Sorry, we couldn't find any article matching ''

MD Ask the Expert: Fetish = Penyimpangan? 5 Hal yang Wajib Diketahui
Fetish ternyata bisa dialami siapa saja. Tidak berarti buruk, tetapi bisa menjadi buruk jika sudah muncul beberapa hal yang membuat tidak nyaman.
Pernah nggak sih, mendengar istilah “fetish”? Mungkin sebagian dari kita langsung mengernyitkan dahi atau malah jadi penasaran, sebenarnya apa, sih, itu? Di obrolan sehari-hari, kata ini kadang dipakai untuk menggambarkan kesukaan yang amat sangat terhadap sesuatu. Tapi, dalam konteks yang lebih spesifik, kondisi ini punya makna tersendiri, lho. Yuk, kita coba pahami bersama!
Sebagai Mommies, kita tentu sering dihadapkan pada berbagai informasi baru, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan preferensi dan hubungan. Memahami kondisi ini bisa jadi salah satu cara untuk memperluas wawasan kita, tanpa perlu merasa tabu atau aneh.
Jadi, Apa Sih Sebenarnya Fetish Itu?
Secara sederhana, fetish dalam psikologi merujuk pada ketertarikan seksual yang intens dan berulang pada objek mati, bagian tubuh non-genital tertentu, atau situasi spesifik. Objek atau situasi ini menjadi penting bagi gairah dan kepuasan seksual seseorang.
Penting untuk dicatat, ya, Mommies, bahwa sekadar menyukai sesuatu atau memiliki preferensi tertentu itu berbeda dengan fetish. Misalnya, suka dengan pasangan yang memakai parfum tertentu itu hal yang wajar. Kondisi ini menjadi lebih spesifik dan seringkali esensial bagi orang tersebut untuk mencapai gairah seksual.
BACA JUGA: MD New Parents 101: Battle dan Review Popok Bayi, Mana yang Punya Daya Serap Tinggi?
Beberapa Hal yang Perlu Mommies Tahu Seputar Fetish:
- Bukan Sekadar “Suka Banget”: Seperti yang sudah dijelaskan, fetish lebih dari sekadar kesukaan biasa. Ada keterikatan emosional dan seksual yang kuat pada objek atau situasi tersebut.
- Variasinya Luas: Objek fetish bisa sangat beragam, mulai dari pakaian (seperti sepatu hak tinggi atau lingerie), material tertentu (seperti kulit atau lateks), hingga bagian tubuh yang biasanya tidak dianggap seksual (misalnya kaki atau rambut).
- Tidak Selalu Jadi Masalah: Nah, ini yang penting, Mommies! Selama fetish tersebut tidak menyebabkan tekanan signifikan bagi individu yang memilikinya, tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain, dan dilakukan atas dasar suka sama suka (consent) jika melibatkan pasangan, maka fetish tidak dianggap sebagai gangguan. Banyak orang dengan fetish menjalani kehidupan yang normal dan bahagia, kok.
- Kapan Perlu Diperhatikan Lebih Lanjut? Fetish bisa menjadi perhatian jika mulai menimbulkan stres berat, rasa malu berlebihan, mengganggu fungsi sehari-hari, atau jika melibatkan objek atau tindakan yang ilegal, berbahaya, atau tanpa persetujuan orang lain. Dalam kondisi seperti ini, bantuan profesional mungkin diperlukan.
- Komunikasi Itu Kunci (Jika dalam Hubungan): Jika Mommies atau pasangan memiliki fetish tertentu, komunikasi yang terbuka dan jujur adalah kunci utama. Memahami dan menghargai preferensi masing-masing bisa membantu menjaga keharmonisan hubungan. Selama didasari oleh rasa saling menghormati dan kesepakatan bersama, fetish bisa menjadi bagian dari eksplorasi keintiman.
Penting Diingat, Ya, Mommies!
Tujuan artikel ini bukan untuk menghakimi atau membuat Mommies merasa tidak nyaman, ya. Sebaliknya, dengan memahami apa itu fetish secara lebih netral, kita bisa lebih bijak dalam menyikapi berbagai informasi dan realita di sekitar kita. Setiap individu itu unik, termasuk dalam hal preferensi personalnya.
Mommies Daily juga membahas lebih dalam mengenai kondisi ini bersama Tiara Puspita, M. Psi., Psikolog Klinis Dewasa di YouTube channel Mommies Daily. Tonton video selengkapnya di bawah ini, yuk!
BACA JUGA: MD Ask the Expert: Perempuan Lebih Susah Orgasme, Mitos atau Fakta?
Cover: Mommies Daily
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS