Sorry, we couldn't find any article matching ''

Waspada Middle-Child Syndrome, Kenali Sifat Anak Tengah dan Cara Pengasuhan yang Tepat
Yuk, kenali lebih jauh tentang sifat anak tengah dan cara pengasuhan yang tepat supaya anak tidak mengalami yang namanya Middle-Child Syndrome.
Dari banyak konten yang berseliweran di media sosial, yang membahas tentang sifat anak tengah seakan-akan menjadi si paling bermasalah, dan ternyata disambut oleh netijen dan dianggap relate, tidak heran kalau kemudian timbul pertanyaan serius: “Memangnya beneran, anak tengah itu paling sering bermasalah?” Dan ternyata, memang ada istilah Middle-Child Syndrome. PR buat orang tua di sini adalah pentingnya mengenali sifat anak dan mengetahui cara pengasuhan yang tepat supaya sindrom tersebut tidak perlu dialami anak kita.
Apa itu Middle-Child Syndrome?
Dari sebuah artikel di Healthline, middle child syndrome adalah keyakinan bahwa anak tengah cenderung dikucilkan bahkan diabaikan karena urutan kelahirannya. Mungkin, hal ini masuk akal saja terjadi ketika seorang ibu melahirkan anak-anaknya dalam waktu yang berdekatan. Di mana, anak pertama biasanya benar-benar disiapkan dan disambut kedatangannya, begitu anak kedua lahir, sambutannya tidak lagi seheboh anak pertama, sedikit lebih santai. Belum sempat bonding dengan orang tua dan menikmati masa-masa menjadi anak bungsu, tiba-tiba si anak kedua sudah harus menyandang predikat sebagai “kakak”. Maka, wajar bila kemudian sindrom anak tengah ini muncul.
Apakah Middle-Child Syndrome ini nyata?
Menurut penjelasan Rudi Cahyono, M.Psi., Psikolog, sebenarnya urutan kelahiran tidak terkait secara langsung dengan kepribadian anak. Namun, perlakuan orang tua dan lingkungan terhadap anak sehubungan dengan posisi mereka dalam urutan kelahiranlah yang memengaruhinya. “Ketika anak merasa orangtua atau lingkungan memperlakukan dia secara berbeda atau ada perubahan karena kehadiran saudara, maka anak akan membuat reaksi atas situasi tersebut,” jelasnya.
Reaksi anak sendiri tergantung bagaimana perlakuan orang tua terhadap anak yang bersangkutan atau kepada saudaranya. Ada yang kemudian jadi lebih manja, ada yang melihat saudaranya sebagai rival, ada yang menjadi sensitif terhadap orang tuanya, menarik diri, dan sebagainya. Jika reaksi tersebut muncul secara intens, maka dapat membentuk pola perilaku anak atau kepribadian anak. Middle-Child Syndrome juga merupakan situasi yang terjadi ketika anak tengah berpikir, merasa dan bertindak sebagai bentuk pengelolaan harapan dan realita sehubungan dengan posisi kelahiran dia di antara kakak dan adiknya.
Menghindari Middle-Child Syndrome
Menurut Psikolog Rudi, perhatian orang tua adalah kunci untuk mencegah terjadi middle child syndrome pada anak
- Orang tua perlu segera menyadari ketika kehadiran anak ketiga mulai mencuri perhatiannya secara penuh. Bila orang tua bisa dengan cepat menyadari hal tersebut, maka perhatian tersebut bisa dikembalikan lagi menjadi sama rata.
- Anak harus selalu dibuat paham bahwa orang tua memberlakukan hal yang sama, menaruh perhatian yang sama pada semua anak. Anak tengah harus dapat merasa disayang sebagaimana orang tua menyayangi saudara yang lain. Demikian juga ketika orang tua marah, dia juga bisa kena marah sebagaimana saudara yang lain dimarahi.
- Anak perlu dilibatkan dalam melakukan kegiatan bersama untuk menetralisir perasaan terabaikan.
- Orang tua dapat memberikan penugasan dan berbagi tanggung jawab yang bisa berdampak timbal balik. Contohnya, kakak tertua bertugas membantu adiknya belajar. Kakak bisa membantu anak kedua (anak tengah), dan anak tengah juga diberikan tugas membantu adik kecilnya.
- Jangan lupa apreasi anak atau munculkan kesan bahwa pemberian tugas tersebut adalah karena kemampuannya serta kepercayaan dari orang tua.
- Selalu bangun suasana yang nyaman untuk mengobrol. Hal ini penting untuk memberikan ruang bagi anak dalam mengungkapkan apa yang dipikiran atau dirasakannya.
Baca juga: 10 Sifat Anak Sulung dan Parenting yang Tepat, Bentuk Karakter Positif
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS