Saat anak perempuan tumbuh tanpa sosok ayah, ada beberapa dampak yang bisa dialami anak secara psikologis. Simak punya penyebab dan cara mengatasinya.
Baik bagi anak laki-laki maupun anak perempuan, figur ayah kerap kali dianggap sebagai pelindung utama, teladan, serta sumber dukungan emosional dalam kehidupan anak. Ketidakhadiran sosok ayah dapat membawa dampak yang signifikan, terutama bagi anak perempuan yang sering menjalin keterikatan emosional mendalam dengan ayahnya.
Alasan di balik absennya seorang ayah pun beragam. Bisa karena perceraian atau perpisahan, kematian, ketidakhadiran ayah secara emosional, jauh karena pekerjaan, bahkan bisa juga karena terlibat kasus kriminal dan harus dipenjara.
Menurut Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Belinda Agustya, S.Psi., M.Psi., dampak psikologis dari kondisi fatherless ini bisa memengaruhi berbagai aspek dalam diri anak, terutama anak perempuan. Tanpa kehadiran figur ayah, anak bisa mengalami kesulitan dalam membangun rasa percaya diri, menjadi lebih rentan terhadap tekanan sosial, hingga cenderung takut mengambil risiko.
BACA JUGA: 10 Kalimat yang Menunjukkan Anak Sedang Butuh Bantuan, Nomor 8 Paling Bikin Waswas!
Psikolog Belinda menjelaskan berdasarkan penelitian, sosok ayah identik dengan hal-hal yang adventurous atau suka berpetualang dan lebih berani eksplor hal-hal yang mendekati risiko dibanding sosok ibu. Maka dari itu, anak-anak tanpa sosok ayah sering kali kehilangan kesempatan-kesempatan yang berhubungan dengan menghormati, mencoba dan mengeksplorasi hal baru, dan sebagainya.
Kekosongan sosok ayah di hidup anak akan terasa signifikan. Berikut kenapa figur ayah menjadi penting dalam hidup anak:
Jika spesifik berbicara antara hubungan ayah dengan anak perempuan, salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana anak perempuan memandang atau melihat sosok laki-laki ideal. Tidak harus pacaran atau sebagai pasangan nantinya, hadirnya figur ayah bisa menjadi salah satu contoh role model pertama bagi anak perempuan dalam memahami peran laki-laki.
Kedekatan ayah dan anak perempuan membentuk padangan si anak mengenai standar pasangannya kelak. Dengan melihat peran ayahnya, anak perempuan bisa menciptakan kriteria ideal pasangan yang dia inginkan.
Hubungan baik ayah dan anak perempuan dapat membuat memahami relasi dengan lawan jenis yang sehat dan bagaimana ia patut diperlakukan sebagai seorang wanita kelak.
Jika ayah tidak hadir dalam keseharian anak perempuan, ia bisa jadi tidak punya standar, bingung, tidak tahu pola sehat hingga tidak tahu harus diperlakukan seperti apa dari laki-laki. Kondisi ini memungkinkan anak perempuan bisa dimanfaatkan secara tidak baik oleh laki-laki.
Ketiadaan sosok ayah bisa mengganggu pembentukan identitas diri anak perempuan. Meski tampak baik-baik saja, kekosongan emosional sering kali tetap ada, bahkan tanpa disadari. Namun, ada beberapa cara yang bisa membantu anak perempuan tetap tumbuh dan berkembang secara sehat.
Mau tidak mau, suka tidak suka, Psikolog Belinda menyarankan untuk mengganti figur ayah dengan laki-laki dewasa lainnya penting untuk dilakukan. Misalnya kakek, paman, sepupu yang lebih dewasa, dan anggota keluarga yang memiliki sifat positif dan bisa menjadi role model yang baik untuk anak perempuan. Pengawasan ibu harus tetap dilakukan pada kondisi ini.
Kalau tidak ada sama sekali figur laki-laki di keluarga, Psikolog Belinda menyampaikan untuk coba ambil dari kisah-kisah dan tokoh-tokoh agama. Misalnya dalam agama Islam ada cerita nabi dan rasul, atau agama lain yang memiliki cerita tokoh yang bisa dijadikan panutan. Ceritakan pada anak bagaimana mereka memperlakukan anak dan istri mereka dengan baik dan penuh kasih sayang.
Meski Mommies sendiri, anak perempuan pun perlu dibantu untuk membangun kemandirian dan resiliensi supaya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan siap hadapi tantangan hidup.
Ibu dan keluarga dapat membantu dan mengajarkan anak untuk membangun kepercayaan diri agar anak bisa bersosialisasi denagn baik. Karena teman, keluarga besar, dan komunitas penting dimiliki untuk memberikan dukungan emosional bagi anak. Ajarkan juga batasan yang sehat dan bagaimana bentuk hubungan yang positif.
Ajak anak membicarakan perasaannya terkait ketidakhadiran ayah dan bantu ia memahami bahwa perasaannya valid. Keterbukaan ini bisa mengurangi beban emosional yang dipendam dan membuat anak merasa didengar serta dipahami.
Jika anak mengalami trauma dan masalah emosional lainnya, maka bantuan profesional seperti terapi atau konseling ke psikolog menjadi langkah yang sebaiknya dilakukan.
BACA JUGA: Mengapa Anak & Remaja Zaman Sekarang Makin Rentan Depresi? Ini Penjelasan Psikolog!
Setiap anak perempuan berhak tumbuh dengan rasa aman, dicintai, dan percaya diri—terlepas dari ada atau tidaknya sosok ayah dalam hidupnya. Dengan pendekatan yang tepat, anak tetap bisa berkembang secara utuh dan kuat menghadapi dunia.
Penulis: Dhevita Wulandari
Diperbarui: Retno Raminne Nurhaliza Pitoy
Cover: Pixabay on Pexels