Sorry, we couldn't find any article matching ''
6 Cara Agar Cuti Tidak Terganggu Pekerjaan
Siapapun (termasuk saya), kalau lagi cuti pasti tidak mau diganggu urusan pekerjaan. Agar itu tidak terjadi, ini 6 cara agar cuti tidak terganggu pekerjaan.
Di awal tahun 2016, saya akan mengambil cuti selama 10 hari. Jadi jika ditotal, saya akan menjauh dari huru-hara pekerjaan selama dua minggu. Namun, sebagai orang yang nyemplung di dunia media, mau tidak mau saya memang harus siap saat cuti diganggu oleh urusan pekerjaan. Namanya juga pilihan, ya terima aja deh nasibnya begini, hehehe.
Masalahnya, saya juga harus fair dong sama anak-anak dan suami saya. Masa iya, katanya cuti tapi terus mata nggak jauh-jauh dari layar handphone dan setiap sampai hotel malah sibuk nyari wifi agar bisa melakukan urusan kantor. Kalau begitu, mendingan nggak usah cuti! Setuju??? Jadi, bagaimana kalau kita mencari win-win solution.
1. Buat skala prioritas
Sebelum cuti, saya akan membuat list pekerjaan berdasarkan urutan prioritas. Mana yang harus segera dikerjakan dan tidak mungkin ditunda, mana yang bisa dikerjakan belakangan. Dengan adanya list ini saya jadi lebih mudah menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan sebelum cuti dimulai.
2. Selesaikan pekerjaan Anda sebelum cuti berlangsung
Setelah jelas list to do yang harus segera dikerjakan, sebisa mungkin saya menyelesaikannya. Misal, saya memastikan artikel yang akan tayang selama saya cuti sudah siap dijadwalkan. Memang hal ini membuat saya harus bekerja keras sebelum cuti. Lembur atau mencuri waktu saat anak-anak sudah tidur agar artikel ready. Terlebih untuk artikel yang berhubungan dengan klien. Anggaplah saya membuat stock. Bagi saya ini namanya tanggung jawab. Kalau saya mengajukan cuti tapi saya tahu ada pekerjaan saya yang belum selesai, ya itu sama saja saya memberikan lampu hijau untuk diganggu sama orang kantor.
3. Menginformasikan ke seluruh divisi terkait tentang cuti Anda
Bukan bermaksud untuk pamer kalau saya woro-woro tentang kapan saya mau cuti dan berapa lama cuti itu berlangsung. Ini saya lakukan agar teman-teman di divisi lain ‘ngeh’ kalau saya mau cuti. Jadi mereka bisa menanyakan segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan sebelum saya ‘menghilang.’ Kalau saya sudah memberi tahu tapi kemudia masih diganggu saat cuti (untuk urusan yang nggak terlalu penting), saya bisa menjawab dengan manis “Saya kan lagi cuti.”
Tetap bertanggungjawab ketika cuti memang penting, tapi kita juga perlu memiliki batasan, sejauh mana kita boleh diganggu.
4. Pendelegasian tugas
Kalau kita punya anggota tim, akan lebih mudah kalau kita sudah membagi tugas untuk masing-masing. Misalnya, karena tim saya ada dua orang, saya akan membagi, si A bertanggung jawab terhadap pembagian liputan dan social media. Si B bertanggung jawab untuk penjadwalan artikel dan video. Kalau cutinya panjang, untuk urusan yang berhubungan dengan klien juga saya bagi. Misalnya lagi, untuk list klien yang dipegang oleh sales A itu akan dihandle oleh ThaTha, dan list klien yang dipegang oleh sales B akan dihandle oleh Adies.
Just in case saat saya cuti mendadak ada klien yang minta ide atau ngajakin meeting, jadi divisi sales pun sudah tahu untuk menghubungi ke siapa. Dan saya akan menginformasikan ini ke divisi lain yang terkait. Pembagian tugas ini dibuat supaya tidak ada tumpang tindih tanggung jawab dan biar efisien aja, sih.
5. Atur email Anda
Jangan lupa mengatur email Anda dalam kondisi “Out of office”, jadi klien pun paham kalau ada kemungkinan Anda akan slow respon.
6. Miliki batasan
Seperti yang sudah saya katakan di atas, memang pilihan saya bekerja di dunia media digital, yang menuntut serba cepat. Tapi, kalau lagi cuti (dan ini adalah hak saya sebagai karyawan), saya akan melihat skala daruratnya. Kalau memang bisa dihandle oleh tim, kenapa tidak menyerahkan kepada mereka. Ini bukan karena saya lepas tanggung jawab, tapi karena saya percaya tim saya mampu mengerjakannya.
So, intinya, kalau mau cuti kita nyaman, pastikan pekerjaan kita yang berada dalam prioritas utama sudah dikerjakan dengan baik. Jangan sampai cutinya kita malah jadi bikin susah atau merepotkan orang lain.
Alasan utama kita cuti kan karena kita ingin beristirahat dan recharge ‘baterai’. Dengan menyiapkan semuanya, seharusnya cuti bisa berjalan nyaman dan lancar, dan setelah kembali, kita jadi fresh dan siap untuk bekerja lagi :).
PAGES:
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS