Ini Tanda-Tanda Overstimulasi Berlebihan pada Anak-Anak Saat Liburan, Cegah Tantrum!

Parenting & Kids

Mommies Daily・in 3 hours

detail-thumb

Saat liburan bisa saja anak merasakan stimulasi berlebihan atau overstimulasi. Penting bagi Mommies mengenali tanda-tandanya untuk mencegah sejak awal!

Musim liburan, khususnya jelang Natal dan Tahun Baru adalah momen yang sangat meriah. Bagi yang merayakan, rumah terlihat berbeda dengan hiasan, biasanya pohon Natal lengkap dengan lampu dan music pengiring. Itu baru hiasan, belum kemunculan saudara yang tiba-tiba datang dari antah berantah. Bagi beberapa anak, terutama yang bergantung pada rutinitas atau memiliki sensitivitas sensorik, hal ini bisa menimbulkan overstimulasi.

Bayangkan, rutinitas mereka yang biasanya sepi berubah menjadi begitu ramai saat liburan. Alih-alih menikmati kesenangan di saat liburan, anak bisa menjadi kewalahan hingga tantrum. Nah, mungkin ada baiknya mengurangi beberapa kemeriahan liburan tersebut.

Psikolog anak Kristin Edwards menyarankan agar orang tua mengevaluasi kegiatan dan acara yang ingin mereka ikuti saat liburan.

“Dua hal yang menurut saya dapat dipikirkan orang tua adalah seberapa besar ketidaknyamanan sensorik yang akan ditimbulkannya? Dan seberapa bermaknakah kegiatan tersebut bagi keluarga?” katanya, seperti dikutip dari Parents.

Menurutnya, kalau memang kegiatan tersebut tidak terlalu penting dan bisa mengakibatkan overstimulasi maka bisa saja dihilangkan. Namun dalam kenyataannya tentu tak semudah itu, kan, Mommies. Kalau sudah begini lebih baik melakukan antisipasi dengan melihat tanda-tanda overstimulasi saat liburan pada anak.

BACA JUGA: 9 Destinasi Wisata Seru Anti-Gadget untuk Anak Gen Alpha, Cocok untuk Liburan!

7 Tanda Overstimulasi Pada Anak Saat Liburan

Foto: unsplash

Berikut adalah beberapa tanda umum overstimulasi dan bagaimana tanda-tanda tersebut mungkin muncul selama aktivitas liburan.

1. Jadi lebih sibuk dan hiperaktif

Anak-anak mungkin menjadi sangat sibuk atau hiperaktif. Mereka mungkin berlari-lari di ruang tamu saat Mommies sedang menghias pohon Natal atau melompat-lompat di atas furnitur saat kumpul keluarga. Bahkan mereka bisa berjalan-jalan hingga ke altar sambil menunggu ibadah gereja dimulai. Ini bukan perilaku buruk, ya, Mommies. Ini cara mereka melepaskan beban sensorik berlebih yang mereka rasakan.

2. Reaksi agresif

Overstimulasi dapat membuat anak bereaksi dengan cepat dan kuat. Memukul, menggigit, atau mendorong dapat terjadi saat mereka merasa kewalahan. Misalnya, anak mungkin mendorong Mommies atau suami saat semua orang berbelanja hadiah Natal. Ini terjadi karena kerumunan, kebisingan, dan tampilan yang terang benderang di mal terlalu berlebihan.

3. Lebih sering meledak-ledak

Ketika indra mereka mengalami stimulasi berlebih, emosinya bisa meledak. Nah, ledakan emosi ini bisa terjadi tanpa peringatan alias tiba-tiba. Misalnya menangis di tengah makan malam Natal, menolak memakai sepatu sebelum mengunjungi kerabat, atau menangis di gereja karena musik terasa terlalu keras. Pemicu kecil terasa besar ketika sistem saraf mereka sudah kewalahan.

4. Menarik diri dari aktivitas

Beberapa anak merespons stimulasi berlebihan dengan menarik diri. Mereka mungkin menolak ikut menghias pohon Natal, bersembunyi saat foto keluarga, atau memilih tinggal di sudut yang tenang daripada ikut membuka kado.

5. Kembali ke kebiasaan dan perilaku lama

Stres liburan dapat menyebabkan anak-anak kembali ke kebiasaan lama, terutama saat rutinitas mereka terganggu. Anak-anak yang lebih muda mungkin menjadi lebih manja selama acara besar atau bersikeras untuk digendong di mal. Yang lain mungkin kembali mengisap jari atau mengalami ngompol setelah beberapa hari sibuk dengan acara, loh.

6. Sulit konsentrasi

Nah, buat anak-anak yang lebih tua biasanya mereka kesulitan berkonsentrasi. Mereka mungkin menjadi mudah marah saat membantu membungkus hadiah atau kesulitan duduk tenang selama ibadah gereja.

7. Keluhan fisik

Ketika merasa kewalahan, anak-anak mungkin merasakan rasa sakit fisik di tubuh mereka. Sakit kepala atau sakit perut jadi keluhan mereka. Gejala-gejala ini seringkali merupakan tanda bahwa indra mereka telah menerima lebih banyak rangsangan daripada yang dapat mereka tangani.

Cara Efektif Mengatasi Overstimulasi Pada Anak Saat Liburan

Photo: Unsplash

Yuk, Mommies, coba cara berikut ini untuk atasi overstimulasi anak.

1. Persiapkan diri mereka dengan mengajak ngobrol

Beritahu mereka apa yang akan terjadi di saat liburan. Misalnya, ke mana kalian akan pergi, siapa yang akan ada di sana, apa yang akan mereka lakukan, dan kapan kalian akan pulang. Bahkan, Mommies bisa memperlihatkan foto orang-orang yang akan mereka temui. Ini membantu mengurangi kecemasan anak, loh.

2. Bawa barang kesukaan anak

Kalau di musim liburan ini Mommies dan keluarga berminat untuk mudik atau liburan bersama keluarga besar, cobalah membawa beberapa barang yang familier. Siapkan tas kecil berisi buku favorit anak. Bisa juga membawa mainan yang biasa mereka mainkan. Bahkan membawa camilan favorit mereka juga membantu.

3. Perbolehkan anak untuk menyepi ke kamar atau tempat favorit

Nah, beda lagi kalau pertemuan keluarganya terjadi di rumah Mommies. Saat anak merasa kewalahan karena banyak saudara datang, perbolehkan mereka untuk ‘mengungsi’ sebentar ke kamar. Jangan justru marah dan menegur anak karena dianggap tidak sopan.

Namun jangan sampai juga anak benar-benar bersembunyi dan terisolasi. Beri Waktu 5-10 menit. Kalau sudah melewati batas waktu, datangi kamar mereka dan ajak mengobrol untuk mengetahui apakah stimulasi berlebihan pada anak sudah mereda.

4. Perhatikan tanda-tanda peringatan dini

Jika mereka mulai berjalan mondar-mandir, menutup telinga, berbicara lebih keras, atau menjadi clingy, ini adalah tanda bagi Mommies untuk keluar Bersama mereka. Ajak anak untuk istirahat agar indera mereka tidak terlalu kewalahan.

5. Kelola juga rasa stres Mommies

Anak-anak merasakan suasana hati kita. Ketika kita tetap tenang dan stabil, mereka dapat menghadapi situasi baru dengan lebih baik. Menurut terapis Liz Kidney, orang tua yang tenang bisa membuat anak yang tadinya mengalami overstimulasi jadi ikut lebih tenang.

“Sistem saraf kita saling berkomunikasi, dan ketika seorang anak merasakan bahwa kita (orang tua) stabil, tubuh mereka juga merasa lebih aman,” kata Kidney, seperti dikutip dari Parents.

BACA JUGA: 8 Rekomendasi Hotel Ramah Keluarga untuk Liburan Akhir Tahun: Dari Jakarta Sampai Jogja

Ditulis oleh: Imelda Rahma

Cover: Freepik