Walau tidak selalu bisa hadir secara fisik, tapi saya usahakan selalu hadir secara emosional untuk dua anak remaja saya,” jelas Arlien Panambang.
Arlien Panambang, Marketing Manager PT Rohto Laboratories Indonesia berusaha untuk membangun rutinitas yang stabil serta memberi ruang untuk Arwen dan Araya (16 tahun) berkembang sesuai dengan kepribadian mereka walau mereka adalah anak kembar.
Bagaimana sebagai ibu bekerja, Arlien Panambang memaksimalkan waktu bersama kedua putrinya hingga tips finansial apa yang dia lakukan? Berikut hasil ngobrol-ngobrol santai Mommies Daily dengan Mbak Arlien Panambang.
BACA JUGA: 5 Alasan Kecanduan Media Sosial Membuat Anak Remaja Tidak Bahagia
Saat mereka masih balita, tantangannya lebih ke kebutuhan fisik yang bersamaan, seperti makan, tidur, main sampai menghadapi mereka tantrum, dan ini harus direspon secara berbeda karena selain tidak terlalu serupa secara fisik , karakter mereka pun sangat berbeda.
Sekarang saat mereka remaja, tantangannya lebih ke emosi dan identitas diri. Mereka mulai ingin menunjukkan bahwa mereka unik dan berbeda satu sama lain, kadang sampai bertentangan. Mereka ingin dilihat sebagai individu bukan sebagai si ‘kembar’. Tantangan lainnya adalah menghadapi komentar-komentar netizen yang julid membandingkan mereka berdua secara fisik maupun achievement.
Sebagai ibu bekerja, saya menghadapinya dengan lima hal:
Saya tanamkan ke mereka bahwa setiap manusia itu berbeda. Mereka harus belajar mengenali diri sendiri dan set positioning-nya masing-masing, agar tidak merasa harus selalu sama hanya karena mereka kembar dan bisa menanggapi dengan bijak jika ada yang membandingkan.
Seputar pergaulan, tekanan media sosial, dan bagaimana mereka melihat diri sendiri. Di usia remaja ini mereka mudah terpengaruh dan sedang mencari jati diri, jadi saya sering khawatir mereka merasa tidak cukup ,salah bergaul atau membandingkan diri dengan orang lain.
Butuh waktu cukup panjang untuk saya berdamai dengan kekhawatiran ini. Sekarang saya lebih memilih untuk banyak dengerin mereka, bukan langsung komentar atau menghakimi. Saya ingin mereka tahu, kalau ada apa-apa, mereka bisa cerita dulu ke saya. Saya juga nggak mau sekadar melarang, tapi harus kasih alasan, kenapa sesuatu itu penting atau bahaya. Nggak selalu mudah, tapi kalau mereka ngerti maksudnya, saya jadi sedikit lebih tenang.
Punya anak kembar tuh seru… tapi jujur, butuh berpikir dua kali kalau bicara tentang pengeluaran! Karena saya suka banget belanja, saya harus lebih pintar mengatur. Saya bikin anggaran yang jelas, di luar kebutuhan pokok dan biaya sekolah, mana yang bisa sharing berdua, mana yang memang harus beli dua. Bikin prioritas, keperluan apa yang harus didahulukan.
Terus saya tuh rajin banget cari diskon, belanja pas promo, pake cicilan 0%, fave saya buy 1 get 2, hahaha dan bahkan saya pernah bawa 1 tim di kantor untuk bantu belanja diapers, karena waktu itu ada diskon gede banget tapi maksimal cuma bisa beli 4 pack/orang.
Pertama, banyak hal cukup dilakukan satu kali aja, tapi hasilnya double! Cukup satu kali hamil, satu kali lahiran, satu kali periode menyusui, satu kali bikin ulang tahun tiap tahun, satu kali proses pendaftaran sekolah, tinggal copy paste data, ganti nama, satu kali masa sekolah. Walau capeknya memang double tapi efisien karena nggak harus mengulang hal sama beberapa waktu kemudian.
Kedua, kalau saya lagi nggak bisa nemenin satu anak, ada kembarannya yang otomatis jadi “tim pengganti”.
Ketiga, nggak kekurangan temen shopping, nyalon sampe gibah dan punya banyak cerita “drama remaja”, hidup jadi lebih berwarna.
Sebagai ibu bekerja, saya sadar waktu saya terbatas, jadi saya nggak ngejar “banyak waktu”, tapi waktu yang berkualitas dan terasa adil buat Arwen dan Araya. Saya usahakan ada momen one-on-one meski sebentar, misalnya ngobrol di mobil waktu antar ke sekolah, atau nemenin ngerjain tugas di rumah, nemenin makan atau nonton.
Selain itu saya selalu bisa dihubungi anytime via WhatsApp atau telpon, saya tahu saya nggak selalu bisa hadir secara fisik setiap saat, tapi saya berusaha selalu hadir secara emosional. Arwen dan Araya harus tahu bahwa meskipun saya sibuk, hati dan perhatian saya tetap untuk mereka.
Saya nggak maksa mereka harus suka hal yang sama. Saya dukung mereka sesuai jalannya masing-masing, asal tetap saling menghargai. Buat saya, biarkan mereka bisa tumbuh jadi versi terbaik dari diri mereka sendiri, bukan bayangan satu sama lain.
Sekarang kalian sudah memasuki usia remaja, masa yang seru, penuh tantangan, tapi juga penuh peluang. Bunda hanya ingin kalian selalu saling menjaga, saling sayang, dan saling menguatkan. Ingat Allah SWT dalam setiap langkah kalian, dan bijaklah memilih teman, lingkungan serta kegiatan yang membawa kebaikan.
Kalian itu kuat, cerdas, dan berharga. Jangan pedulikan orang yang meremehkan kalian. Jalani hidup versi kalian, dan jangan takut mengejar mimpi. Bunda percaya, kalian punya potensi besar dan bisa banget capai hal-hal luar biasa. Yang penting, tetap yakin sama diri sendiri, berusaha dan terus berdoa.
Saya ingin anak-anak melihat saya sebagai sosok yang mandiri, bertanggung jawab, dan penuh kasih sayang. Meski waktu saya banyak tersita untuk pekerjaan, saya selalu berusaha hadir secara emosional. Saya ingin mereka merasa didukung, disayangi, dan tahu bahwa di balik semua kesibukan, ada ibu yang selalu memikirkan dan mencintai mereka tanpa syarat.
BACA JUGA: Cara Memilih Skincare untuk Pra-Remaja Gen Alpha dan 8 Rekomendasi Produk
Cover: Dok. Pribadi