Sorry, we couldn't find any article matching ''

Viral Video Topi yang Direbut CEO di US Open 2025, Ini Cara dan Pentingnya Melatih Empati Anak Sejak Dini
Insiden topi di US Open 2025 jadi pengingat pentingnya menanamkan dan melatih empati sejak dini. Begini cara orang tua bisa membiasakannya pada anak.
Beberapa penggemar olahraga memang lebih antusias daripada yang lain ketika mengumpulkan kenang-kenangan dari turnamen olahraga besar. Namun, umumnya orang dewasa tidak akan mengambil sesuatu yang ditujukan kepada anak kecil oleh pemain favorit mereka, bukan?
Hal sebaliknya terjadi pada seorang penggemar cilik di ajang The US Open Tennis Championships atau umum dikenal US Open tahun 2025. Mengutip New York Post, seorang anak kecil yang seharusnya menerima topi bertanda tangan dari petenis Kamil Majchrzak justru kehilangan momen berharga itu karena topinya direbut oleh Piotr Szczerek, seorang CEO asal Polandia.
Aksinya tertangkap kamera dan disambut kecaman di media daring karena dianggap tidak pantas, apalagi korbannya anak kecil. Apa yang bisa dipelajari dari insiden ini?
BACA JUGA: 25 Pertanyaan yang Bisa Ditanyakan ke Pacar Anak Remaja, Orang Tua Wajib Tahu!
Menanamkan Sifat Empati Sejak Dini
Mommies, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa tidak semua orang dewasa punya takaran empati yang cukup. Terlebih kepekaan terhadap sekitar tidak tumbuh begitu saja, melainkan perlu dibiasakan sejak dini. Nah, sifat ini bisa ditanamkan orang tua pada anak sejak kecil seperti dikutip dari The Guardian:
1. Jadi panutan
Orang tua selalu menjadi role model anak ketika tumbuh, sebab itu Mommies dan Daddies perlu mencontohkan sikap-sikap teladan yang pantas ditiru.
2. Terima kasih, tolong, dan maaf
Ketiga kata sakral ini selalu diajarkan oleh orang tua sejak kecil, kenapa? Sebab, kata-kata sederhana inilah yang menjadi fondasi dalam setiap hal baik lainnya.
3. Sharing is caring
Siapa yang tidak asing dengan pepatah tersebut? Berbagi dapat menumbuhkan rasa empati dan peduli pada anak sejak kecil.
4. Merawat hewan
Memelihara hewan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab sekaligus kepedulian pada anak.
5. Bermain peran dan bercerita
Melalui bermain peran dan bercerita, anak akan belajar melihat dunia dari perspektif orang lain. Mommies juga bisa bertanya, “Kalau kamu jadi si tokoh ini, apa yang akan kamu rasakan?”
Foto: Pavel Danilyuk/Pexels
Manfaat Melatih Sifat Empati pada Anak
Empati membuat anak lebih mudah membangun hubungan sehat, mampu bekerja sama, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya.
Mengutip penelitian Gungordu dkk (2025), sifat empati dan kreativitas terbukti menjadi fondasi perilaku prososial (tindakan yang selalu mengutamakan orang lain atau masyarakat) pada anak. Dalam jangka panjang, sifat ini menjadi bekal berharga untuk menghadapi dunia kerja maupun kehidupan bermasyarakat.
Berikut manfaat menanamkan dan melatih sifat empati pada anak seperti dikutip dari Greater Good:
- Mengurangi perilaku merundung dan agresif.
- Lebih peka terhadap dampak perilaku sendiri terhadap orang lain.
- Meningkatkan perilaku sosial positif (berbagi, menolong, peka terhadap sekitar).
- Pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.
- Memiliki interaksi sosial yang lebih positif.
- Cenderung lebih kompeten di bidang sosial dan ekonomi saat dewasa.
Dampak Tidak Mengajarkan Sifat Empati pada Anak
Sebaliknya, jika empati tidak pernah ditanamkan sejak kecil, besar kemungkinan seseorang tumbuh menjadi pribadi yang egois, tidak peka, bahkan menyakiti orang lain tanpa merasa bersalah.
Insiden di US Open 2025 menjadi contoh bahwa seseorang berpendidikan tinggi dan jabatan bergengsi tetap bisa melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Meski begitu, masih banyak momen lainnya ketika orang dewasa memberi barang berharga dari pemain favoritnya ke penggemar yang lebih kecil.
Perilaku kecil yang didasarkan pada empati akan membentuk karakter dewasa yang lebih peduli, menghargai, dan bertanggung jawab. Bila sedari kecil Mommies dan Daddies sudah membiasakan anak memahami perasaan orang lain, mereka akan tumbuh dengan kepekaan sosial yang tinggi.
BACA JUGA: 8 Kebiasaan Gen Z dan Gen Alpha yang Bisa Memicu Demensia Dini
Penulis: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Cover: Vika Glitter/Pexels
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS