Aturan Durasi Screen Time Anak dan Remaja, Jangan Berlebihan!

Parenting & Kids

Mommies Daily・in 2 hours

detail-thumb

Setiap jenjang usia, batasan screen time pun berbeda. Mulai anak usia di bawah 2 tahun sampai 17 tahun, berikut durasi maksimal screen time yang dianjurkan.

Screen time menjadi istilah yang populer di tengah era digital kini. Menurut Cambridge Dictionary, frasa screen time punya dua arti. Dalam konteks terkait, pengertian screen time merujuk pada waktu yang dihabiskan seseorang untuk melihat layar gawai.

Kini, bukan hanya orang dewasa lagi yang terjebak screen time tidak sehat, tetapi juga anak-anak. Banyak mereka yang di bawah umur sudah kecanduan gawai. Padahal kebiasaan tersebut bisa membawa dampak buruk pada kesehatan fisik dan emosional anak.

Nah, beberapa organisasi dan lembaga di dunia, seperti WHO, AIFS, dan AACAP sudah menerbitkan panduan screen time untuk anak usia kecil hingga remaja.

BACA JUGA: Mendikdasmen Larang Anak Main Roblox, Ini Penjelasan Bahaya dan Studinya

Pentingkah Screen Time untuk Anak?

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa screen time berpengaruh buruk pada kesehatan fisik, mental, dan perkembangan sosial anak atau remaja. Bahkan, kelebihan screen time bisa mengganggu performa mereka di sekolah. Tentunya, Mommies dan Daddies tidak menginginkan hal itu, bukan? Simak beberapa alasan kenapa kita harus memerhatikan screen time anak.

Foto: Freepik

1. Berpengaruh Buruk pada Kesehatan Fisik

Terlalu lama menatap layar dapat menyebabkan masalah mata seperti kelelahan dan penglihatan kabur, gangguan postur tubuh, hingga kurangnya aktivitas fisik yang berisiko memicu obesitas. 

2. Berpengaruh Buruk pada Kesehatan Mental

Kesehatan mental pun terpengaruh, beberapa di antaranya menyebabkan kecanduan, suasana hati yang tak karuan, kecemasan, atau bahkan bisa memicu depresi. 

3. Mengganggu Performa Belajar

Terlalu lama menatap layar bisa mengganggu kualitas tidur, apalagi kalau anak bermain ketika malam hari. Saat kurang tidur, anak bisa kesulitan konsentrasi ketika belajar.

4. Menghambat Perkembangan Keterampilan Sosial

Terlalu banyak menatap layar membuat anak terputus dengan dunia nyata. Interaksi dengan keluarga dan teman pun berkurang, padahal itu penting untuk perkembangan keterampilan sosial dan empatinya.

Panduan Screen Time Berdasarkan Jenjang Usia

Foto: Freepik

Nah, artikel ini dibuat untuk Mommies dan Daddies yang bingung cara membatasi screen time anak. Mommies Daily telah menghimpun informasi mengenai panduan screen time dari sumber-sumber berikut, yakni, World Health Organization (WHO), Australian Institute of Family Studies (AIFS), dan American Academy of Child & Adolescent Psychiatry (AACAP).

  • Usia di bawah 2 tahun: Tidak direkomendasikan untuk menatap layar sama sekali kecuali dibutuhkan, seperti video call dengan orang tua atau keluarga (dengan pendampingan orang dewasa) dan menonton konten edukasi.
  • Usia 2-5 tahun: Batasi konsumsi konten nonedukasi selama 1 jam per hari, lebih sedikit lebih baik.
  • Usia 6 tahun atau lebih: Panduan AIFS dan ACAP berbeda. Menurut AIFS, screen time anak usia 5–17 tahun tidak boleh lebih dari 2 jam per hari (tidak termasuk tugas sekolah). Sementara menurut AACAP, usia 6 tahun atau lebih dianjurkan untuk menetapkan batas screen time selayaknya dan lakukan kebiasaan sehat lainnya.

Berikut beberapa catatan tambahan untuk para orang tua dilansir dari AACAP:

  1. Buat larangan tidak ada gawai di meja makan atau saat jalan-jalan.
  2. Pahami dan gunakan parental controls.
  3. Pertimbangkan lagi apakah anak sudah cukup dewasa untuk mengakses perangkat elektronik.
  4. Kenali konten-konten yang dikonsumsi anak, pastikan sesuai umurnya.
  5. Diskusikan dengan anak konten-konten yang ditonton, bahas tentang hal-hal positif, seperti perilaku baik, kerja sama, pertemanan, empati, dan sebagainya.
  6. Dorong anak untuk melakukan kegiatan fisik, seperti olahraga, bermain di luar, bermusik, seni, atau hobi lainnya.
  7. Ajari anak tentang keamanan dan privasi online.
  8. Dorong dan dukung anak memanfaatkan gawai untuk menjalin koneksi dengan keluarga dan teman.
  9. Jadilah contoh yang baik dengan menunjukkan kebiasaan yang sehat tanpa screen time berlebih.

Dampak Screen Time Berlebih pada Anak

Foto: jcomp/Freepik

Kenapa screen time amat perlu dijaga terutama bagi anak-anak dan remaja? Banyak studi yang telah mengungkap bahwa screen time yang tidak sehat dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Menurut penelitian Stiglic dan Viner (2018), berikut rangkuman dampak negatif screen time bagi anak dan remaja:

1. Obesitas dan Asupan Makanan

Semakin lama anak atau remaja menghabiskan waktu di depan layar—terutama menonton TV—semakin besar kemungkinan mereka mengalami kenaikan berat badan atau menjadi gemuk. Salah satu penyebabnya, saat duduk lama menatap layar, tubuh jadi kurang bergerak dan sering disertai ngemil makanan tinggi kalori. Kebiasaan ini membuat pola makan jadi kurang sehat dan asupan energi harian jadi berlebihan, yang lama-lama bisa memengaruhi kesehatan tubuh.

2. Depresi dan Kualitas Hidup

Screen time berlebih juga dapat memicu gejala depresi dan menurunnya kualitas hidup anak dan remaja, maksudnya anak atau remaja jadi merasa kurang puas dan kurang bahagia dengan hidup mereka. Tidak hanya soal fisik, tetapi juga menyangkut emosional, hubungan sosial, atau aktivitas sehari-hari.

3. Masalah Mental Lainnya

Penelitian tersebut menemukan tanda-tanda screen time berlebihan bisa berkaitan dengan masalah mental dan perilaku anak dan remaja, misalnya kecemasan, gelisah, agresif, kurang percaya diri, sulit menjalin hubungan sosial, dan kurang bahagia.

4. Gangguan Tidur dan Kognisi

Kelebihan screen time pun dapat mengganggu kualitas tidur (seperti keterlambatan tidur dan kurangnya durasi beristirahat) dan menurunnya fungsi kognitif (berpikir, mengingat, memecahkan masalah, fokus menurun).

BACA JUGA: Kurikulum Indonesia Sering Berubah, Ini Dampaknya bagi Siswa dan Orang Tua

Dengan memahami batas aman durasi layar dan dampak yang bisa timbul jika berlebihan, Mommies dan Daddies bisa lebih bijak mengarahkan penggunaan gawai anak dan remaja.

Penulis: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo

Cover: Freepik