Sorry, we couldn't find any article matching ''

1 dari 10 Perempuan Alami Gangguan Orgasme, Ini Penyebabnya!
Ada, lho, yang selama belasan tahun perkawinan seorang perempuan susah orgasme, bahkan tidak pernah merasakannya. Kenali gangguan orgasme, yuk.
Ketika berhubungan seksual, setiap perempuan pasti membutuhkan sejumlah rangsangan agar dapat mencapai klimaks. Namun, jumlah dan jenis rangsangan yang dibutuhkan perempuan untuk mencapai orgasme tentu berbeda-beda.
Menurut penelitian berjudul Orgasmic Disorder in Women (Female Orgasmic Disorder) yang terakhir ditinjau pada 2023, perempuan lebih mudah orgasme ketika klitorisnya disentuh atau dirangsang. Ada juga sekitar 1 dari 10 perempuan yang sama sekali tidak pernah mengalami orgasme, tetapi sebagian tetap merasa puas dengan aktivitas seksualnya.
Jika seorang perempuan tidak mencapai orgasme karena kurangnya rangsangan, kondisi tersebut dikategorikan sebagai gangguan gairah. Namun, yang dimaksud di sini adalah gangguan orgasme, yaitu ketika seorang perempuan sama sekali tidak bisa mencapai orgasme dalam situasi apa pun, bahkan saat melakukan masturbasi dan sudah merasa sangat terangsang.
Meski begitu, kondisi ini baru dianggap sebagai gangguan bila ketidakmampuan mencapai orgasme menimbulkan tekanan atau rasa tertekan. Hubungan seksual tanpa orgasme dapat memicu rasa frustrasi, menumbuhkan kebencian, hingga menimbulkan ketidaksukaan terhadap segala hal yang berkaitan dengan aktivitas seksual. Karena itu, situasi ini perlu ditangani dengan hati-hati.
BACA JUGA: Sensory Play saat Bercinta, Cara Seru Suami Istri Tingkatkan Sensasi di Ranjang!
Penyebab susah orgasme atau gangguan orgasme
Menurut laman MSD Manual, faktor situasional dan psikologis dapat menyebabkan gangguan orgasme pada perempuan. Berikut beberapa penyebabnya:
Faktor Situasional
- Aktivitas seks yang selalu berakhir sebelum wanita cukup terangsang (misalnya akibat ejakulasi dini).
- Foreplay yang tidak cukup.
- Salah satu atau kedua pasangan kurang pemahaman mengenai cara kerja organ genital.
- Komunikasi yang buruk tentang hubungan seksual (misalnya tentang jenis rangsangan yang lebih disukai).
- Masalah dalam hubungan, seperti konflik yang belum selesai atau hilangnya kepercayaan pada pasangan.
- Kurang perhatian terhadap kenikmatan seksual perempuan.
Foto: Freepik
Faktor Psikologis
- Pengalaman traumatis fisik maupun emosional (misalnya pelecehan seksual).
- Gangguan psikologis, seperti depresi, kecemasan, stres, trust issue terhadap pasangan.
- Kecemasan tentang aktivitas seksual (takut salah atau khawatir tidak cukup memuaskan pasangan).
Faktor Medis
- Gangguan atau kerusakan sistem saraf (misalnya akibat diabetes, cedera tulang belakang, dan sebagainya).
- Kelainan pada organ genital.
- Kandungan obat-obatan tertentu yang bisa menghambat orgasme (misalnya antidepresan).
- Penyakit pada vulva, seperti lichen sclerosus atau peradangan kronis pada kulit vulva (bagian luar organ genital perempuan).
Gejala gangguan orgasme
Mommies bisa saja mengalami gangguan orgasme apabila:
- Tidak pernah mencapai orgasme sama sekali.
- Sebelumnya bisa orgasme, tetapi setelahnya terasa sulit dan tidak lagi mengalaminya.
- Masih bisa orgasme, tetapi jarang atau terasa sangat kurang meskipun rangsangan seksualnya sudah cukup dan merasa terangsang secara fisik dan emosional.
Banyak wanita dengan gangguan orgasme memiliki jenis masalah seksual lainnya, seperti nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia) dan kontraksi otot yang tidak disengaja di sekitar pembukaan vagina ketika penis mencoba masuk ke dalam vagina (sindrom levator ani, sebelumnya disebut vaginismus).
Jika masalah ini terus terjadi dan membuat Mommies stres bahkan hingga cenderung depresi, sangat dianjurkan untuk bisa segera berkonsultasi pada psikiater atau seksolog. Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan tertentu, khususnya inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI, sejenis antidepresan), secara khusus dapat menghambat orgasme.
Segeralah cari bantuan, ya, Mommies. Kenali akar masalahnya, agar hubungan dengan pasangan bisa terus dijaga.
BACA JUGA: Gairah Seksual Perempuan Meningkat di Masa Subur? Ini Alasannya
Penulis: Dewdew
Diperbarui: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Editor: Dhevita Wulandari
Cover: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS