
Simak cara seorang Rangga Sastrowardoyo, menjalani perannya sebagai ayah dengan jam kerja yang tidak menentu tapi tetap bisa menjunjung tinggi quality time.
Mommies, siapa yang sudah nonton film Abadi Nan Jaya di Netflix? Iya, film zombi dengan kearifan lokal yang dianggap sebagai tonggak baru dalam sinema horor Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara. Di balik film dengan cerita yang menegangkan dari awal sampai akhir, ada sosok ayah inspiratif, yakni Rangga Sastrowardoyo, yang merupakan bagian dari tim Story Development. Simak bagaimana passion Rangga dalam industri film bisa dijalankan selaras dengan peran beliau sebagai ayah bagi Aksara (13) dan Indigo (9).
Salah satu saran terbaik yang saya dapat ketika Aksara lahir adalah, “Always be there for them.” Saya pun sadar, bahwa kalimat itu tidak mengharuskan saya selalu berada di sisi mereka secara fisik, tapi yang harus saya bangun adalah kepercayaan mereka bahwa saya akan selalu ada untuk mereka kapanpun itu. Sebagai pekerja kreatif yang jam kerjanya bisa dibilang cukup ajaib, saya tidak memiliki konsep quality time yang spesial untuk anak-anak, tetapi setiap momen bersama mereka selalu punya presence yang kuat ─baik itu ketika mengantar ke sekolah, menonton TV bersama, atau bahkan hanya diam sambil sibuk menggambar. Satu hal lagi yang saya lakukan untuk mereka adalah memasak jika waktu memungkinkan. Bagi saya, memasak itu adalah cara saya berkarya untuk langsung mereka nikmati, semacam memindahkan sayang saya ke ke hati mereka lewat rasa.

Buat saya, peran Ayah dalam pengasuhan sangatlah penting, namun konteksnya adalah partnership bersama Ibu. Dengan pengasuhan bersama, seorang anak akan mendapatkan perspektif lebih luas dalam menjalani hidupnya sehingga dia bisa memilah jalan yang terbaik untuk dirinya. Inilah pentingnya kolaborasi pasangan untuk bisa memberikan nilai yang terus konsisten ke anak-anak dan tentunya saling mengisi dalam parenting sehingga anak pun melihat orangtua sebagai satu tim.
Selain itu, peran utama saya sebagai Ayah adalah sebagai panduan hidup mereka, sehingga otomatis saya pun harus memperbaiki kehidupan saya sehingga mereka mendapatkan contoh terbaik di rumah. Semakin saya ikut mengasuh mereka, dari lahir sampai sekarang, sebenarnya saya juga banyak belajar untuk menjadi diri yang lebih baik lagi. Ada sebuah lirik lagu yang selalu terngiang untuk saya, “I discover who I am, the day I gave you life.” Walau konteks lagu itu tentang seorang ibu, namun saya bisa mengerti perasaan itu karena banyak sisi baru ditemukan dalam diri saya setelah Aksara dan Digo hadir di kehidupan saya. Dan semua ini pada akhirnya mengerucut ke satu hal; menjadi lebih baik hari ini daripada kemarin. Saya tidak hanya melihat dan menjaga mereka tumbuh, tapi saya juga tumbuh bersama mereka.
Peran utama saya sebagai Ayah juga sebagai panduan hidup mereka, sehingga otomatis saya pun harus memperbaiki kehidupan saya sehingga mereka mendapatkan contoh terbaik di rumah. Singkatnya, saya tidak hanya melihat dan menjaga mereka tumbuh, tapi saya juga tumbuh bersama mereka.
Ketiga nilai ini saya tanamkan ke mereka sebagai sebuah rangkaian. Jadi orang baik tidak akan berguna kalau tidak pintar, pintar namun tidak baik juga merugikan banyak orang, dan tentunya kalau baik dan pintar tapi tidak sehat percuma juga. Jadi ketiga nilai adalah sebuah kesatuan yang saya harap mereka bisa terapkan di kehidupan.
Baca juga: 7 Rahasia Tubuh Sehat di Usia 40-an ala Kim Jong Kook, Bisa Ditiru Ayah di Rumah
Saya selalu memastikan untuk mengutarakan perasaan saya ke mereka. “I love you” sudah pasti terucap berulangkali dalam sehari, “I miss you” ketika sedang jauh atau sibuk di kantor, dan tentunya “Be kind” yang menjadi dasar harapan saya ke mereka.
Saya sangat beruntung memiliki keluarga yang bisa mengekspresikan perasaan mereka, sehingga sering sekali mereka berterimakasih walau untuk hal yang saya rasa memang seharusnya dilakukan.
Rasa bersyukur itupun menular ke keseharian saya, membuat langkah menjadi lebih ringan dan senyum lebih lepas. Dan setiap saya melihat istri saya, Irma, Aksara, dan Digo, saya melihat arti kehidupan saya.
Jangan takut memperlihatkan perasaan kita ke anak. Seorang ayah harus kuat, tapi boleh lemah juga karena anak bisa merasakan apa yang kita alami. Kejujuran ini yang akan membangun kepercayaan mereka ke kita sebagai ayah; yang membuat mereka lebih dekat dan tentunya menjadikan hubungan ayah dan anak lebih organik, yakni untuk tumbuh bersama menjadi lebih baik setiap harinya.