Motherhood Monday: Jennifer Bachdim, "I Found The Perfect Husband"

Self

adiesty・31 Aug 2015

detail-thumb

Meskipun tinggal di negeri orang nggak mudah, tapi Jenn mampu menjalankan dengan baik. Ia pun sukses menjadi salah satu contoh ibu-ibu di Jepang yang mandiri.

Saya selalu dibikin takjub oleh sosok ibu yang super. Perempuan yang mampu mengurus semuanya dengan baik. Pintar mengurus dirinya sendiri, mengurus suami, merawat dan menjaga anak-anak tanpa bantuan asisten, termasuk bisa menjalani karirnya. Wah keren banget, ya, kalau bisa seperti ini?

Nah, beberapa waktu lalu saya punya kesempatan ngobrol dengan Jennifer Bachdim. Ada yang familiar dengan sosok perempuan yang satu ini? Jadi, ya....  Jennifer Bachdim itu adalah istri dari pesepakbola muda keturunan Jerman, Irfan Bachdim. Nggak lama menikah, Jennifer memang diboyong Irfan ke Jepang karena pesepakbola yang sempat membela Persema Malang ini hijrah ke sana.

Di mata saya, perempuan yang lebih sering disapa dengan sebutan ‘Jenn’ ini masuk dalam kategori perempuan super. Gimana nggak, tinggal di negeri orang itu kan nggak mudah, tapi Jenn mampu menjalani dengan baik.

jenn

*foto dari dari http://jenniferbachdim.com/

Berbeda dengan budaya di Jakarta, di mana tenaga baby sitter dan ART sangat laku, di Jepang semua urusan rumah tangga harus dilakukan sendiri. Dari mulai beres-beres rumah, belanja kebutuhan rumah tangga, memasak, mengurus kebutuhan anak, termasuk mengantar jemput anak ke sekolah. Rupanya, aktivitas ini juga jadi kegiatan Jenn saat ini.

Begitu saya tanya kenapa dirinya tidak mau menggunakan jasa baby sitter, ia pun menjawab, "Karena saya ingin melihat perkembangan anak sendiri. Saya tidak mau anak terlalu dekat dengan baby sitter daripada dengan ibunya sendiri".

Setelah resmi menikah tahun 2011 silam, pasangan Jennifer dan Irfan Bachdim ini telah dikaruniai dua orang anak, Kiyomi Sue Bachdim (3,5 tahun) dan Kenji Zizou Bachdim (1,5 tahun). Mau tahu keseruan obrolan saya dengannya waktu itu, simak kutipan di bawah ini, ya.

Hai Jennifer, dalam rangka apa, nih, ke Jakarta?

Saya datang ke Indonesia memang nggak lama, cuma untuk liburan saja bersama anak-anak dan bertemu keluarga. Lima hari liburan ke Bali bersama Papa dan Mama, kemudian lanjut ke Jakarta selama tujuh hari. Kebetulan Irfan juga nggak bisa ikut karena masih latihan dengan timnya di Jepang. Meskipun hanya sebentar, tapi cukup sibuk karena ada beberapa undangan yang harus saya hadiri selama di Indonesia.

Oh, ya,  sekarang ini kan aktif nge-blog, bagaimana cara membagi waktunya dengan kesibukan di rumah?

Setiap hari saya bangun jam 5 pagi, lalu siapin sarapan, bersihkan rumah. Setelah anak-anak bangun, saya selalu menyempatkan untuk bermain bersama mereka. setelah itu, jam 9 saya mengantar Kiyomi sekolah bersama Kenji. Biasanya, jam 10 Kenji sudah tidur, baru selelah itu saya punya waktu satu jam untuk bekerja, menulis blog.

Oh... jadi selalu menyempatkan diri untuk menulis setiap harinya?

Iya, paling tidak saya menulis satu jam.

Foto-foto di blog kamu keren-keren, deh, ada fotografrer khusus?

Iya, Irfan yang jadi fotografer pribadi saya, hahaha.

Ketika menulis blog dan me-review sebuah produk, apa saja, sih, yang perlu diperhatikan?

Saya memang cukup selektif dalam memilih produk. Ketika ditawarkan untuk di-endorse, saya akan memilih produknya terlebih dahulu. Apakah produk itu bagus atau tidak, bagaimana dengan latar belakang perusahaannya. Saya tidak ingin menulis sesuatu yang bohong atau dibuat-buat. Buat saya, menulis juga perlu dengan hati.

Selain aktif nge-blog, nggak tertarik untuk menjadi model seperti dulu?

Untuk saat ini belum, ya. Saya masih fokus dengan anak-anak, untuk itu saya memilih untuk menjadi fashion blogger saja. Kalau aktif menjadi model lagi, tentu akan lebih sulit untuk mengatur waktunya.

S

Perubahan apa saja, yang Jennifer rasakan setelah jadi orangtua?

Banyak sekali. Dulu, sebelum menikah yang saya pikirkan mungkin lebih banyak untuk diri sendiri. Kalau sekarang tidak bisa seperti itu lagi, semuanya jadi lebih banyak pertimbangannya. Untuk melakukan sesuatu, harus memikirkan kondisi anak-anak dan suami terlebih dahulu.

Bagaimana keterlibatan Irfan dalam pengasuhan?

Irfan banyak sekali membantu saya untuk mengurus anak-anak. Untuk mengurus anak-anak, saya dan Ifran juga sudah membuat jadwal dengan sangat baik. Kami berdua bergantian untuk menjaga anak. Biasanya, setelah latihan Irfan akan menghabiskan waktu untuk bermain bersama anak-anak di rumah. Kalau memang sedang tidak latihan, Irfan yang akan mengajar anak-anak bermain, bahkan memandikan anak-anak. Kalau akhir pekan kami juga sering mengajak anak-anak ke taman di Sapporo.

Ke depannnya, ada rencana untuk tinggal di Indonesia?

Iya, tentu saja. Untuk beberapa tahun mendatang saya dan Irfan berharap bisa kembali ke Indonesia. Kami juga berharap kondisi persepakbolaan di sini bisa membaik.  Lagipula Kenji suka sekali bermain bola. Siapa tahu saja, ketika Kenji sudah besar dia juga ingin jadi pemain sepakbola dan masuk jadi Timnas.

Satu pertanyaan terakhir, bagaimana pandangan Jenn tentang pernikahan?

Dari dulu saya selalu bilang ke Mama dan Papa saya kalau ingin menikah di usia 25 tahun. Sepertinya kalau di Indonesia, usia 25 tahun sudah sangat normal sekali untuk menikah. Tapi kalau di Jerman, biasanya perempuan di sana baru memutuskan menikah di usia 35 tahun.  Dan setelah menjalani pernikahan dan dikaruniai dua orang anak saya sangat menikmatinya. Apalagi saya menikah dengan Irfan, I found the perfect husband.