Profesi Clipper: Tren Karier Gen-Z yang Bisa Hasilkan Belasan Juta. Mommies Sudah Familiar?

Parenting & Kidsdetail-thumb

Viral, fleksibel, dan penghasilannya real! Kenalan sama profesi clipper yang lagi naik daun di kalangan Gen-Z. Lihat detailnya di sini!

Mommies, kalau akhir-akhir ini anak atau keponakan Gen-Z suka ngomong soal “jadi clipper” atau “dapet cuan dari nge-clip konten viral”, mereka nggak bercanda, lho. Dunia digital memang makin luas, dan sekarang ada profesi baru yang sedang naik daun, yaitu clipper. Apa iitu clipper? Clipper adalah orang yang menghasilkan uang dengan membuat potongan video pendek dari konten berdurasi panjang milik kreator.

Dan yang bikin heboh, profesi ini bisa menghasilkan belasan juta rupiah per bulan, bahkan buat pemula. Nggak heran jika Gen-Z girang. Kerja dari kamar, modal laptop atau HP, dan penghasilannya bisa mengalahkan gaji mereka yang bekerja kantoran 9-to-5. Tapi tunggu dulu, di balik peluang mendapatkan uang, tentu ada juga risiko dan hal penting yang perlu orang tua pahami sebelum anak benar-benar terjun ke profesi ini.

BACA JUGA: Prediksi Pekerjaan yang Akan Muncul untuk Gen Alpha dan Gen Beta, Menurut Studi

Apa Sebenarnya Pekerjaan Clipper?

Foto: Freepik

Clipping adalah proses mengambil potongan video dari konten berdurasi panjang, lalu mengeditnya jadi video pendek yang lebih menarik untuk diunggah di platform seperti TikTok, Instagram Reels, YouTube Shorts, atau Facebook Reels.

Kerjanya terlihat simpel, tetapi sebenarnya cukup strategis:

  • Menemukan momen “emas” dari video panjang (misal: bagian paling lucu, inspiratif, dramatis, mengharukan, atau kontroversial).
  • Mengedit biar tampilannya cepat, padat, dan engaging.
  • Menambahkan caption, sound, dan efek biar cocok dengan algoritma media sosial.
  • Mendistribusikan ke banyak platform. Semakin sering upload, makin besar peluang viral.
  • Kalau Mommies lihat akun video motivasi, cuplikan podcast, potongan konten public figure, besar kemungkinan ada peran clipper di baliknya.

Alasan Profesi Clipper Menarik Buat Gen-Z

Jawabannya simple dan logis banget buat mereka, yaitu fleksibilitas + cuan + sesuai passion digital.
Beberapa alasan profesi clipper bisa booming:

  • Bisa kerja dari mana saja: kamar tidur, coworking space, bahkan saat traveling.
  • Potensi pendapatan besar: banyak sistem pembayaran berbasis performa (misal: per 1.000 views) sehingga kalau videonya viral, cuannya ikut meledak.
  • Gen-Z sudah paham algoritma: mereka terbiasa dengan tren media sosial jadi punya insting konten yang kuat.
  • Nggak butuh gelar sarjana: cukup skill editing dasar dan latihan meningkatkan feeling konten.
  • Bukan cuma kreator digital besar yang butuh clipper. Brand, podcaster, influencer, gamer, bahkan perusahaan-perusahaan sudah mulai merekrut clipper untuk meningkatkan exposure konten media sosial mereka.

Berapa Penghasilan Sebagai Clipper?

Kisaran pendapatan clipper sangat variatif, mulai dari:

  • Rp3–5 juta untuk pemula yang baru mengerjakan proyek kecil
  • Rp8–12 juta untuk clipper berpengalaman dengan banyak klien
  • Di atas Rp15 juta untuk clipper yang videonya sering viral atau punya kontrak tetap

Ada juga clipper yang menghasilkan uang pasif, karena video yang sudah diupload tetap menghasilkan selama ditonton. Nggak heran kan, kalau profesi ini terlihat “menggiurkan banget” buat Gen-Z.

Bagaimana Cara Jadi Clipper yang Berhasil?

Bagi Mommies yang punya anak atau adik Gen-Z yang tertarik menjalani profesi ini, berikut langkah realistis yang bisa jadi panduan:

  • Pilih niche yang jelas (gaming, fashion, motivasi, podcast percintaan, humor).
  • Belajar editing dasar: CapCut, VN, atau Adobe Premiere.
  • Belajar pattern viral: struktur hook 3 detik pertama, ritme cepat, subtitle bold penuh warna.
  • Rajin posting ke banyak platform: makin sering upload, makin besar peluang viral.
  • Monetisasi: begitu akun tumbuh, ada 4 sumber penghasilan yang paling realistis yaitu platform payout, sponsor, afiliasi, dan klien tetap.

Bahkan sekarang sudah banyak komunitas pelatihan clipper dan kursus editing video resmi dan terstruktur seperti SAE Indonesia yang menawarkan short-course Video Editing dan pelatihan daring/online seperti LSP TIK Indonesia lewat program “Online Academy Content Creator & Video Editor” yang berbasis standar kompetensi nasional.

Tetap Ada Risiko yang Perlu Diperhatikan

Inilah bagian yang sering dilewatkan oleh remaja dan Gen-Z yaitu urusan legalitas dan etika konten.

  • Banyak konten yang diklip tidak memiliki izin dari pemilik video.
  • FTC (badan regulasi iklan digital di Amerika) mewajibkan disclosure untuk konten sponsor sementara clipping sering bergerak di area abu-abu. Di Indonesia regulasi hukum mengatur iklan dan promosi secara umum, tapi belum ada regulasi spesifik yang mengatur secara tegas tentang kewajiban disclosure untuk influencer di semua platform.
  • Ada platform clipping yang mengharuskan mengikuti aturan, tetapi realitanya sulit dipantau.
  • Jika konten yang diklip mengandung iklan terselubung, brand bisa terkena masalah hukum.

Pengacara IP Jesse Saivar bahkan menyebut bahwa klien brand-brand besar akan sangat menjaga aturan, tetapi klien kecil atau start-up justru sering menyepelekan aturan untuk mengejar trafik. Ini yang membuat clipper berpotensi terlibat risiko tanpa sadar.

Orang Tua Tetap Perlu Terlibat

Foto: Freepik

Mommies, profesi ini sah dan bisa jadi peluang karier masa depan. Tapi pengawasan tetap penting karena:

  • Anak bisa terburu-buru mengejar viral tanpa memahami legalitas penggunaan konten.
  • Ada budaya kerja “upload sebanyak mungkin” sehingga rawan begadang, kurang tidur, dan burnout.
  • Dunia clipping bisa membuat anak terlalu terpaku pada angka likes, views, dan performa.
  • Yang ideal dilakukan orang tua adalah bukan melarang, melainkan mengarahkan, membimbing, dan menjaga keseimbangan.

Tips Sederhana untuk Orang tua

  • Ajak anak diskusi soal etika penggunaan konten orang lain
  • Buat batas jam kerja biar tidak mengganggu sekolah dan kesehatan
  • Edukasi soal privasi dan keamanan digital
  • Tanyakan progres sesekali tanpa mengontrol berlebihan
  • Saat anak merasa didukung dan diarahkan, profesi digital seperti clipping bisa jadi jalur karier yang sehat dan produktif.

Profesi clipper adalah peluang besar selama dilakukan dengan bijak. Tambahan lagi, profesi ini dapat memberi Gen-Z:

  • Kreativitas
  • Fleksibilitas
  • Penghasilan tinggi
  • Peluang karier digital masa depan

Namun juga membawa risiko seperti:

  • Pelanggaran hak cipta
  • Tekanan sosial dari perburuan angka viral
  • Potensi jam kerja tidak sehat

Nah, kira-kira Mommies mendukung, gak, jika anak-anak memulai pekerjaan sebagai clipper?

BACA JUGA: Rekomendasi Pekerjaan Remote untuk Para Ayah

Cover: Freepik