Baru saja menikmati orgasme yang luar biasa, rasanya badan ingin segera lanjut ke ronde kedua. Kondisi ini disebut periode refrakter. Ini penjelasannya.
Setelah mencapai orgasme atau ejakulasi, kita akan mengalami periode kenikmatan seksual yang disebut periode refrakter (refractory period). Di masa istirahat atau mode pemulihan ini, kita mungkin tidak merasakan hasrat atau kemampuan fisik untuk menikmati orgasme lagi. Tubuh lebih memilih untuk memulihkan diri setelah aktivitas seksual yang intens. Ini juga disebut jeda gairah seks pertama dan kedua, terutama jika setelah tubuh istirahat, Mommies dan pasangan ingin berhubungan seks kembali.
Meski kadang otak membuat kita ingin segera bercinta lagi, tubuh nyatanya menolak. Ini bikin kita kesel. Tapi alih-alih menganggap masa istirahat sebagai hambatan, anggaplah mode pemulihan ini sebagai waktu untuk menjalin kedekatan emosional dengan ngobrol hal-hal ringan, saling membelai, dan menikmati momen tanpa tekanan.
Karena dalam dunia seks, kenikmatan tidak selalu berarti harus langsung lanjut ke ronde dua—kadang jeda justru membuat segalanya terasa lebih istimewa. Oke Mommies, mari kita bedah lebih detail tentang periode refrakter.
BACA JUGA: Variasi 100 Posisi Seks untuk Keintiman Suami Istri, Coba Nanti Malam!
Periode refrakter adalah masa setelah seseorang mencapai orgasme ketika berhubungan intim, di mana tubuh tidak lagi merespons rangsangan seksual sebagaimana sebelumnya. Dalam fase ini, keinginan untuk melanjutkan berhubungan seksual bisa menurun drastis, dan kemampuan fisik untuk mendapatkan ereksi, mencapai orgasme, atau mengalami ejakulasi menjadi sangat terbatas, bahkan tidak mungkin sama sekali untuk sementara waktu.
Durasi periode ini bisa sangat bervariasi, tergantung pada banyak faktor. Bisa hanya beberapa menit, bisa juga berlangsung berjam-jam, bahkan sampai seharian penuh. Pada pria, fase ini lebih kentara karena biasanya ditandai dengan hilangnya ereksi. Sedangkan pada perempuan, masa istirahat ini lebih bersifat psikologis dan sensoris, seperti rasa terlalu sensitif di area genital, terutama klitoris.
Untuk memahami periode refrakter, kita perlu melihatnya sebagai bagian dari siklus seksual manusia. Harap diingat, semua orang mengalami periode refrakter sebagai tahap akhir dalam siklus respons seksual empat bagian yang disebut Masters and Johnson’s Four-Phase Model yakni:
Pada tahap ini, tubuh mulai merespons rangsangan seksual. Detak jantung meningkat, pernapasan lebih cepat, dan aliran darah mengalir ke organ genital. Pada pria, penis mulai ereksi. Pada perempuan, lubrikasi vagina meningkat dan klitoris mulai membesar.
Ketegangan otot dan gairah seksual terus meningkat. Testis pada pria tertarik ke arah tubuh, sedangkan klitoris pada perempuan mulai sedikit tertarik ke dalam. Nafas dan detak jantung berada di puncaknya.
Ini adalah momen puncak kepuasan seksual saat berhubungan intim. Terjadi kontraksi ritmis di area genital. Pria mengalami ejakulasi, sedangkan perempuan bisa mengalami kontraksi pada dinding vagina dan sensasi yang intens menyebar ke seluruh tubuh.
Setelah orgasme, tubuh perlahan kembali ke keadaan normal. Ketegangan otot berkurang, detak jantung menurun, dan inilah saat periode refrakter dimulai. Tubuh memasuki mode pemulihan, dan pada titik ini, hasrat seksual biasanya menghilang untuk sementara waktu.
Jawabannya: Ya, semua orang mengalami periode ini, meskipun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda-beda. Bukan hanya pria, perempuan pun memiliki jeda gairah seks antara seks pertama dan seks kedua. Namun, cara tubuh pria dan perempuan meresponnya sangat berbeda. Yuk, simak:
Pada pria, periode refrakter ditandai dengan tidak mampunya tubuh untuk mendapatkan ereksi atau melakukan ejakulasi lagi untuk sementara waktu. Ini merupakan respons fisiologis yang sangat umum, dan sering kali disertai dengan penurunan minat secara psikologis terhadap seks. Lamanya waktu pemulihan ini bisa berkisar antara 5 menit hingga lebih dari 24 jam, tergantung faktor usia, kesehatan, dan tingkat gairah.
Perempuan, di sisi lain, secara fisiologis bisa kembali berhubungan intim segera setelah orgasme. Namun bukan berarti perempuan tidak mengalami fase refrakter. Banyak perempuan merasakan hipersensitivitas pada klitoris atau vulva setelah orgasme, yang bisa membuat rangsangan berikutnya terasa tidak nyaman. Selain itu, faktor emosional dan psikologis juga sangat berperan dalam kesiapan untuk Kembali berhubungan seks.
Beberapa faktor utama yang memengaruhi panjang pendeknya periode refrakter meliputi:
Meski tidak sepenuhnya bisa dihindari, beberapa strategi bisa dilakukan untuk membantu memperpendek waktu periode refrakter atau masa istirahat:
Coba variasi frekuensi seks: ubah pola jadwal berhubungan seks, misalnya dari setiap hari menjadi seminggu sekali, dan amati perubahan pada tubuh.
Eksplorasi posisi baru: posisi seks yang berbeda bisa memberikan sensasi yang unik, serta membantu mengontrol ejakulasi.
Stimulasi zona sensitif: fokus pada telinga, leher, puting, dan bagian tubuh lainnya bisa meningkatkan gairah tanpa harus langsung masuk ke penetrasi.
Mainkan fantasi: bicarakan fantasi seksual bersama pasangan dan cobalah bermain peran atau menciptakan suasana baru di kamar.
Latihan kegel: latihan ini membantu menguatkan otot dasar panggul yang berperan penting dalam ejakulasi dan orgasme.
Hindari alkohol: minuman beralkohol bisa menghambat sirkulasi darah dan menurunkan performa seksual.
Konsultasi dengan tenaga medis: jika mengalami disfungsi ereksi, bicarakan dengan dokter. Obat seperti sildenafil (Viagra) bisa membantu, namun harap waspada ya karena obat ini bukan untuk semua orang.
Rutin olahraga: aktivitas fisik 20–30 menit sehari bisa meningkatkan sirkulasi darah dan stamina seksual.
Konsumsi makanan sehat: pilihlah makanan yang mendukung kesehatan seksual seperti salmon, alpukat, citrus, dan kacang-kacangan.
BACA JUGA: Tips Berhubungan Seks sesuai Usia, Mulai dari 20, 30, 40, dan 50 ke Atas
Cover: Freepik