Apa saja dampak buruk jika orang tua berbuat salah pada anak tapi susah minta maaf? Kenapa penting bagi anak jika orang tua minta maaf?
Mommies, pernah nggak, sih, merasa gengsi dan sulit banget buat bilang “maaf” ke anak? Padahal kita tahu kalau tadi salah ngomong, kelewat emosi, atau bikin anak kita sakit hati. Banyak orang tua yang mikir, “Kalau aku minta maaf, nanti wibawaku jatuh dong di mata anak.” Padahal justru sebaliknya, lho.
Faktanya, ketika orang tua lupa atau cenderung susah minta maaf pada anak punya dampak serius yang bisa terbawa sampai mereka dewasa. Yuk, kita bahas kenapa minta maaf itu penting banget dalam hubungan orang tua dan anak. Pertama, kita harus cari tahu dulu alasan mengapa banyak orang tua yang gengsi minta maaf ke anak, meski tahu banget mereka salah.
BACA JUGA: 10 Kesalahan Orang Tua yang Bisa Menumbuhkan Benih Korupsi pada Anak
Minta maaf kelihatannya sepele, tapi untuk sebagian orang tua, ini bisa jadi tantangan besar. Ada beberapa alasan kenapa orang tua cenderung lupa atau susah minta maaf:
Banyak yang tumbuh di keluarga dengan pola pikir “orang tua selalu benar”. Jadinya, mereka merasa kalau mengakui kesalahan sama aja dengan melepas kendali. Meraka juga nggak percaya minta maaf bisa mengubah apa pun. Kalau sejak kecil nggak pernah lihat budaya minta maaf, mereka bisa merasa minta maaf itu percuma.
Amy Morin, seorang psikoterapis sekaligus penulis buku 13 Things Mentally Strong People Don’t Do, menjelaskan, “Tumbuh di rumah di mana nggak ada yang pernah minta maaf bisa meninggalkan luka emosional.”
Buat sebagian orang tua, minta maaf identik dengan kelemahan. Padahal justru butuh keberanian untuk mengakui kesalahan.
Ada orang tua yang merasa kalau bilang maaf, anak jadi bisa meremehkan mereka. Padahal kontrol bukan berarti nggak boleh salah.
Kadang orang tua merasa ucapan itu biasa aja, tapi buat anak bisa melukai hati. Kalau kurang peka, mereka nggak merasa perlu minta maaf.
“Kan maksudku baik, jadi nggak perlu minta maaf.” Padahal, niat baik nggak selalu menghapus dampak buruk.
Ada orang tua yang merasa jerih payah mereka merawat dan mencukupi kebutuhan keluarga sudah cukup menutupi kesalahan-kesalahan, sehingga nggak perlu lagi minta maaf.
Mereka khawatir kalau minta maaf, anak jadi kurang menghargai. Padahal justru sebaliknya, anak akan semakin respek.
“Ah, lama-lama juga lupa.” Sayangnya, buat anak luka hati bisa menetap sangat lama, bahkan hingga mereka dewasa.
Kadang orang tua merasa harus anak yang lebih dulu minta maaf, padahal masalah bisa selesai lebih cepat kalau kita yang ambil inisiatif.
Ada orang tua yang berpikir, “Namanya juga anak, pasti maafin.” Padahal tidak sesederhana itu. Siapa yang tahu isi hati terdalam seseorang, bahkan perasaan anak-anak kita?
Kalau orang tua cenderung lupa atau sulit minta maaf, dampaknya bisa serius, Mommies dan Daddies. Berikut beberapa bahayanya:
Anak bisa merasa nggak didengar. Lama-lama, mereka jadi menutup diri, kurang percaya, bahkan menjaga jarak dengan orang tua.
Kalau anak nggak pernah lihat orang tuanya minta maaf, mereka bisa tumbuh dengan keyakinan bahwa “maaf” itu tanda lemah. Akibatnya, ketika dewasa, mereka juga susah minta maaf ketika berbuat salah kepada pasangan, teman, atau rekan kerja.
Cecille Ahrens, seorang pekerja sosial berlisensi mengatakan, “Saat pengalaman buruk seseorang diminimalkan, diabaikan, atau disangkal, hal itu akan menimbulkan perasaan sakit hati, marah, dan merasa tak terlihat.”
Nah, kalau dibiarkan, anak bisa tumbuh dengan membawa rasa sakit hati terhadap orang tua.
Meminta maaf itu bagian dari keterampilan menyelesaikan masalah. Kalau anak nggak pernah lihat contoh baik dari orang tuanya, mereka akan kesulitan saat menghadapi konflik di luar rumah.
BACA JUGA: Hati-hati! Ternyata Ini Kesalahan Orang Tua yang bikin Anak Jadi Picky Eater
Mommies dan Daddies, minta maaf bukan berarti kalah. Justru, dengan minta maaf, kita sedang mengajarkan anak tentang akuntabilitas, empati, dan kerendahan hati.
Iskra Fileva, Ph.D., menegaskan, “Sebagai orang tua, kita punya kesempatan unik untuk mencontohkan perilaku yang kita ingin lihat pada anak. Dengan minta maaf saat kita salah, kita mengajarkan pentingnya kerendahan hati dan tanggung jawab.”
Begitu juga menurut psikolog klinis Regine Galanti. Ia mengatakan, “Kalau dalam keluarga nggak ada budaya minta maaf, biasanya ada keyakinan bahwa kesempurnaan itu wajib. Ini bikin anggota keluarga merasa berbuat salah itu pantang hukumnya Padahal mengakui kesalahan adalah bagian penting dari tumbuh sehat secara emosional.”
Nah, supaya nggak sekadar basa-basi, berikut cara efektif minta maaf ke anak:
Jangan cuma bilang, “Maaf ya.” Tapi jelaskan apa yang salah. Misalnya, “Maaf karena tadi Mama marah dan membentak kamu.”
Tunjukkan kalau perasaan mereka penting. “Mamatahu kamu sedih karena ucapan Mama tadi.”
Boleh kasih konteks, tapi jangan dijadikan pembenaran. “Aku capek, tapi tetap nggak pantas marah seperti tadi.”
Setelah meminta maaf, biarkan anak punya waktu untuk memproses. “Mama harap kamu bisa memaafkan Mama.”
Kalau orang tua sudah janji nggak akan mengulangi, buktikan dengan lebih sabar dan mampu mengatur emosi dengan cara sehat.
Kalau Mommies dan Daddies tumbuh di keluarga yang jarang banget minta maaf, wajar kok di awal-awal merasa kikuk. Tapi percaya deh, memutus siklus ini adalah hadiah besar buat anak.
Dengan belajar minta maaf, kita sedang menyiapkan anak untuk tumbuh jadi pribadi yang lebih empatik, komunikatif, dan punya hubungan sehat di masa depan. Anak-anak yang terbiasa melihat orang tuanya minta maaf akan:
BACA JUGA: 7 Tips agar Anak Terhindar dari Sikap Tone Deaf, Ini Penjelasan Psikolog
Mommies, parenting bukan tentang jadi sosok orang tua sempurna yang nggak pernah salah. Justru, jadi orang tua yang sadar benar pentingnya meminta maaf kepada anak akan menjadi teladan berharga. Dengan begitu, anak belajar bahwa manusiawi kok untuk berbuat salah, asal kita mau bertanggung jawab dan memperbaikinya.
Jadi, jangan gengsi untuk bilang “maaf” pada anak. Karena satu kata sederhana itu bisa bikin hubungan keluarga lebih hangat dan sehat.
Cover: Kaboompics.com/Pexels