Sorry, we couldn't find any article matching ''

10 Kesalahan Pola Asuh yang Bisa Memicu Anak jadi Kriminal, Orangtua Wajib Tahu!
Pola asuh seperti apa yang bisa memicu kenakalan, bahkan membuat anak, menjadi pelaku kriminalitas? Baca selengkapnya ddisini!
Maraknya berita kriminal menjadi kekhawatiran kita sebagai orang tua. Pola asuh seperti apa yang bisa memicu kenakalan, bahkan membuat anak menjadi pelaku kriminalitas? Tanpa disadari, beberapa didikan orang tua bisa memicu anak bertindak kriminal. Tentunya kita sebagai orang tua tidak ingin hal itu terjadi, kan, Mommies?
BACA JUGA: Dampak Pola Asuh Single Parent pada Tumbuh Kembang Anak
Pola Asuh yang Bisa Memicu Anak jadi Krimibal
Menurut Rizkia Nurannissa M.Psi.,Psi, (Psikolog Anak & Filial Play Coach Mentor), ada beberapa pola asuh dan didikan kepada anak yang patut diwaspadai karena dapat memicu kenakalan dan kriminalitas!
1. Pola asuh Otoriter
Orang tua otoriter seringkali ditandai dengan aturan yang kaku, penuh kontrol, disiplin ketat, hukuman, tanpa memberikan validasi emosi ke anak. Dampak negatifnya, anak tidak paham cara sehat mengekspresikan emosi, dan cenderung menekan emosi yang jika terakumulasi dapat menjadi dendam yang “meledak” tanpa kendali. Anak juga bisa punya pola pikir salah, bahwa jika seseorang melakukan kesalahan, mereka harus dihukum.
Anak dengan didikan otoriter seringkali merasa tidak dihargai, berisiko mengalami kecemasan, menarik diri dari orang lain, bisa memiliki harga diri rendah dan sering meniru cara orang tua mereka, bertindak dengan kemarahan, kekerasan, bahkan terlibat kriminalitas.
2. Pola asuh Permisif
Kebalikan dari otoriter, pola asuh permisif atau “serba boleh” ini ditandai dengan lemahnya pengawasan, kurangnya nilai dan norma yang diajarkan dan dicontohkan kepada anak, juga minim aturan. Orang tua membiarkan anak melakukan apa pun tanpa batasan yang mengakibatkan anak tumbuh tanpa pemahaman yang benar tentang moralitas dan norma sosial, cenderung memberontak, impulsif, kurang pengendalian diri, dan merasa bebas melakukan apa saja termasuk mencuri, berbohong, atau tindak kriminal lainnya.
3. Pola Asuh Neglecting atau Pengabaian
Orang tua dengan pola asuh neglecting cenderung tidak peduli, hingga seringkali anak mereka membesarkan diri sendiri karena orang tua tidak memberikan perhatian dan dukungan yang cukup, juga kurang menghabiskan waktu berkualitas bersama anak, yang rentan menjadikan anak labil, kurang percaya diri, tidak punya pegangan hidup, merasa “kosong”, karena jarang berinteraksi, merasa tidak didengar dan dilihat, juga mudah cemas, hingga dapat memicu anak terlibat dalam kenakalan atau pelaku kriminalitas.
4. Helicopter Parent
Terlalu protektif dan terlibat dalam semua aspek kehidupan anak, dan merasa perlu “melindungi” anak dari segala masalah adalah ciri pola asuh ini, hingga menghambat anak tumbuh baik secara akademis, psikologis maupun sosial. Dampaknya adalah meningkatnya potensi kecemasan dan depresi, ketrampilan rendah dalam mengatasi masalah, kurang percaya diri, hingga berpotensi memicu hal di luar batas seperti kenakalan dan kriminalitas karena anak tidak paham risiko perbuatan, akibat terlalu dilindungi oleh orang tua.
5. “Strawberry Parent”
Didikan ini biasanya terlalu memanjakan termasuk memberikan anak fasilitas berlebihan, misalnya Handphone atau mobil mewah yang tidak sesuai usia dan kebutuhan anak, jarang diberi konsekuensi, kurang disiplin, tidak ada aturan, jarang berkomunikasi secara terbuka, juga anak kerap dipuji berlebihan. Seperti yang dikatakan Prof. Rhenald Khasali, “strawberry generation” biasanya penuh gagasan kreatif tapi secara mental kurang kuat, gampang menyerah, mudah sakit hati dan emosi, juga kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial akibat dimanjakan dengan berbagai fasilitas. Akibatnya anak bisa berbuat kenakalan atau pelaku kriminalitas, seperti kasus seorang anak seorang pejabat yang menganiaya anak lain di tahun 2023.
Foto: Freepik
6. Penuh Kritikan, Kata-kata Merendahkan atau Ancaman
Orang tua dengan didikan ini selalu mencari celah kesalahan, menggunakan kata-kata merendahkan yang menyakitkan atau ancaman, yang membuat anak tidak pernah merasa cukup, penuh ketakutan & kemarahan, semakin memberontak dan bisa berbuat kenakalan
7. Sering Membandingkan
Orang tua ini punya didikan yang suka membandingkan anak dengan anak lain termasuk dengan kakak atau adiknya sendiri, yang bisa berakibat anak kehilangan rasa percaya diri, labil, dan bisa terjerumus dalam kenakalan atau tindak kriminal.
8. Perfeksionis
Mempunyai harapan tentu baik tapi jika ekpekstasinya terlalu tinggi dan orang tua menuntut anak untuk sempurna misalnya harus selalu berprestasi, tentunya tidak sehat. Anak bisa tertekan, dan malah bisa berbuat kriminal.
9. Orang Tua Temperamental
Situasi rumah yang “panas”, penuh bentakan atau pukulan, akan menghasilkan anak yang punya kemungkinan besar menjadi pelaku kriminalitas atau kekerasan
10. Tidak Sekata dan Tidak Konsisten
Didikan orang tua yang berubah-ubah dari satu pola asuh ke pola asuh lain dan tidak kompak antara ayah dan ibu bisa membuat anak cemas dan gamang, yang berbahaya untuk kesehatan mentalnya serta dapat memicu kenakalan atau kriminalitas anak.
Nissa juga mengingatkan agar orang tua waspada, jika anak atau remaja usia sekolah menunjukkan sinyal “red flag” apalagi yang menetap, seperti kesulitan mengelola emosinya, sering marah tanpa alasan jelas, punya temperamen yang sulit dikendalikan, menunjukkan kekerasan kepada orang lain, kurang empati, kerap berbohong, bersikap manipulatif, punya kecenderungan melawan aturan di rumah atau sekolah, tidak merasa bersalah saat berbuat kenakalan, atau menarik diri secara ekstrim, karena bisa menjadi tanda internal yang dapat berkembang menjadi perilaku negatif, kenakalan atau bahkan tindak kriminal jika tidak segera di tangani dengan tepat, misalnya dengan memperbaiki atau memperkuat hubungan yang sehat antara orang tua & anak, atau mengikuti program konseling atau terapi psikologis.
BACA JUGA: 7 Pola Asuh untuk Anak Introvert, Nomor Dua Sering Salah Kaprah
Cover: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS