13 Kesalahan Orang Tua saat Potty Training, Nomor 3 Paling Sering Terjadi

Parenting & Kids

Mommies Daily・4 hours ago

detail-thumb

Potty training sering bikin frustasi kalau tidak dijalani dengan tepat. Ini kesalahan umum orang tua saat melakukannya dan cara menghindarinya.

Melatih anak untuk bisa menggunakan potty adalah milestone besar dalam hidup mereka, sekaligus ujian kesabaran untuk orang tua. Di satu sisi, keberhasilan potty training bikin hidup Mommies jauh lebih praktis. Namun di sisi lain, proses ini juga sering bikin frustasi kalau tidak dijalankan dengan tepat.

Masalahnya, satu kesalahan kecil saja bisa merusak usaha yang sudah Mommies lakukan berhari-hari. Bukannya berhasil, anak malah bisa stres, takut, atau mundur dari proses yang sudah dijalani. Karena itu penting banget untuk tahu apa saja kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua saat potty training beserta cara menghindarinya.

Potty Training vs Toilet Training, Apa Bedanya?

Sebelum masuk ke kesalahan-kesalahan yang sering terjadi, yuk, kita luruskan dulu. Potty training dan toilet training sebenarnya dua hal yang berbeda.

  • Potty training: mengajarkan anak menggunakan pispot (potty), biasanya mulai usia 18 bulan–2 tahun.
  • Toilet training: tahap selanjutnya, saat anak sudah belajar menggunakan toilet duduk yang dipakai anggota keluarga lain. Umumnya dimulai di usia 3–4 tahun.

Jadi, kalau si kecil belum siap naik ke toilet training, potty training adalah langkah pertama yang penting.

BACA JUGA: Potty Training di Beberapa Negara, Seperti Apa?

Kesalahan Umum Orang Tua saat Potty Training

Ini dia deretan kesalahan yang tanpa disadari sering dilakukan orang tua saat potty training dan suka bikin anak trauma.

Foto: Freepik

1. Terlalu Dini Memulai

Memulai potty training sebelum anak benar-benar siap bisa berakhir dengan drama. Kalau anak belum bisa duduk stabil, belum paham instruksi sederhana, atau belum menunjukkan tanda-tanda siap, jangan buru-buru. Tunggu tanda kesiapan, bukan usia semata. Ingat, setiap anak punya milestone berbeda.

2. Tidak Ada Persiapan

Kadang orang tua asal beli potty lalu berharap anak langsung bisa menggunakannya. Padahal, potty training butuh strategi. Mommies bisa pilih potty yang nyaman, siapkan buku cerita atau mainan untuk menemani anak, dan pikirkan sistem reward sederhana.

3. Reaksi Berlebihan Saat Anak Gagal

Namanya juga belajar, wajar sekali kalau anak masih sering “kecelakaan”. Sayangnya, ada banyak Mommies dan Daddies di luar sana yang langsung marah atau kecewa. Padahal ini bisa membuat anak trauma, lho. Dalam menghadapi kondisi ini, orang tua harus tetap tenang, bersihkan “kecelakaan” anak, lalu motivasi mereka untuk mencoba lagi.

4. Memaksa Anak Buang Air Besar di Potty

Anak-anak biasanya lebih cepat terbiasa pipis di potty dibanding pup. Memaksa mereka duduk sampai pup bisa membuat pengalaman potty training jadi menakutkan. Biarkan anak berproses sesuai ritme mereka. Dengan dukungan positif, mereka akan terbiasa seiring waktu.

5. Kurang Sabar

Proses ini memang butuh waktu, dan sering kali membuat orang tua ingin menyerah. Namun buru-buru marah hanya akan memperlambat progres anak. Anggaplah potty training sebagai perjalanan panjang. Bersiaplah untuk mundur satu langkah sebelum bisa maju dua langkah.

6. Tidak Konsisten

Kalau di rumah diajari pakai potty, tetapi di rumah nenek kembali dipakaikan popok, anak bisa bingung. Inilah kenapa konsistensi itu kunci. Pastikan semua caregiver menggunakan metode yang sama dalam menghadapi kondisi ini. Mommies dan Daddies bisa membicarakannya dengan semua keluarga yang terlibat, ya.

7. Kembali ke Popok

Saat potty training terasa macet, orang tua sering tergoda untuk kembali pakai popok. Sayangnya, ini bisa membuat anak “lupa” latihan yang sudah dijalani. Kalau memang perlu mundur, sebaiknya, gunakan training pants atau celana khusus, bukan popok sekali pakai.

8. Menggunakan Hukuman Keras

Ada orang tua yang memilih cara keras, mulai dari memarahi sampai memberi hukuman. Padahal ini bisa merusak kepercayaan diri anak. Alih-alih menghukum, berikan bimbingan positif. Ingat, potty training adalah proses belajar, bukan ujian sekali lolos.

9. Terlalu Sering Menanyai Anak

“Ayo pipis dulu, ayo coba lagi!” adalah kalimat yang dianggap ajakan positif dan memotivasi, padahal ini bisa membuat anak merasa terbebani. Apalagi jika terlalu sering bertanya, itu justru bikin anak semakin tertekan. Cobalah untuk membuat jadwal rutin, misalnya tiap 2 jam sekali, tanpa harus terus-menerus menginterogasi anak.

10. Membuat Anak Duduk Terlalu Lama

Memaksa anak duduk lama di potty bisa membuat mereka mengasosiasikannya dengan hukuman. Kalau setelah beberapa menit anak tidak pipis atau pup, biarkan mereka pergi dan coba lagi nanti.

11. Membandingkan dengan Anak Lain

“Kenapa kamu belum bisa, padahal si Budi (anak tetangga) sudah bisa?” komentar ini bisa membuat anak minder, lho, Mommies. Ingat bahwa milestone setiap anak berbeda. Rayakan kemajuan kecil si kecil, tanpa membandingkannya dengan siapa pun.

12. Lupa Memberi Apresiasi

Anak bisa kehilangan motivasi kalau setiap keberhasilan mereka dianggap biasa saja. Cobalah untuk memberikan apresiasi sederhana. Senyuman, pelukan, atau stiker lucu bisa jadi penyemangat besar untuk anak.

13. Lingkungan yang Tidak Nyaman

Kadang potty diletakkan di tempat yang ramai, berisik, atau terlalu dingin sehingga anak enggan menggunakannya. Mommies dan Daddies bisa meletakkan potty di sudut yang tenang, bersih, dan mudah dijangkau. Bantu anak merasa rileks setiap kali berlatih.

Potty training memang butuh tenaga ekstra, tapi jangan lupa bahwa ini merupakan bagian dari perjalanan tumbuh kembang anak yang berharga. Dengan kesabaran, konsistensi, dan dukungan penuh, si kecil akhirnya akan lulus juga dari fase ini. Jadi, jangan terlalu keras pada diri sendiri, Mommies. Ingat, yang paling penting bukan cepat atau lambatnya anak berhasil, tetapi bagaimana mereka merasa didukung sepanjang prosesnya.

BACA JUGA: Perlengkapan Perang Potty Training

Cover: Freepik