Sorry, we couldn't find any article matching ''

10 Kalimat yang Menunjukkan Anak Sedang Butuh Bantuan, Nomor 8 Paling Bikin Waswas!
Kalimat yang sering kita salah artikan bahkan kita abaikan ini mungkin merupakan sebuah “curhatan” saat anak merasa butuh bantuan.
Semua orang tua pasti mengalami masa-masa di mana anak tidak mau menjawab bahkan sepatah kata pun ketika kita melontarkan pertanyaan, “Gimana (perasaanmu) hari ini?”. Padahal, betapa kita sudah sangat menantikan ceritanya. Meskipun kalimat pertanyaannya sudah kita ubah sedemikian rupa, rasanya sulit sekali dijawab. Yang kerap terjadi, anak tiba-tiba saja mengatakan sesuatu, tanpa kita tanya. Biasanya, kalau sudah begini, kalimat tersebut adalah sesuatu yang memang anak mau kita dengar. Bahkan kalimat tersebut mungkin saja mengandung “curhatan” bahwa anak butuh bantuan.
1. “Aku nggak mau sekolah”
Kalimat ini seharusnya cukup jelas dan harfiah. Apalagi di usia balita, dengan keterbatasan kemampuan bicara anak. Meski seringkali sulit kita terima, ada baiknya untuk melipir sebentar bila situasinya kita sudah sampai di depan kelas, ajak anak bicara dan tanyakan apa yang membuatnya tidak nyaman. Biasanya, kalau level tidak nyamannya sudah sangat tinggi, dari bangun pagi sudah ia tunjukkan. Penting juga bekerjasama dengan guru, untuk bantu meyakinkan anak supaya bisa merasa aman dan nyaman selama di sekolah.
2. “Ma, …”
Ketika anak memanggil kita langsung atau via chat (pada anak yang lebih besar) namun tidak ia lanjutkan sehingga kalimatnya jadi benar-benar nge-gantung seperti ini, perlu kita respon secara langsung, meski tidak perlu dengan cara yang super kepo, ya! Biasanya anak seringkali ragu melanjutkannya karena merasa tidak nyaman mengungkapkan isi hatinya. Pastikan, jangan sampai ketika kita tidak sempat menggubris kalimat ini, anak keburu merasa, “Ah, nggak jadi, deh, nggak penting” dan momen curhat itu kemudian hilang.
3. “Duh, sakit perut, Ma”
Menurut penjelasan Psikolog Damar Widjayanti, otak dan perut kita itu ternyata sangat terhubung. Apa yang terjadi pada otak dapat berpengaruh langsung terhadap perut kita, maupun sebaliknya. Saat kita cemas, asam lambung biasanya meningkat dan memicu rasa mual. Sebaliknya, ketika belum makan, perut terasa kosong sehingga membuat kita sulit berkonsentrasi. Saat pencernaan kita kekurangan bakteri baik, mood kita bisa berantakan. Jadi, nggak selamanya anak perlu ditemani ke toilet untuk BAB, bisa jadi, ia memang sedang cemas. Pastikan saat kita mengajak anak bicara, kita cari tempat yang nyaman buatnya.
4. “Mama aja, deh!”
Ketika diminta melakukan sesuatu, anak dengan mudahnya merespon demikian. Sebaiknya, jangan langsung geram, ini bisa menjadi tanda bahwa anak belum berani atau belum nyaman melakukan hal tersebut, sementara ia paham betul Mamanya pasti bisa melakukannya. Mungkin saat itu anak belum percaya diri dengan kapasitasnya, maka ia butuh kita bantu dan kita yakini.
5. “Nggak tahu, deh, bingung!”
Kalimat ini kerap menjadi respon anak ketika kita memintanya menjelaskan kebingungan yang ia rasakan. Memang, respon kita mungkin, “Dia aja bingung, gimana kita?”, namun sebetulnya, lewat pembicaraan yang terjalin secara mendalam (dan tentu butuh waktu), kita bisa menguak apa yang sebenarnya membuat anak cemas dan bingung. Dengan begitu, kita bisa mencari cara tepat untuk membantunya.
6. “Aku mau pulang”
Konteksnya, anak mengatakan ini secara tiba-tiba saat ia sedang di tengah aktivitasnya di sekolah. Mungkin ia tidak berani mengatakan secara langsung alasannya. Maka saat itu juga ia berharap kita bisa membantunya. Pastikan komunikasi dengan pihak sekolah tetap berjalan baik, sehingga kita tidak perlu memaksakan anak untuk tetap stay di sekolah. Meski butuh waktu, kemungkinan besar anak akan bicara ketika ia merasa sudah berada di tempat yang nyaman bersama orang tuanya.
7. “Aku capek”
Anak pre-teen biasanya akan mengungkapkan hal ini ketika ia memang merasa lelah. Sayangnya, saking sudah dianggap sebagai keluhan sehari-hari, kita memandang pernyataan ini sebelah mata. Padahal, mungkin anak memang merasa butuh rehat sejenak dari aktivitas hariannya. Nggak berarti harus bolos sekolah, kok, bisa jadi ia hanya sedang mau istirahat dari kegiatan lain di luar sekolah. Saat anak sudah paham komitmen, ia pasti tahu kapan ia siap untuk kembali.
8. “Ma, jangan marah, ya, …”
Biasanya, sih, kalimat ini 80% merupakan pengakuan dosa, dan tidak akan langsung ia teruskan ke inti permasalahan, sebelum kita meresponnya dulu dengan “Ok!”. Anak paham bahwa kalimat selanjutnya pasti akan membuat kita marah atau kecewa, karena itu ia sudah antisipasi. Selanjutnya, silakan pilih:
- Mendengar tanpa mengintervensi sampai ia menyelesaikan kalimatnya (pilihan paling bijak untuk membantu memecahkan masalahnya)
- Pasang ekspresi “Tuh, kan! Mama udah nyangka” (biasanya berujung anak enggan curhat lagi)
9. “Mmm, mama, aku mau ngomong boleh nggak?”
Selain isi pembicaraan yang bakalan cukup serius, dari kalimat ini kita juga bisa melihat bahwa anak menghargai waktu yang kita punya sampai ia merasa perlu memastikan hal ini sebelum ia mulai bercerita. Kita perlu menghargai keberanian anak untuk menyampaikan maksudnya, sekalipun mungkin tidak sepenuhnya bisa kita terima. Yang penting, anak merasa didengar dan terbantu saat ia memilih kita sebagai tempat curhatnya.
10. “Ughhh, kenapa, sih??”
Kalimat ini biasanya dilontakan dengan nada kesal seakan-akan ia tidak terima akan apa yang terjadi padanya. Bisa ketika ia mendapat nilai jelek padahal sudah belajar dengan giat, atau ketika ia tidak lolos saat berkompetisi, atau keadaan yang membuatnya bertanya-tanya, apalagi yang mesti ia lakukan? Sama halnya ketika kita menghadapi ujian dalam hidup, lalu dalam hati kita merasa dunia tidak berpihak pada kita, anak juga mungkin mengalaminya. Tentu penting untuk kita memvalidasi perasaan kecewa anak, ia pasti juga butuh waktu untuk memproses kekecewaannya tersebut. Namun, pastikan anak paham bahwa apapun yang terjadi kita tetap mendukungnya, berada di sampingnya melewati proses tersebut, sampai ia siap untuk bangkit dan mencoba lagi.
Baca juga: Mengapa Anak & Remaja Zaman Sekarang Makin Rentan Depresi? Ini Penjelasan Psikolog!
Image from Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS