banner-detik
LIFESTYLE

Film Pangku, Melihat Dunia Melalui Mata Seorang Ibu Tunggal

author

Rahmasari Muhammad21 Nov 2025

Film Pangku, Melihat Dunia Melalui Mata Seorang Ibu Tunggal

Film Pangku karya Reza Rahadian ini menjadi sebuah kisah inspiratif kehidupan ibu tunggal di wilayah Pantura yang penuh dengan perjuangan dan stigma.

Menonton Film Pangku lebih dari sekedar hiburan, tapi terasa sebagai sebuah pengalaman reflektif yang erat dengan kehidupan nyata. Menyoroti perjuangan ibu tunggal, Sartika (Claresta Taufan) yang berusaha mencari kehidupan lebih layak untuk diri dan anaknya, Bayu (Shakeel Fauzi) di daerah Pesisir Pantai Utara (Pantura).

Film ini mengisahkan perjuangan ibu tunggal yang tidak punya banyak pilihan, mengantarkan Tika menjadi menjadi “Perempuan Kopi Pangku”, fakta yang tidak asing di wilayah Pantura dan dipraktikkan sejak dulu. Tidak sekedar menjual kopi, tapi harus menggelendot manja dan memijat, seraya dipangku oleh para supir bus yang mampir beristirahat di warung.

Sebuah fenomena ironis yang harus dilakukan Tika, kerap kali sambil disaksikan anaknya yang masih kecil. Apa saja pelajaran dan pengingat bermakna dari film ini?

BACA JUGA: Kuis Ayah: Dari Karakter di Film dan Drakor, Mana yang Paling Mirip dengan Suami?

Potret Nyata Kemiskinan Struktural

Mirisnya, Tika adalah potret nyata perjuangan ibu tunggal di Indonesia, yang masih banyak yang berada di garis kemiskinan struktural. Kemiskinan perempuan mencapai 9,20 persen pada 2024 (BPS). Artinya, masih terdapat 8,71 juta perempuan dan 3,97 juta anak perempuan yang hidup miskin dan menjadi tugas besar Pemerintah untuk mengatasinya.

Dalam 5 tahun terakhir (2021-2025), Anggaran Perlindungan Sosial rata-rata mencapai Rp270 triliun (12%) dari Total Belanja Pemerintah Pusat, namun belum secara signifikan berimplikasi terhadap kemiskinan yang dihadapi perempuan (Seknas Fitra).

Kerja keras bukan satu-satunya jawaban, karena kesulitan masyarakat untuk menggunakan sumber daya alam yang tersedia, juga ketergantungan dari kelompok masyarakat miskin kepada kelompok masyarakat yang memiliki kelas sosial ekonomi lebih tinggi sehingga mereka yang hidup miskin akan tetap miskin, seperti jelas terlihat di Film Pangku ini.

film pangku

Foto: Instagram @filmpangku

Sistem Hukum dan Kebijakan Negara Belum Berpihak pada Ibu Tunggal

Kemiskinan marginal juga menunjukkan, rumah tangga yang dikepalai perempuan lebih rentan berada dalam kondisi berat, karena berbagai stigma masyarakat serta kebijakan hukum yang tidak berpihak pada ibu tunggal. Lebih dari mencari nafkah, Tika juga berjuang agar anaknya bisa bersekolah demi menaikkan strata dan level ekonomi.

Tapi keadaan menjadi sulit saat sekolah meminta nama ayah dan akte kelahiran anak. Nyatanya, ibu tunggal masih menjadi pihak yang sering dirugikan, termasuk saat mengurus Akta Kelahiran anak yang harus menyertakan Kartu Keluarga dan Surat Nikah, tentunya memberatkan ibu tunggal d iluar pernikahan, misalnya korban pemerkosaan, nikah siri atau kasus lain yang tidak berpihak pada perempuan.

Ibu Tunggal Menanggung Beban Finansial dan Emosional Keluarga

Beban ibu tunggal juga terjadi saat perceraian, perpisahan atau punya anak di luar pernikahan, dimana nafkah wajib seringkali hanya sekedar formalitas ketuk palu di persidangan, atau malah sang ayah bebas melenggang pergi tanpa melalui proses hukum apapun. Minim intervensi Pemerintah dalam memastikan perlindungan kesejahteraan bagi Ibu dan anak.

Seperti yang dialami Tika, segala pergulatan dijalani, tanpa banyak bantuan dari orang lain, apalagi Negara dan Pemerintah. Kecuali dukungan dari Bu Maya (Christine Hakim), pemilik kedai Kopi Pangku, sesama perempuan marginal, yang bersedia menampung keluarga Tika di rumah amat sederhana yang ditempatinya bersama suaminya.

Foto: Instagram @filmpangku

Sistem dan Budaya Patriarki yang Merugikan Perempuan dan Ibu Tunggal

Perjuangan Tika tidak selesai sampai di situ. Saat tawaran harapan baru datang dari seorang supir bus yang tampak menjanjikan kehidupan lebih baik, lagi-lagi Tika harus menelan kecewa karena hanya jadi objek pencapai keinginan Hadi (Fedi Nuril).

Sebagai Ibu Tunggal di garis kemiskinan, dia dipaksa tunduk pada budaya patriarki yang mengglorifikasi kehadiran laki-laki demi hidup lebih layak. Janji memberi modal berjualan mie ayam  dan bantuan pengurusan dokumen anak dianggap penyelamat hidup bagi Tika. Asalkan tidak lagi menjadi Perempuan Kopi Pangku yang akrab dengan prostitusi.

Tradisi Eksploitasi Perempuan 

Tradisi Kopi Pangku bukan terjadi dalam semalam, tapi dimulai sejak lama dari Pelabuhan Semarang dan sekitarnya pada abad ke-19 (Hartanto & Hudiyanto, 2023) yang dipelihara hingga kini. Fenomena ini sering dianggap sebagai cerminan tekanan ekonomi yang dialami banyak perempuan di wilayah Pantura, dan sering menjadi awal dari transaksi seksual yang sarat dengan eksploitasi perempuan.

Penilaian Bias Gender terhadap Perempuan dan Ibu Tunggal

Film ini berlanjut saat Tika yang menjadi korban, justru menjadi pihak yang disalahkan dan diusir dari rumah, sementara Hadi yang berlaku curang, tidak menerima konsekuensi yang berarti. Sebuah fakta yang harus dihadapi perempuan apalagi ibu tunggal, menjadi pihak yang kerap disalahkan jika terjadi pelanggaran hukum dan adat.

Awal film pun menunjukkan penilaian masyarakat terhadap perempuan yang menyudutkan dan merendahkan. Melalui adegan supir mobil tumpangan yang menurunkan Tika karena dianggap pembawa sial penyebab mobil mogok. Perempuan apalagi ibu tunggal seringkali dianggap warga nomor dua, tidak punya banyak pilihan dan suara apalagi posisi setara di ranah publik.

Tika hanya salah satu dari fenomena perjuangan ibu tunggal di Indonesia, yang bertahan sekuat tenaga agar tetap berdiri utuh, berjuang sendiri dalam sunyi, hanya ditemani harapan demi anak yang dicintai sepenuh hati, walaupun diterpa berbagai kecaman, sistem hukum dan kebijakan yang menepikannya.

BACA JUGA: 10 Film Keluarga Terbaik, Menurut Produser Film JUMBO

Cover: Instagram @filmpangku

Share Article

author

Rahmasari Muhammad

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan