3D Sonomamogram; Apa dan Bagaimana

Health & Nutrition

adiesty・13 May 2014

detail-thumb

“Banyak perempuan yang enggan melakukan skrining kanker payudara lantaran takut jika ditemukan kanker pada payudaranya.”

Apa yang dikatakan dr. Cahyo Novianto, M.Si.Med, SpB-Onk, ahli bedah onkologi dari RS Puri memang benar, ya. Setidaknya hal ini berlaku buat saya pribadi. Selain melakukan pemeriksaan payudara dengan cara SADARI, saya memang belum pernah melakukan melakukan pemeriksaan lainnya. Alasannya? Ya, karena takut itu!

Hingga akhirnya mata saya benar-benar terbuka setelah mengikuti media edukasi bersama beberapa dokter ahli dari RS. Pondok Indah- Puri Indah beberapa waktu lalu. Selain ada dr. Cahyo Novianto, M.Si.Med, SpB-Onk dan dr. Andry, SpOG, hadir juga Dr. Rahmi Alfiah Nur Alam, SpRad (K). Waktu itu, fakta yang dijelaskan ke tiga dokter ini bikin saya ngeri. Jadi mikir, bagaimana kalau saya telat mengetahui kondisi kesehatan saya, termasuk soal kesehatan payudara? Padahal kalau melakukan skrining lebih dini, bisa lebih lega.

Berkaitan dengan skrining untuk payudara, Dr. Rahmi Alfiah Nur Alam, SpRad (K),  ahli radiologist dari RS Puri Indah ini banyak menjelaskan soal metode terbaru untuk mendeteksi dini kanker payudara, yaitu dengan 3D Sonomamogram.

3d mommogram*Saya bersama Dr. Rahmi Alfiah Nur Alam, SpRad (K)

Apa sih 3D Sonomamogram ini?

Rupanya, pemeriksaan 3D Sonomamogram ini disebut juga dengan Automated Breast Volume Scanning (ABVS) yaitu alat memindai payudara yang menggunakan gelombang ultrasonik. Alat ini mampu memberikan citra tiga dimensi dari anatomi payudara sehingga diagnosis payudara jadi lebih akurat dan komprehensif.

Yang membedakan dengan alat lainnya, misalnya alat ultrasonogram dua dimensi hanya mampu memberikan citra terbatas pada payudara. Sedangkan 3D Sonomamogram melakukan hasil pemindai tiga dimensional dari berbagai penampang untuk memberikan gambaran menyeluruh terhadap kemungkinan kelainan pada payudara.

Selain itu penggunaan 3D Sonomamogram memungkinkan alat ini melakukan pemindai secara otomatis berbasis komputer sehingga kemungkinan bias asumsi operator alat dapat diminimalisir.

Belum lama ini selain melakukan pemeriksaan LBC, saya pun melakukan skrining kanker payudara dengan 3D Sonomamogram di RS. Puri Indah. Kebetulan, waktu itu RS. Puri Indah sedang menggelar women screening package yang harganya lebih murah. Jadi sayang kan kalau dilewatkan? :D #IbuBijak

Sebelum melakukan skrining 3D Sonomamogram saya pun diminta untuk mengisi radiology checklist yang isinya beberapa pertanyaan. Misalnya, kapan tanggal terakhir pemeriksaan payudara oleh dokter, apakah menstruasi kita teratur atau tidak, kapan tanggal terakhir menstruasi, apakah ada rasa tidak nyaman pada payudara kita, dan beberapa pertanyaan lagi. Saya pikir, pertanyaan ini tentu bisa membantu dokter saat melakukan diagnosa.

Setelah menunggu bebepa menit, saya pun langsung masuk ruangan dan melakukan pemeriksaan. Dan ternyata pemeriksaan ini sama sekali nggak sakit, lho. Persis dengan tagline yang digunakan RS Pondok Indah Group untuk 3D Sonomamogram. No pain required only smile.

Awalnya, sih, operator atau suter yang menemani saya bilang, “Maaf, ya, Bu. Mungkin akan sedikit sakit.” Sambil mesem-mesem, saya pun lantas jawab, “Kenapa suster? Karena payudara saya nggak besar, ya?”. Ternyata benar, menurut operator, ada beberapa pasien yang payudaranya kecil merasa sakit ketika alat gelombang elektroniknya ditempelkan pada payudara mereka. Tapi buat saya, rasanya nggak sakit kok. Belum ada apa-apanya ketimbang saat kita menyusui. Serius, deh!

Dengan posisi berbaring, payudara saya diperiksa dengan alat pemindai yang bisa menangkap gelombang ultrasonik dengan cara ditempelkan ke arah payudara. Mungkin bisa diibaratkan dengan pemeriksaan rontgen di mana alat tersebut ditekan dibagian payudara. Sisi depan, samping kanan dan samping kiri. Pantas saja, ya, kalau pemeriksaan 3D Sonomamogram ini dibilang lebih detail dan akurat, karena memang pemeriksaan payudara dilakukan dari berbagai sisi.

Waktu pemeriksaan pun hanya sebentar, hanya 30 menit. Setelah itu, saya langsung bertemu dengan Dr. Rahmi yang menjelaskan kondisi payudara saya *dagdigdug*. Waktu itu, dokter yang biasa disapa dengan dokter Ami ini bilang kalau kondisi payudara sebelah kiri saya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sehat. Tapi, ternyata dari pemeriksaan tersebut langsung diketahui kalau payudara sebelah kanan saya memiliki kista *duh*.

“Tenang saja, kistanya sangat kecil kok, hanya 3 mm. Biasanya kista ini timbul hanya karena faktor homonal saja,” jelas dr. Rahmi. Mendengar penjelasannya, jelas saja saya langsung mengucap syukur Alhamdulillah. Tapi karena masih takut, saya pun lantas tanya apakah kista ini merupakan salah satu indikasi pemicu kanker payudara? Menurut Dr. Rahmi, kista ini hanya karena faktor hormonal yang bisa hilang dengan sendirinya, dan bukan biang keladi kanker payudara.

Tapi, Dr. Rahmi tetap menyarankan untuk melakukan pemeriksaan 3D Sonomammogram secara rutin, setahun sekali. Dan ini nggak cuma berlaku untuk saya saja, lho. Tapi buat seluruh perempuan. O, ya, untuk hasil yang lebih akurat, pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada hari 7-10 hari pertama menstruasi.

Selain cepat, nyaman dan akurat, Dr. Rahmi menjelaskan kalau pemeriksaan ini aman bagi siapapun. Termasuk ibu hamil. Soalnya, 3D Sonomammogram tanpa radiasi yang menggunakan gelombang ultrasonik 5-14 Mhz sehingga aman bagi tubuh. Nah, ada yang mau skrining payudara dengan 3D Sonomammogram? Walaupun awalnya kita suka merasa parno duluan,  takut kalau hasilnya tidak sesuai harapan. Tapi, bukankah kalau kita tidak apa-apa mengenai kondisi kesehatan justru lebih mengerikan?