banner-detik
PARENTING & KIDS

8 Cara Mengajarkan Boundaries pada Anak, agar Tumbuh Kuat dan Aman!

author

Fannya Gita Alamandain 42 minutes

8 Cara Mengajarkan Boundaries pada Anak, agar Tumbuh Kuat dan Aman!

Salah satu syarat anak bisa tumbuh dengan nyaman dan punya interaksi sosial yang baik adalah orangtua yang mengajarkan anak pentingnya boundaries.

Mengajarkan anak untuk menetapkan dan menghormati batasan diri adalah bekal penting dalam tumbuh kembang mereka, baik secara emosional maupun sosial. Anak yang memahami batasan akan mampu membangun hubungan yang sehat, merasa aman, dan memiliki kepercayaan diri untuk menjaga dirinya sendiri. 

Seiring bertambahnya usia dan semakin kompleksnya interaksi sosial, anak-anak perlu lebih dari sekadar mengetahui aturan dasar. Bagi kebanyakan orangtua, menetapkan batasan untuk perilaku anak kecil adalah hal yang wajar seperti: jangan memukul, jangan memotong pembicaraan orang, dan jangan merebut mainan saudara atau temanmu. Namun seiring bertambahnya usia mereka, dan interaksi sosial menjadi lebih kompleks, tidak cukup hanya mempelajari aturan-aturan seperti yang dicontohkan tadi.

Mereka perlu belajar menetapkan batasan untuk diri mereka sendiri dan menghormati batasan orang lain. Itu berarti mampu mengenali apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain — dan mengungkapkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan juga dari orang lain. Anak-anak Mommies harus belajar mengidentifikasi kebutuhannya sendiri dan orang lain, serta mampu menyampaikan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Proses ini merupakan fondasi dari keterampilan hidup yang sehat.

BACA JUGA: 6 Penyesalan Pola Asuh Para Lansia, Jadi Pelajaran Berharga untuk Orangtua Sekarang

Apa Itu Batasan Diri?

Menurut Dr. Stephanie Dowd, seorang psikolog klinis, “Batasan diri pada dasarnya adalah tentang memahami dan menghormati kebutuhan kita sendiri, serta bersikap menghargai terhadap kebutuhan orang lain. Untuk itu, orangtua harus membantu anak-anak mereka mengembangkan empati dan kesadaran diri yang lebih dalam sejak dini.”

Batasan diri juga berlaku untuk diri sendiri. Anak-anak perlu diajarkan manfaat dan pentingnya set boundaries untuk menjaga kesehatan fisik dan mental mereka. Contohnya adalah menumbuhkan kesadaran pada anak pentingnya membatasi waktu layar, memastikan mereka menikmati waktu istirahat, dan merawat diri mereka seperti mandi, menggosok gigi, dan menjaga kamar mereka tetap bersih dan rapi. 

Mengapa Menetapkan Batasan Diri Itu Penting?

Set boundaries membantu anak mengerti bagaimana mereka ingin dan layak diperlakukan—apa yang bisa diterima dan apa yang tidak. Ini penting untuk membangun rasa aman, dihargai, dan nyaman dalam setiap bentuk hubungan yang mereka jalani baik di rumah, di sekolah, dan di lingkungan tempat  tinggal. Tanpa bekal pemahaman bahwa mereka perlu menetapkan boundaries dan akan mendapatkan manfaatnya, anak rentan dimanfaatkan karena tidak memiliki kejelasan tentang hak yang ia miliki atas tubuh, waktu, dan emosinya.

Mengajarkan cara menetapkan batasan diri pada anak adalah proses jangka panjang yang memerlukan kesabaran, contoh nyata, dan komunikasi terbuka. Keterampilan ini bukan hanya membantu mereka sekarang, tetapi juga saat dewasa nanti, ketika mereka harus membangun hubungan yang sehat dan melindungi kehormatannya, baik sebagai perempuan maupun laki-laki, dan tentu saja kehormatan orang lain.

Ingat, ketika kita mengajarkan anak untuk set boundaries, kita sedang membekali mereka dengan alat penting untuk menjadi individu yang mandiri, peduli, dan tangguh.

Foto: Pavel Danilyuk on Pexels

8 Cara Mengajarkan Anak Manfaat dan Pentingnya Menetapkan Boundaries

Ini beberapa cara yang bisa orangtua lakukan untuk mengajarkan anak tentang manfaat dan pentingnya batasan diri.

1. Mulailah dari melatih komunikasi yang jelas

Langkah pertama dalam mengajarkan anak tentang batasan adalah komunikasi yang sederhana namun konsisten. Gunakan bahasa yang sesuai usia untuk menjelaskan: 

“Batasan adalah aturan tentang bagaimana kita memperlakukan diri sendiri dan orang lain. Batasan membantu kita merasa aman dan saling menghormati.”

Pastikan anak-anak merasa aman untuk bertanya dan berbagi perasaan. Percakapan ini akan menjadi dasar dalam membentuk kesadaran mereka tentang bagaimana cara set boundaries, manfaat dan pentingnya menetapkan batasan diri.

2. Jadilah teladan yang baik

Anak-anak belajar paling efektif lewat observasi. Jika Mommies dan Daddies sebagai orangtua menetapkan batasan pribadi dan menghormati batasan orang lain, anak akan melihat itu sebagai perilaku normal.

Misalnya, saat Mommies berkata, “Mama butuh waktu 15 menit untuk menyelesaikan pekerjaan, lalu kita bisa bermain bersama,” anak belajar bahwa waktu pribadi orang lain dan dirinya sendiri penting dan layak dihormati.

3. Gunakan permainan peran

Menggunakan role-playing bisa jadi cara menyenangkan sekaligus mendidik. Buat skenario di mana anak bisa mempraktikkan cara berkata “tidak”, seperti saat teman ingin mengambil mainannya atau ketika seseorang, apalagi yang tidak ia kenal berada terlalu dekat.

Permainan ini membantu anak membangun kepercayaan diri, sekaligus memberikan mereka “kosakata sosial” yang bisa digunakan dalam kehidupan nyata.

boundaries

Foto: Ketut Subiyanto on Pexels

4. Ajarkan konsep ruang pribadi

Penting bagi anak untuk mengenali konsep personal space. Gunakan alat bantu seperti lingkaran hula hoop untuk menggambarkan ruang pribadi. Ajak anak bermain “gelembung tak terlihat” di mana mereka belajar bahwa setiap orang punya gelembung pribadi (batas) yang tidak boleh dilanggar tanpa izin.

Ajarkan anak untuk bertanya, “Bolehkah aku duduk di sini?” atau “Apakah aku boleh memelukmu?”

5. Tegaskan haknya untuk bilang “Tidak”

Mengatakan “tidak” bukanlah tindakan kasar—itu adalah cara anak menyampaikan kenyamanan dan perlindungan diri dengan cara yang baik namun tegas. Mereka berhak menolak pelukan, ajakan bermain, atau permintaan yang membuat mereka tidak nyaman.

Berlatihlah dengan mereka menggunakan kalimat seperti “Tidak, aku tidak mau melakukan itu” atau “Aku tidak suka kalau kamu menanyakan itu” atau “Aku tidak suka dipegang di situ”.

Foto: Pavel Danilyuk on Pexels

6. Buat aturan keluarga tentang batasan

Membangun struktur dan kebiasaan sangat penting. Terapkan aturan keluarga sederhana namun tegas, seperti mengetuk pintu sebelum masuk ke kamar siapa pun dan minta izin sebelum meminjam barang milik orang lain.

Konsistensi dalam aturan membantu anak mengenali batasan sebagai bagian dari nilai keluarga.

7. Berikan pujian saat anak menetapkan batasan

Jangan lupa untuk mengapresiasi usaha anak dalam menetapkan dan menghormati batasan. Penguatan positif mendorong mereka untuk terus mengembangkan kemampuan ini.

Jika anak berkata, “Aku tidak nyaman dengan itu,” Mommies bisa merespons, “Mama bangga kamu berani menyampaikan perasaanmu.”

Pujian semacam ini memperkuat kepercayaan diri dan validasi terhadap emosi anak.

8. Tunjukkan juga respek pada batasan diri orang Lain

Mengajarkan batasan juga berarti menunjukkan bahwa batas orang lain juga penting. Anak harus tahu bahwa seperti mereka tidak ingin batasnya dilanggar, mereka pun tidak boleh melanggar batasan orang lain.

Dr. Rachel Busman, psikolog klinis, mencontohkan: “Seorang anak mungkin ingin melompat ke punggung temannya karena itu terdengar menyenangkan. Tapi jika mereka tidak bertanya dulu apakah temannya oke dengan itu, seseorang bisa saja terluka. Dan bisa jadi dirinya sendiri ikut terluka.”

Dengan memahami ini, anak belajar bahwa kesenangan tidak boleh mengorbankan kenyamanan atau keselamatan orang lain.

BACA JUGA: 10 Kesalahan Pola Asuh yang Bisa Memicu Anak jadi Kriminal, Orangtua Wajib Tahu!

Cover: Julia M Cameron on Pexels

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan