
Mommies dan Daddies makin jarang melakukan hubungan seks? Kenali tanda dry spell, penyebab, hingga kapan harus cari bantuan profesional.
Mommies, pernah nggak mengalami hubungan seksual dengan pasangan perlahan-lahan berubah? Bukan karena drama besar, bukan karena perselingkuhan, tapi belakangan, untuk melakukan keintiman fisik seperti nggak ada mood, nggak ada tenaga, nggak punya waktu, atau bahkan sama sekali nggak kepikiran.
Kalau iya, maka kemungkinan besar Mommies sedang mengalami fenomena yang dinamakan dry spell.
BACA JUGA: Bercinta Tetap Hot Meski Perut Buncit, Ini 10 Posisi Seks yang Cocok!
Dry spell atau kurangnya keintiman seksual dalam suatu hubungan adalah kondisi ketika hubungan seksual semakin jarang dilakukan. Pada kondisi yang buruk, dry spell bisa membuat pernikahan terasa datar dan hambar. Kondisi ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi dan dapat dianggap “normal” tergantung pada individu yang terlibat dan konteks hubungannya. Umumnya, dry spell menjadi masalah serius ketika menyebabkan tekanan yang signifikan bagi salah satu atau kedua pasangan.
Tapi tenang, Mommies, dry spell itu super umum, bahkan terjadi di hubungan yang sebenarnya baik-baik saja. Hidup kita sangat dinamis termasuk untuk urusan seks. Libido naik turun, energi nggak selalu stabil, dan kadang prioritas kita berubah. Jadi kalau sekarang urusan diapers, pekerjaan, atau sekolah anak lebih sering mengisi otak ketimbang urusan ranjang dan bermesraan, you know what? You’re not alone.
Yang penting bukan seberapa sering Mommies berhubungan seks tapi apakah Mommies dan pasangan baik-baik saja dengan frekuensi tersebut? Atau sudah ada rasa frustrasi, insecure, dan menjauh? Nah, di sinilah pentingnya mengenali dry spell yang masih normal vs dry spell yang sudah perlu bantuan profesional.

Banyak banget penyebabnya dan ini bukan semata-mata soal “nggak sayang lagi” atau “nggak menarik lagi”. Terapis seks dan penulis buku Becoming Cliterate, Dr. Laurie Mintz, menjelaskan bahwa dry spell bisa muncul karena sebab individual, medis, atau adanya masalah dalam hubungan suami dan istri.
Obat-obatan seperti SSRI juga dapat menurunkan libido, begitu juga kondisi fisik dan psikologis seperti rasa sakit saat berhubungan atau depresi. “Sex shouldn’t hurt. Jadi kalau seks bikin sakit, segera temui dokter,” kata Mintz.
Selain itu, ada beberapa faktor yang sering bikin hubungan seksual jadi makin jarang:
Jadi kalau Mommies selama ini merasa kering di ranah seksual, bukan berarti ada yang salah dengan diri atau pernikahan Mommies. Sangat mungkin tubuh, pikiran, dan hidup sedang butuh istirahat dulu.
BACA JUGA: Vaginismus: Saat Tubuh “Menolak” Penetrasi dan Cara Mengatasinya Secara Medis
Setiap hubungan beda, tapi tanda-tanda paling umum antara lain:
Tapi dry spell tidak otomatis berarti tanda bahaya. Mari kenali kapan dry spell masih aman, dan kapan Mommies benar-benar butuh bantuan profesional, baik dokter atau psikolog.
Dry spell dalam kehidupan seksual suami istri masih dianggap normal jika:
Contoh: baru punya bayi, pindah rumah, kelelahan pekerjaan, merawat orang tua sakit, burnout, dan berbagai perubahan besar.
Saat kondisi stres mereda, biasanya libido pelan-pelan balik lagi.
Kalau dua-duanya santai, nggak tersinggung, nggak tantrum, dan nggak merasa kehilangan kedekatan emosional maka masih aman.
Pelukan, ngobrol, ketawa bareng, membelai rambut, pegangan tangan, dan bentuk-bentuk keintiman fisik lain. Jika keintiman fisik dan emosional masih jalan meski hubungan seksual nggak sesering dulu, Mommies dan pasangan tetap merasa nyaman, maka Mommies dan suami nggak perlu khawatir.

Nah, kalau tanda-tanda berikut muncul, mungkin waktunya cari bantuan expert seperti konselor pasangan, sex therapist, psikolog, atau dokter:
Seksolog Rhiannon John, menekankan bahwa terapi bisa membantu individu maupun pasangan mengatasi hambatan yang memengaruhi kehidupan seksual. Penting juga untuk melakukan prioritas self-care seperti tidur cukup, aktivitas fisik, dan konsumsi nutrisi yang baik.
Sex coach Julia Svirid, menambahkan bahwa baik suami dan istri harus bersedia berubah dan berusaha. Sia-sia jika upaya hanya dilakukan salah satu pihak.
Sekarang bagian yang biasanya paling ditunggu: apa yang bisa dilakukan?
Memang ngomong “harus bikin seks jadi prioritas” itu mudah, tapi menjalaninya sambil mengejar deadline pekerjaan, menyuapi anak, dan memastikan suami juga baik-baik aja bukan hal yang mudah. Tapi mari ikuti beberapa tips yang realisits dari para ahli untuk suami dan istri:
Menurut Dr. Laurie Mintz, komunikasi adalah langkah pertama. Tapi sebaiknya dibicarakan di luar kamar tidur, dan dalam kondisi hati serta pikiran yang lebih nyaman. Bahas apa yang terjadi, tanpa menyalahkan. Jadwalkan waktu untuk seks kalau perlu. Mungkin terasa kurang menarik, ya. Seks kok dijadwalkan. Tapi cobalah dulu. Setelah semua membaik, kalian bisa kembali melakukan seks yang spontan.
Anna Nash, PhD, dari University of Utah Health mengingatkan bahwa kita mungkin tanpa sadar sedang menekan pedal ‘rem seks’.
Coba identifikasi apa yang menghambat mood kalian:
Nash juga mengingatkan jangan cuma nunggu pasangan ngajak bercinta. Kalau sering menolak diajak bercinta ketika lagi capek, maka cobalah berinisiatif di momen Mommies sedang nyaman.
Dengan begitu, tubuh dan pikiran nggak merasa seks sebagai kewajiban, tapi pilihan.
Kalau sudah coba semuanya tapi tetap buntu, jangan merasa gagal. Sex therapist, konselor pernikahan, dan dokter ada untuk membantu. Jadi, temuilah mereka.
BACA JUGA: 21 Film dan Serial Netflix yang Penuh Adegan Ranjang, Pas untuk Quality Time bareng Suami
Cover: Kampus Production/Pexels