Anak susah lepas dari gadget? Coba tips ini untuk bangkitkan minat baca buku. Ketahui juga cara memilih buku yang sesuai dengan usia anak.
Di tengah gempuran gadget dan tayangan digital yang makin mudah diakses, menumbuhkan minat baca pada anak terasa seperti tantangan yang tak sederhana. Banyak orang tua merasa khawatir saat melihat anak lebih antusias terhadap layar dibanding halaman-halaman penuh cerita. Padahal, kebiasaan membaca bukan hanya soal menambah wawasan, tapi juga melatih imajinasi, empati, dan kemampuan berpikir kritis sejak dini.
Namun, menarik minat baca anak bukan berarti harus memaksa atau membuat kegiatan ini terasa seperti tugas sekolah. Lalu, bagaimana cara menciptakan suasana yang mendukung tumbuhnya minat baca sejak dini? Untuk menjawabnya, Mommies Daily berbincang dengan Psikolog Pendidikan Kara Handali, M.Psi yang membagikan pandangannya serta beberapa kiat praktis bagi orang tua.
BACA JUGA: 15 Cara Mengajarkan Anak untuk Menghargai Diri Sendiri, Orang Tua Wajib Tahu!
Meskipun sering dianggap sepele, nyatanya beberapa faktor berikut berperan penting dalam membuat anak tertarik membaca buku.
Anak yang sedari kecil, bahkan sejak bayi, sudah terbiasa terpapar dengan buku memiliki peluang lebih besar untuk menyukai kegiatan membaca. Misalnya, anak sering melihat buku di rumah, diajak pergi ke toko buku, atau rutin dibacakan buku oleh orang tua. Semua hal tersebut dapat menumbuhkan minat anak terhadap kegiatan membaca.
Orang tua yang memiliki kebiasaan membaca dan menunjukkan antusiasme saat membaca bisa menjadi panutan bagi anak. Saat anak melihat bahwa membaca adalah aktivitas yang menyenangkan bagi orang tuanya, ia cenderung tertarik untuk menirunya. Sebaliknya, jika orang tua jarang membaca atau menganggap membaca sebagai hal yang membosankan, anak pun bisa menangkap pesan tidak langsung bahwa membaca bukanlah aktivitas yang menarik.
Menumbuhkan minat baca tidak harus selalu dengan cara yang “serius” atau akademis. Justru pendekatan yang menyenangkan dan konsisten dalam keseharian anak bisa memberikan dampak lebih besar. Berikut beberapa strategi efektif yang disarankan oleh Psikolog Kara, meliputi:
Letakkan buku-buku anak di area yang sering mereka kunjungi, seperti kamar tidur, ruang bermain, atau bahkan ruang keluarga. Dengan begitu, buku akan menjadi bagian dari keseharian anak dan lebih mudah menarik perhatian mereka untuk sekadar membuka dan membacanya.
Kurangi paparan terhadap layar, seperti gadget dan televisi, terutama di waktu-waktu luang. Tidak perlu melarang secara total, tetapi batasi dengan bijak agar anak punya waktu untuk mengeksplorasi bentuk hiburan lain,seperti membaca buku yang bisa menstimulasi imajinasi dan kreativitas mereka.
Jadikan waktu membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan dan penuh kehangatan, bukan kewajiban. Misalnya, membaca cerita sebelum tidur atau menghabiskan akhir pekan dengan buku-buku favorit. Kebersamaan ini dapat membentuk asosiasi positif terhadap kegiatan membaca.
Anak cenderung belajar melalui pengamatan. Oleh karena itu, dengan melihat orang tua membaca buku secara rutin dan menikmati prosesnya, anak akan menganggap membaca sebagai bagian alami dari gaya hidup sehari-hari
Menurut Psikolog Kara, saat memilih buku untuk anak, penting untuk mempertimbangkan usia dan kemampuan membaca mereka. Meskipun banyak buku anak-anak yang mencantumkan petunjuk usia pembaca, orang tua bisa memilih buku yang sesuai dengan kemampuan anak dalam membaca, tidak terbatas hanya pada usia. Misalnya, memperhatikan apakah anak sudah bisa membaca teks lebih panjang atau lebih suka buku bergambar.
Selain itu, mengenali minat anak juga sangat penting. Orang tua dapat langsung bertanya kepada anak mengenai topik apa yang mereka sukai, seperti hewan, petualangan, atau kisah fantasi. Dengan begitu, anak akan merasa lebih tertarik dan terhubung dengan buku yang mereka baca.
Tidak sedikit orang tua yang merasa frustasi saat anak lebih memilih gadget daripada buku. Namun, daripada langsung melarang atau memaksakan membaca, cobalah untuk terlebih dahulu menunjukkan ketertarikan yang tulus terhadap dunia anak. Misalnya, jika anak suka bermain game, tanyakan apa yang ia sukai dari permainan tersebut. Dengan begitu, anak akan merasa dimengerti dan lebih terbuka terhadap komunikasi dua arah.
Pendekatan empatik ini bisa menjadi pintu masuk bagi orang tua untuk menawarkan alternatif kegiatan yang tetap menyenangkan namun tidak melulu bergantung pada layar. Misalnya, mengenalkan buku dengan tema yang mirip dengan game favorit anak atau mengajak mereka membuat cerita sendiri berdasarkan karakter yang mereka sukai.
Dari situ, orang tua dapat perlahan mengurangi durasi penggunaan gadget dan mulai menambah waktu untuk aktivitas membaca, tanpa membuat anak merasa kehilangan kesenangannya.
Membiasakan anak membaca sejak usia dini bukan hanya memberikan manfaat sesaat, tapi juga berdampak positif dalam jangka panjang bagi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial mereka. Berikut beberapa dampak positif yang bisa dirasakan anak jika kebiasaan membaca ditanamkan sejak kecil.
BACA JUGA: 8 Rekomendasi Buku Remaja, Seru dan Menarik untuk Dibaca
Membiasakan anak baca buku bukan sekadar soal menambah ilmu, tapi juga tentang membangun hubungan yang hangat dan bermakna antara orang tua dan anak. Semoga membantu, Mommies!
Penulis: Nariko Christabel
Cover: jcomp on Freepik