Sorry, we couldn't find any article matching ''

Ayah, Jangan Lakukan 10 Hal Ini saat Anak Perempuan Sudah Remaja
Para ayah harus tahu bagaimana memperlakukan anak perempuan yang sudah remaja. Agar anak tetap merasa disayangi dan dihormati secara bersamaan.
Pubertas yang terjadi saat anak-anak berusia remaja memang membuat mereka mengalami banyak perubahan, baik laki-laki maupun perempuan. Perubahan itu bukan hanya fisik saja, tetapi juga hormon dan pola pikir yang semakin matang seiring anak bertambah dewasa.
Ketika anak memasuki fase remaja, Daddies mungkin menyadari dan sudah bersiap-siap terhadap perubahan tersebut. Apalagi anak perempuan. Misalnya, si gadis mungkin mulai merasa risih dengan ciuman gemas yang diberikan sang ayah di pipi.
Pada intinya, Daddies harus mulai menyadari ada batasan-batasan yang harus dijaga dalam memperlakukan anak perempuan yang sudah beranjak remaja.
Foto: RDNE Stock project/Pexels
Anak Perempuan Sudah Remaja, Ayah Tidak Boleh Lakukan Hal Ini Lagi
Jika ayah masih melakukan hal-hal berikut saat anak perempuan sudah remaja, saatnya ayah harus stop.
BACA JUGA: Film Panggil Aku Ayah: 7 Pelajaran yang Bikin Haru
1. Masuk ke kamar anak tanpa mengetuk
Ketika anak masih kecil mungkin ayah bisa kapan saja masuk ke kamar anak untuk mengecek. Tapi ketika sudah remaja, anak perempuan sudah butuh privasi. Bisa saja ia sedang berganti pakaian, atau sedang bercermin atau mulai belajar bersolek, namun masih malu untuk terlihat orang lain. Si gadis juga mungkin sudah mulai menulis diary, nggak ingin tulisannya dibaca sang ayah. Jadi, kalau ingin masuk kamar anak gadis, pastikan Daddies mengetuk pintu dulu dan si gadis mengijinkan ayah masuk, ya.
2. Memperlakukan anak remaja seperti anak kecil
Stop berbicara dengan gaya anak-anak kepada si anak gadis. Mulailah memahami bahwa sekarang gadis kecil Daddies sudah tumbuh menjadi anak remaja. Ia bukan lagi gadis kecil yang dulu, bahkan tak lama lagi ia akan tumbuh dewasa. Maka, mulailah sesuai usianya, dengan penuh respek.
3. Memegang tubuh anak tanpa persetujuan anak
Seperti halnya orang tua ajarkan kepada anak agar tak mengizinkan anggota tubuhnya disentuh orang lain, ayah pun wajib menerapkan hal serupa. Jadi, walau hanya ingin memijat kaki anak yang keseleo, ayah harus minta izin dulu pada anak: “Ayah boleh pijat kaki kamu, Nak?”. Namun jika ingin mengecek bagian-bagian tubuh yang lebih privasi, misalnya perut atau dada, serahkan pada Mommies.
4. Bercanda sambil menepuk bokong anak
Bokong memang salah satu bagian tubuh anak yang menggemaskan, sehingga terkadang membuat orang tua refleks menepukya saking gemasnya. Tapi itu dulu ketika anak masih bayi dan balita. Beranjak remaja, candaan itu harus ayah tinggalkan. Pantat adalah area tubuh anak yang bersifat privat. Tak boleh disentuh orang lain apalagi dibuat bercandaan.
5. Menunjukkan kasih sayang dengan sentuhan fisik yang berlebihan
Pasti sulit, ya, yang tadinya bebas cium, peluk, mengusap gadis kecil kesayangan ayah, mau itu di pipi, mengelitiki perut, bermain sentuh hidung ayah dengan hidung si kecil dengan radius yang begitu dekat, tiba-tiba semua itu harus dibatasi. Well, mau nggak mau, Daddies harus lakukan.
Ingat, pada anak remaja sudah mulai timbul rangsangan seksual. Jangan sampai sentuhan Daddies membangkitkan gairah seksual anak. Ayah harus menghargai batasan privasi tubuh anak yang boleh disentuh dan tak boleh disentuh. Masih bisa, kok, mengusap rambut atau punggung untuk menunjukkan kasih sayang pada si gadis.

Foto: Arina Krasnikova/Pexels
6. Bertelanjang dada di depan anak
Kecuali sedang berenang, sebaiknya Daddies tak berseliweran di rumah dengan bertelanjang dada. Anak gadis perlu memahami dari sang ayah, bagaimana seharusnya anak laki-laki berbusana yang proper. Sehingga ketika ia melihat ada teman remaja laki-lakinya berbusana tak pantas, ia bisa hindari.
7. Memeluk anak saat berbusana minimalis
Misalnya saat berenang. Tahu sendiri, kan, baju renang mengekspos banyak anggota tubuh. Ayah harus hati-hati menyentuh fisik anak saat sama-sama mengenakan pakaian renang. Sentuhan fisik langsung dengan busana minim bisa saja membangkitkan rangsangan seksual, baik pada anak remaja, maupun pada ayah sendiri.
8. Bercanda dengan memaksa pelukan/cium ketika anak menolak
Waktu anak masih kecil, ayah mungkin masih bebas untuk memeluk, menggendong, atau mencium mereka tanpa pikir panjang. Hal yang berbeda terjadi ketika anak beranjak remaja, yaitu consent dan boundaries. Memaksa pelukan dan ciuman pipi ke anak ketika mereka menolak menjadi sinyal bahwa Daddies harus berhenti.
Meski begitu, ketika anak menolak bukan berarti mereka sudah tidak sayang lagi, tapi mereka sedang menetapkan batas yang sehat. Saat ayah menghormati batas ini, anak perempuan paham bahwa ia punya hak atas tubuhnya sendiri.
9. Memperketat kontrol dan berharap kepatuhan buta
Fase remaja memang waktu ketika remaja ingin melakukan dan mencoba apa saja di dunia ini. Saat dinasehati, ada saja argumennya. Daddies mungkin bermaksud melindungi apalagi kepada anak perempuannya, tetapi mengontrol berlebihan juga tidak terlalu bagus dampaknya ke mereka. Semakin ditekan, biasanya anak malah semakin ingin membuktikan diri dengan cara memberontak.
Daripada itu, Daddies bisa dapatkan kembali kepercayaan untuk didengarkan. Misalnya, membuka ruang diskusi tanpa menghakimi, memahami dunia mereka, dan mengenali minatnya.
10. Mengomentari fisik atau penampilan saat tidak ditanya
Komentar mengenai fisik mungkin terdengar sepele bagi yang melontarkan meski niatnya menasehati. Tetapi buat remaja, terutama anak perempuan, komentar tentang fisiknya bisa terasa menyakitkan dan menurunkan rasa percaya diri mereka. Remaja sedang melalui masa di mana tubuhnya berubah cepat. Daripada diatur soal penampilan, Daddies bisa yakinkan mereka bahwa dirinya berharga dan dicintai apa adanya.
BACA JUGA: Peran Ayah dalam Membentuk Anak Hebat: Secara Emosional, Sosial, dan Rohani
Dengan membatasi hal-hal di atas, bukan berarti daddies harus mengurangi perhatian kepada anak, ya. Namun ayah bisa menggantikannya dengan lebih banyak mengobrol dan berdiskusi.
Penulis: Sisca Christina
Diperbarui: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Editor: Dhevita Wulandari
Cover: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE





COMMENTS