 12-23 bulan.

IMG_0397

Dilihat dari jumlahnya ternyata tidak terlalu banyak. Untuk memenuhi kebutuhan 200 kkal per hari, misalnya, Gia hanya membutuhkan 1 buah kentang, 2 sendok makan kacang merah, dan satu gelas sayuran yang dihaluskan. Ini untuk satu hari, ya. Sehingga pemberian MPASI sebanyak 2 kali sehari sudah cukup. Terkadang saya mengganti sayuran dengan buah sebagai variasi.

Ngomong-ngomong tentang variasi, meskipun bayi sepertinya baru bisa mengonsumsi makanan yang sangat terbatas jenisnya, namun memaksimalkan dengan memberikan bahan makanan yang bervariasi sangat penting. Tujuannya agar bayi mendapatkan semua zat gizi yang dibutuhkan dari berbagai jenis makanan. Ingat, tak ada satu jenis makanan pun yang bisa memenuhi semua kebutuhan gizi anak. Sehingga, saya sangat menghindari hanya memberikan kentang saja atau beras merah saja sepanjang minggu.

Dalam satu minggu, saya menyiapkan setidaknya 5 jenis makanan sumber karbohidrat (tepung beras, kentang, ubi, jagung dan havermout), 3 jenis makanan sumber protein (ayam, daging dan tempe) yang saya mulai pemberiannya di usia 6,5 bulan, dan 5-6 jenis sayuran (labu siam, labu kuning, oyong, brokoli, buncis, dan wortel). Semua bahan makanan ini saya berikan bergantian. Tentu saja setelah lulus aturan tunggu saat bayi mencoba satu jenis makanan baru.

Seiring dengan bertambahnya usia Gia, saya menambahkan frekuensi makannya menjadi 3 kali. Selain itu, saya juga memerhatikan tekstur MPASI yang akan diberikan. Semakin bertambah usia bayi, tekstur makanan yang diberikan juga harus bertambah padat. Semakin padat makanan yang disajikan, maka akan semakin banyak kandungan gizinya. Peningkatkan tekstur MPASi secara bertahap juga menentukan dan mengimbangi keterampilan makan anak. Jangan sampai, yang seharusnya Gia sudah bisa mengunyah finger food, lalu saya tidak memfasilitasinya, mengakibatkan ia enggan mengunyah daging saat berusia 2 tahun.

Oleh karena pesatnya pertumbuhan dan perkembangan anak pada dua tahun pertama, kebutuhan gizi mereka juga cukup tinggi. Selain memenuhi kebutuhan energi, protein, dan lemak, orangtua juga harus memerhatikan asupan zat-zat gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, dan beberapa vitamin. Meksipun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, namun zat-zat gizi mikro ini sangat diperlukan dalam mendukung tumbuh kembang anak. Salah satu hal yang sangat saya perhatikan adalah asupan zat besi Gia. Sehingga memberikan makanan sumber protein yang juga sumber zat besi, seperti daging, ayam, sayuran berdaun hijau, bisa saya berikan sesering mungkin.