banner-detik
PARENTING & KIDS

Dampak Psikologis Anak Perempuan tanpa Sosok Ayah, dan Cara Mengatasinya

author

Dhevita Wulandariin 4 minutes

Dampak Psikologis Anak Perempuan tanpa Sosok Ayah, dan Cara Mengatasinya

Saat anak perempuan tumbuh tanpa sosok ayah, ada beberapa dampak yang bisa dialami anak secara psikologis. Simak punya penyebab dan cara mengatasinya.

Sosok ayah seringkali digambarkan sebagai pelindung pertama, panutan, dan sumber dukungan emosional bagi anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Ketika sosok ini tidak hadir, anak mungkin akan menghadapi berbagai tantangan lebih berat daripada anak dengan sosok ayah di kesehariannya, khususnya bagi anak perempuan.

Penyebab hilangnya sosok ayah juga bisa beragam. Bisa karena perceraian atau perpisahan, kematian, ketidakhadiran ayah secara emosional, jauh karena pekerjaan, bahkan bisa juga karena terlibat kasus kriminal dan harus dipenjara.

Bertanya langsung kepada Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Belinda Agustya, S.Psi., M.Psi, terlepas dari jenis kelamin anak, sosok ayah sangat penting dan cukup besar pengaruhnya pada beberapa hal dalam diri anak. Mulai dari memengaruhi perkembangan sosial emosional, kepercayaan diri, berani untuk menerima tantangan baru, resilient (ulet), hingga berani mengambil risiko.

Dampak Perkembangan Emosional dan Psikologis tanpa Sosok Ayah

Psikolog Belinda menjelaskan berdasarkan penelitian, sosok ayah identik dengan hal-hal yang adventurous atau suka berpetualang dan lebih berani eksplor hal-hal yang mendekati risiko dibanding sosok ibu. Maka dari itu, anak-anak tanpa sosok ayah sering kali kehilangan kesempatan-kesempatan yang berhubungan dengan menghormati, mencoba dan mengeksplorasi hal baru, dan sebagainya.

BACA JUGA: 10 Kalimat yang Menunjukkan Anak Sedang Butuh Bantuan, Nomor 8 Paling Bikin Waswas!

Secara umum, ada beberapa poin penting mengenai kedekatan anak dengan sosok ayah:

1. Role model 

Jika spesifik berbicara antara hubungan ayah dengan anak perempuan, salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana anak perempuan memandang atau melihat sosok laki-laki ideal. Tidak harus pacaran atau sebagai pasangan nantinya,  hadirnya figur ayah bisa menjadi salah satu contoh role model pertama bagi anak perempuan dalam memahami peran laki-laki.

2. Figur ideal

Tahap lanjutan dari poin di atas, kedekatan ayah dan anak perempuan membentuk padangan si anak mengenai standar pasangannya kelak. Dengan melihat peran ayahnya, anak perempuan bisa menciptakan kriteria ideal pasangan yang dia inginkan.

3. Pola relasi yang sehat

Hubungan baik ayah dan anak perempuan dapat membuat memahami relasi dengan lawan jenis yang sehat dan bagaimana ia patut diperlakukan sebagai seorang wanita kelak.

Jika ayah tidak hadir dalam keseharian anak perempuan, ia bisa jadi tidak punya standar, bingung, tidak tahu pola sehat hingga tidak tahu harus diperlakukan seperti apa dari laki-laki. Kondisi ini memungkinkan anak perempuan bisa dimanfaatkan secara tidak baik oleh laki-laki.

Foto: RDNE Stock project on Pexels

Strategi yang Dapat Dilakukan untuk Membangun Ketahanan Anak Perempuan tanpa Peran Ayah

Tidak adanya peran ayah juga dapat menyebabkan perkembangan identitas diri pada anak perempuan menjadi terganggu.  Sebab, meski tidak terlihat bermasalah dari luar, tetap ada kekosongan yang dirasakan si anak rasakan, sekalipun ia tidak menyadarinya.

Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar anak perempuan tetap dapat mengembangkan diri dengan baik.

1. Menghadirkan sosok laki-laki dewasa lainnya dengan karakter positif

Mau tidak mau, suka tidak suka, Psikolog Belinda menyarankan untuk mengganti figur ayah dengan laki-laki dewasa lainnya penting untuk dilakukan. Misalnya kakek, paman, sepupu yang lebih dewasa, dan anggota keluarga yang memiliki sifat positif dan bisa menjadi role model yang baik untuk anak perempuan. Pengawasan ibu harus tetap dilakukan pada kondisi ini.

2. Menceritakan tokoh agama

Kalau tidak ada sama sekali figur laki-laki di keluarga, Psikolog Belinda menyampaikan untuk coba ambil dari kisah-kisah dan tokoh-tokoh agama. Misalnya dalam agama Islam ada cerita nabi dan rasul, atau agama lain yang memiliki cerita tokoh yang bisa dijadikan panutan. Ceritakan pada anak bagaimana mereka memperlakukan anak dan istri mereka dengan baik dan penuh kasih sayang.

3. Membangun kemandirian dan resiliensi

Mengajarkan anak perempuan untuk mandiri, kuat, dan mampu menghadapi tantangan hidup.

4. Membangun kepercayaan diri

Ibu dan keluarga dapat membantu dan mengajarkan anak untuk membangun kepercayaan diri agar anak bisa bersosialisasi denagn baik. Karena teman, keluarga besar, dan komunitas penting dimiliki untuk memberikan dukungan emosional bagi anak. Ajarkan juga batasan yang sehat dan bagaimana bentuk hubungan yang positif.

5. Membahas topik ini secara terbuka

Orang dewasa dalam keluarga bisa mengajak anak untuk berdiskusi mengenai topik ini dan menjelaskan pentingnya untuk berbicara jujur tentang situasi ini. Tujuannya agar anak bisa mengutarakan perasaan mereka dan segera mencari jalan keluar agar tidak terlalu lama membebani diri mereka sendiri.

6. Mencari bantuan profesional

Jika anak mengalami trauma dan masalah emosional lainnya, maka bantuan profesional seperti terapi atau konseling ke psikolog menjadi langkah yang sebaiknya dilakukan.

BACA JUGA: Mengapa Anak & Remaja Zaman Sekarang Makin Rentan Depresi? Ini Penjelasan Psikolog!

Cover: Pixabay on Pexels

Share Article

author

Dhevita Wulandari

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan