Menjaga Otak Tetap Bekerja

Self

bukenip・28 Jan 2015

detail-thumb

Stay-At-Home-Mom*Gambar dari sini

Sebagai seorang ibu yang memutuskan untuk tidak bekerja, ada kekhawatiran yang lama kelamaan muncul. Bagaimana jika suatu hari nanti skill yang saya miliki hilang seiring dengan waktu? Bagaimana jika sewaktu anak saya SMA kelak, saya tidak lagi lancar berbahasa Inggris, atau sudah malas untuk mempelajari fitur gadget yang ia miliki? Or even worse, bagaimana jika kelak saya lebih ingat siapa saja yang pernah berpacaran dengan artis A daripada mengingat jenis tenses meskipun saya dulu berkali-kali mengajarkannya di kelas?

Jangan anggap saya berlebihan ya, Mommies. Mungkin mama saya atau ibu mertua fine-fine saja untuk lupa akan suatu hal that they mastered before, tapi saya tidak. Selain belum genap dua tahun menjadi stay-at-home mom, saya masih merasa bisa melakukan sesuatu dan berkarya, di manapun itu. Kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian. Melihat saudara yang terkena stroke dan menjadi terbatas geraknya, atau beberapa kerabat yang kehilangan suami di usia muda, sehingga para istri ini harus “turun gunung”, saya jadi berpikir lebih jauh. Tentu saja, tidak ada yang ingin hal buruk terjadi pada kita atau suami. Saya hanya merasa, it can happen to all of us.

Jadi, untuk kebaikan saya sendiri, saya memilih untuk terus “bekerja” alias menjaga otak saya agar tetap bekerja. Saya akui, di rumah seharian bisa menjadi anugerah, bisa juga musibah. Kalau kita bisa memanfaatkan waktu, itu anugerah. Namun kalau kita hanya mengalir saja, bisa jadi kita sudah menyia-nyiakan banyak kesempatan yang sebetulnya bisa kita peroleh.

Awalnya saya sempat bingung, saya mau apa ya? Saya tahu mengurus anak sudah cukup menghabiskan waktu, apalagi ketika mereka masih bayi. We hardly have time to just enjoy our meal. As they grow older, we have more time for ourselves. Pada saat itulah saya mulai mencari hal-hal yang saya bisa dan saya suka lakukan. Saya ingin kembali mengajar, rasanya belum memungkinkan. Meskipun itu hanya kursus 1-2 jam, anak saya tetap harus ada yang menjaga kan? Jadi, hal tersebut saya coret dari daftar untuk sementara.

Secara tidak sengaja, suami membaca tulisan saya dan memberi pujian. Buat saya, hal tersebut menjadi motivasi yang luar biasa, karena suami saya jarang sekali memberi komentar, apalagi pujian, haha..Saya pun jadi semangat menulis, sampai cukup percaya diri untuk submit article di Mommies Daily dan akhirnya dimuat! It’s a turning point for me, really. Saya pun jadi merasa hidup kembali dan semakin semangat menulis.

Masa-masa mellow bin galau itu pun berakhir (dan semoga tidak datang lagi). Setelah saya pikir, ternyata yang saya cari adalah eksistensi diri. Manusiawi sekali ya, haha.. Selama di rumah saja, saya merasa kehilangan sesuatu. Saya merasa punya energi, tetapi bingung mau disalurkan kemana. Akhirnya ketika saya mendapatkan pengakuan, saya merasa mampu, dan saya merasa kembali menemukan semangat untuk berkarya. Saya pun menjadi lebih happy, anak dan suami juga lebih happy karena sang ibu jadi enggak gampang ngomel, hehe..

Kalau Mommies masih merasa bingung, di halaman selanjutnya ada beberapa contoh aktivitas yang mungkin bisa membuat kita menemukan our long lost passion.

work-at-home-mom

  • Coba ingat-ingat, apa yang sejak dulu suka kita lakukan dengan penuh semangat, sampai lupa waktu misalnya. Bisa juga hal-hal yang menuai pujian dari orang-orang terdekat, atau hal yang menurut orang adalah keahlian kita.
  • Kalau sudah ketemu, kita bisa mulai melakukannya lebih sering, untuk mencari lebih jelas apa yang kita inginkan dari hal-hal tersebut. Kalau belum, dicoba saja beberapa hal yang menarik minat kita. Seperti Fifi Alvianto, yang awalnya memiliki tujuh blog dengan tema berbeda, sampai akhirnya mengerucut jadi beberapa blog yang benar-benar menjadi minatnya, bahkan “berbuah” majalah Laiqa.
  • Cobalah kunjungi website atau blog yang menjadi minat kita. Karena saya suka menulis, saya suka blogwalking ke blog parenting untuk membaca tulisan mereka, kadang klik link ke situs-situs senada, juga melihat desain blog, gaya penulisan, termasuk topik-topiknya. Kalau Mommies suka travelling misalnya, bisa melihat travel blog. Suka crafting? Banyak sekali tutorial dari website dalam dan luar negeri, ataupun Youtube.
  • Setelah “melihat dunia luar”, saya yakin Mommies jadi lebih punya banyak ide tentang apa yang ingin dilakukan. Misalnya, kalau suka memasak, maka ada beberapa resep yang ingin dicoba, lalu diunggah ke sosial media, atau didokumentasikan dalam bentuk foto dan video. Bisa juga memodifikasi resep dan dibuat menjadi sesuatu yang baru.
  • Untuk menambah ilmu, ikutlah workshop, seminar, kursus singkat, atau bahkan kompetisi. Siapa tahu hobi memotret anak setiap hari ternyata tidak hanya bisa menajamkan sense of photography kita tapi juga mendapatkan hadiah :)
  • Bring it to the next level. Teman saya yang punya passion for fashion, tadinya hanya berjualan melalui BBM (Blackberry Messanger). Lalu kemudian membuka butik kecil-kecilan, dan sekarang ikut kursus menjahit, karena ia berencana membuat label pakaian sendiri. Murtiyarini dan Rina Susanti, adalah dua dari sekian banyak mama blogger yang bisa membukukan postingan mereka ke dalam Mommylicious.
  • Merasa tetap belum punya keberanian untuk membuat passion lebih dari sekedar pengisi waktu luang? Ikutlah komunitas yang sesuai dengan minat kita. Kalau tidak tahu, ketik saja kata kuncinya di Google. Selain menambah ilmu, juga menambah teman. Apabila ada event, kita bisa bertemu dengan anggota yang lain, bertukar pikiran sampai menjalin pertemanan.
  • Bagaimana kalau kita tidak benar-benar berminat untuk melakukan hal yang lebih dari rutinitas kita? Bisa jadi karena benar-benar tidak sempat, misalnya. It’s ok. Saran saya, tetaplah “melek” informasi, entah dari televisi, media cetak, atau media sosial. Ini penting untuk kita sebagai seorang ibu, karena seperti pendapat Dian Sastro, ibu-ibu cerdas menghasilkan anak yang cerdas.

    Sekarang kita tinggal follow Twitter majalah pengasuhan anak atau psikolog saja, kita sudah mendapat ilmu gratis, tanpa bayar mahal, tanpa keluar rumah. Kalau ingin memperkaya aktivitas dengan anak di rumah, saya sarankan untuk mengintip Pinterest. Banyak sekali ide untuk melakukan aktivitas harian dengan cara kreatif. Oh ya, saya juga suka membaca kalimat motivasi, entah dari grup Whatssap atau display picture teman. Menurut saya, hal tersebut memberi andil yang cukup besar untuk terus menerus semangat dan berpikiran positif.

    So, kita boleh stay at home, selama kemampuan enggak stay the same ya Mommies :D