Sorry, we couldn't find any article matching ''

Anak Sering Pakai ChatGPT? Ini Dampaknya pada Otak Menurut Ahli
Berdasarkan penjelasan psikolog anak dan remaja, anak yang sering pakai ChatGPT bisa terkena dampak yang kurang baik bagi otaknya.
Sebagai orang tua, Mommies atau Daddies tentu ingin anak-anak tumbuh dan berkembang secara optimal, bukan? Meskipun segala tantangan dan hambatan menerjang, yang penting anak nomor satu. Nah, salah satu fenomena yang barangkali menjadi kendala belakangan ini adalah kehadiran AI di tengah kehidupan kita.
AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan adalah sistem komputer yang mampu meniru proses berpikir manusia, mulai dari penalaran, pembelajaran, dan pemecahan masalah—seperti yang dirangkum dari berbagai sumber. AI didesain untuk memudahkan pekerjaan manusia.
Saking memudahkannya, manusia menjadi riskan ketergantungan pada AI. Tidak hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Dampaknya pun bermacam-macam, apalagi bagi anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan.
Oleh karena itu, Mommies Daily berkesempatan bertanya kepada Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana, S.Psi., M.Psi., untuk mengetahui bagaimana penggunaan ChatGPT berdampak bagi otak anak.
BACA JUGA: Gen Alpha vs Gen Beta, Kenali Persamaan dan Perbedaannya
Dampak Negatif Penggunaan ChatGPT yang Berlebihan pada Otak Anak
Menggunakan AI bukan tidak boleh, tetapi alangkah baiknya kalau dibatasi dan tidak terlalu bergantung. Apalagi bagi tumbuh kembang anak yang masih sangat butuh asupan dan pengalaman hidup yang signifikan.
1. Mengganggu Proses Berpikir Kritis
Apabila ChatGPT digunakan hanya sebagai mesin pemberi jawaban tanpa berpikir terlebih dahulu, tentu ada potensi terganggunya proses berpikir kritis pada anak. Akan tetapi, ini kembali lagi ke bagaimana dan seberapa sering anak pakai ChatGPT.
2. Tidak Tahu Cara Menyelesaikan Masalah
Anak sering mengerjakan PR dibantu dengan ChatGPT? Jangan dibiasakan! Tugas sekolah bukan sekadar hasil, tetapi juga melatih penalaran, pemahaman, konsistensi, dan daya juang anak. Menurut Psikolog Vera, “Anak bisa kehilangan kesempatan untuk belajar memahami proses berpikir dan menyelesaikan masalah.” Padahal, kemampuan tersebut sangat penting dan akan terus dipakai sepanjang hidup.
Foto: Alex Green on Pexels
3. Tidak Bisa Berpikir Mandiri
Kalau anak terlalu sering mengambil jalan pintas menggunakan ChatGPT, mereka mungkin akan mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan situasi nyata yang membutuhkan pemikiran mandiri.
4. Membuat Malas Berpikir
Anak bisa jadi malas berpikir jika hanya menggunakan ChatGPT sebagai “mesin jawaban instan”. Padahal, ChatGPT bisa diajak berefleksi dan bereksplorasi lebih lanjut jika digunakan dengan maksimal. Psikolog Vera menyebutkan, “Anak bisa kehilangan dorongan untuk berpikir out of the box dan menjadi pasif.”
5. Kehilangan Kreativitas
Selain menjadi malas berpikir, anak juga bisa kehilangan kreativitasnya apabila terlalu sering mengandalkan ChatGPT. Kecuali apabila penggunaannya diarahkan dengan benar. “Seperti untuk mencari ide, memperkaya sudut pandang, atau memperluas wawasan—justru bisa mendorong kreativitas dan minat belajar (anak).” jelas Psikolog Vera.
Bagaimana Cara Mengajarkan Penggunaan ChatGPT yang Sehat dan Seimbang Bagi Orang Tua kepada Anak
Utamanya adalah orang tua harus hadir dan terlibat. Pada awalnya, Mommies dan Daddies bisa memberikan contoh menggunakan teknologi untuk eksplorasi, bukan sebatas pemberi jawaban instan. Selalu ajak anak berdiskusi sebelum bertanya ke AI.
“Berikan batasan waktu, awasi konten, dan pastikan anak tetap mengasah kemampuan berpikir, membaca, dan menulis secara alami. Teknologi bukan pengganti proses belajar, tapi alat bantu yang harus digunakan dengan bijak.” tutup Psikolog Vera.
Teknologi memang bisa membantu, tetapi jika digunakan tanpa pengawasan, ada risiko terhadap perkembangan kognitif, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis pada anak. Jadi, Mommies dan Daddies jangan lupa tetap dampingi dan arahkan penggunaan AI secara sehat dan seimbang kepada anak, ya.
BACA JUGA: Ketika Anak Menyakiti Orang Tua, Penyebab dan Cara Menghentikannya
Penulis: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Cover: Airam Dato-on on Pexels
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS