Anak Belajar Dari Ramadan dan Idul Fitri

Behavior & Development

vanshe・26 Jul 2015

detail-thumb

Eid mubarak... Selamat merayakan Idul Fitri, Mommies. Walaupun sedikit terlambat tapi tulisan saya kali ini masih membahas tentang Ramadan dan Idul Fitri.

Senang sekali ya, menyambut hadirnya Lebaran kemarin. Keluarga besar berkumpul, tali silaturahmi kembali dieratkan, dan tradisi kembali dirayakan. Kita mungkin sudah bisa memahami berharganya makna Lebaran; setelah mengekang kehendak diri selama sebulan penuh lewat berpuasa, dengan penuh gembira kita sambut Idul Fitri sebagai wujud kemenangan pribadi. Tapi bagaimana dengan anak-anak kita? Mungkin ada anak-anak Mommies yang sudah mencoba berpuasa? Lewat berpuasa dan merayakan Lebaran, anak berkesempatan untuk belajar banyak hal. Apa sajakah itu? Yuk, simak di sini!

ILRP-Idul_Fitri_Family_on_f3f3f3

*Gambar dari sini

  • Bersabar dan berusaha
  • Saat berpuasa, anak diajak menahan lapar dan haus sampai waktu berbuka tiba. Puasa Ramadan menjadi pengalaman bagi anak untuk belajar sabar dan terus berusaha menjalankan puasa. Kita dapat menciptakan pengalaman berpuasa dan Idul Fitri yang menyenangkan bagi anak salah satunya dengan memberikan reward jika anak mampu berpuasa. Seiring dengan waktu, reward dari orangtua tidak perlu lagi berwujud hadiah barang; dengan pengertian tentang pahala serta kenikmatan yang diraih dari sabar dan berusaha, anak dapat menjadikan puasa sebagai pencapaian yang membuat dirinya bangga.

  • Bersilaturahmi
  • Lebaran identik dengan silaturahmi dan kumpul-kumpul dengan keluarga besar. It's essentially family time, in a big scale. Saat masih kecil dulu, saya akui kerap merasa rikuh karena mesti 'diinterogasi' om atau tante seputar "Sudah kelas berapa?" "Raport kamu bagus, nggak?" dan sejenisnya. Tapi, sekarang saya paham bahwa acara kumpul keluarga seperti ini bermanfaat untuk membangun kedekatan emosional dengan keluarga besar. Untuk anak, lewat silaturahmi seperti ini, he could know where he came from. Kita sendiri perlu memfasilitasi anak supaya tidak hanya tahu wajah saudara-saudaranya, tapi juga mengenal baik siapa mereka. Karenanya, jangan sampai kita malah membiarkan anak bermain gadget saat acara kumpul keluarga besar. Contohkan bahwa silaturahmi adalah nilai yang penting lewat mempraktikkannya secara konsisten.

    Anak juga dapat melatih kemampuannya bersosialisasi karena bertemu banyak orang. Kita mungkin bisa membuat 'ritual' baru saat lebaran, seperti mengadakan 'kontes' adu kebolehan, tradisi berbicara di  hadapan keluarga besar seperti yang diceritakan Puan, menugaskan anak membuat biografi singkat salah seorang saudara, atau lainnya yang bisa mengasah skill komunikasi dan kepercayaan diri anak.

  • Bersyukur dan berbagi
  • Seperti disebutkan tadi, puasa menjadi hal yang konkret bagi anak karena ia merasakan haus dan lapar ketika menjalaninya. Anak dapat memahami bahwa menahan lapar adalah hal yang tidak mengenakkan namun harus dirasakan oleh orang-orang yang tidak punya uang untuk makan. Ketika berbuka, kita jelaskan betapa beruntungnya kita dapat berbuka dengan makanan yang enak-enak. Jadi sebaiknya, kita selalu ingat untuk berbagi dengan mereka yang tidak seberuntung kita.

    Begitupun saat merayakan Lebaran, ingatkan anak untuk beryukur kepada Tuhan karena telah menjalankan kewajiban berpuasa. Kita dapat menunjukkan bahwa tidak semua orang bisa merayakan Lebaran dengan makan-makan, kumpul bersama keluarga, atau jalan-jalan. Ketika Mommies membayar zakat dan bersedekah, tunjukkan bahwa itu adalah wujud syukur dan berbagi dengan mereka yang kurang mampu sehingga mereka bisa merayakan Lebaran seperti kita.

  • Mengendalikan diri tidak hanya saat berpuasa
  • Inilah makna puasa yang abstrak, yaitu menjaga perilaku. Lewat obrolan ringan, ajak anak mengevaluasi 'prestasi'nya selama bulan Ramadan, misalnya berapa hari ia bisa berpuasa sehari penuh, berapa sering ia sholat tarawih, dan sebagainya. Dari sini, kita bisa memberikan pengertian tentang makna puasa yang sesungguhnya. Ceritakan betapa ruginya bila ia puasa dan sholat tapi tidak menjaga perilaku atau tidak berbuat baik. Namun, mengendalikan diri tidak hanya perlu dilakukan saat berpuasa, tapi harus menjadi gaya hidup.

    Saat Lebaran tiba, jangankan anak-anak, kita saja bisa jadi lupa diri melihat makanan yang berlimpah, atau saat membelanjakan uang yang didapat. Di sinilah orangtua perlu mencontohkan kepada anak, bahwa tidak perlu berlebihan dalam merayakan Lebaran. Apalagi jika anak mendapatkan angpau dari keluarga besar. Ingatkan anak tentang fungsi uang yang bukan hanya untuk dibelanjakan, tapi juga disimpan dan disumbangkan. Atau jika anak membeli baju dan mainan baru, ia perlu menyumbangkan beberapa baju dan mainan yang sudah ia miliki.

    Dengan demikian, Ramadan dan Idul Fitri dapat menjadi momen yang bermakna mendalam bagi anak-anak kita sehingga bukan sekadar ritual menahan lapar dan haus, serta kumpul-kumpul dan makan bersama.

    May you have a meaningful Eid, Mommies!