Sorry, we couldn't find any article matching ''

Viral Suami Cuek Saat Istri dan Anak Jadi Korban Banjir, Ini Penjelasannya
Istri dan anak ditemukan tewas akibat banjir, suami justri bersikap cuek dan lanjut berdagang. Ramai diperbincangkan, ini kronologi dan faktanya.
Tragedi banjir bandang di Sukabumi yang merenggut nyawa seorang istri dan anak meninggalkan duka mendalam, tetapi perhatian publik justru tertuju pada sikap sang suami yang dinilai terlalu tenang dan cuek saat menghadapi kehilangan tersebut. Kejadian ini viral di media sosial setelah rekaman video warga memarahi pria bernama Aang beredar luas.
Aang disebut tidak peduli terhadap istri dan anaknya yang tewas dalam musibah tersebut dan memicu amarah warga di lokasi kejadian. Insiden yang terjadi di Kampung Gumelar, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Sabtu, 8 Maret 2025 ini juga membuat warganet geram dan memperdebatkan sikapnya.
Kronologi Kejadian
Kejadian ini bermula saat Santi alias Zahra (40) dan Nurul (3) ditemukan tewas tertimbun puing dan lumpur dalam posisi berpelukan sebelum dinyatakan hilang akibat terjangan banjir Sukabumi. Mereka tidak dapat menyelamatkan diri mengikuti warga lain karena rumah kontrakan mereka terkunci.
Di tengah situasi tersebut, Aang justru membuat video klarifikasi yang menyatakan bahwa keluarganya telah mengungsi ke wilayah Cikakak. Pernyataan yang terekam dalam video berdurasi 34 detik tersebut pun beredar luas di media sosial. Hal ini memicu kemarahan warga karena klaim Aang bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi.
“Saya Haji Aang, suami Neng Santi yang di Kampung Gumelar. Kata orang-orang istri dan anak saya terbawa arus, padahal mereka ada di wilayah Cikakak, alhamdulillah selamat. Apa yang diinfokan itu tidak sesuai,” kata Aang dalam video.
Amarah warga pun semakin memuncak, terutama setelah melihat Aang tetap menjalankan aktivitasnya di toko kelontongan tanpa menunjukkan kepedulian untuk mencari tahu kabar keluarganya. Sementara orang lain sibuk mencari korban banjir, termasuk istri dan anaknya, Aang justru terlihat santai, seolah tidak mengalami kehilangan besar.
Sebelumnya, Aang juga sudah ditanya berkali-kali terkait keberadaan anak dan istrinya, tetapi ia bersikeras menyebutkan bahwa Santi dan Nurul sudah pulang ke kampung halamannya di Cikakak. Menurut ketua RW 22 Kampung Gumelar, Reza mengungkapkan bahwa Aang juga tampak tidak peduli dan mencari tahu keberadaan pasti keluarganya tersebut.
“Berkali-kali ditanya, jawabannya tetap sama, enggak ada peduli, enggak ada usaha cari tahu. Padahal warga dan tim SAR sudah mati-matian mencari. Kami sampai ke sana, pak lurah juga ada, dan ternyata istrinya memang tidak ada di sana. Sampai akhirnya jasad korban ditemukan di lokasi kejadian,” terang Reza mengutip dari CNN Indonesia.
BACA JUGA: Para Orang Tua, Mari Ajarkan Anak 10 Adab yang Mulai Hilang Ini!
Alasan Aang Bersikap Cuek
Foto: detikcom
Mulanya, Aang mengungkapkan kepada polisi bahwa anak dan istrinya selamat dari banjir yang melanda Kampung Gumelar, Pelabuhanratu. Ia tidak mengetahui bahwa istrinya ternyata masih di kontrakan. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Kapolsek Cikakak AKP Dudung Masduki yang menjelaskan bahwa Aang tidak bermaksud berbohong atau menutupi fakta.
“Menurut keterangannya, Aang mengira istrinya sudah pulang ke Sirnarasa bersama anaknya (kampung halaman sang istri). Itu komunikasi terakhir Aang dengan istrinya,” jelas Dudung melansir dari CNN Indonesia
AKP Dudung juga mengungkapkan bahwa hanya tetangga Aang saja yang mengetahui bahwa istrinya dan anaknya masih di kontrakan. Saat mengetahui keduanya telah meninggal, Aang mengalami shock dan merasa sedih. Setelah ditemukan, korban langsung dimakamkan di Kampung Ciganas, Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak.
Apa yang Sebaiknya Harus Dilakukan oleh Aang?
Dalam situasi tragis di atas, ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan oleh Aang, baik sebelum maupun setelah mengetahui bahwa istri dan anaknya menjadi korban banjir bandang, antara lain.
1. Memastikan Keberadaan Keluarga Sejak Awal
Sebelum bencana terjadi, Aang seharusnya lebih waspada terhadap kondisi lingkungan sekitar, terutama jika ada peringatan dini mengenai potensi banjir. Jika memang ada kemungkinan bahaya, ia bisa memastikan bahwa istri dan anaknya sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman atau minimal memiliki akses keluar rumah jika terjadi keadaan darurat.
2. Bersikap Responsif dan Peduli
Ketika mendengar kabar bahwa istri dan anaknya belum ditemukan, Aang seharusnya menunjukkan kepedulian dengan ikut mencari atau setidaknya berkoordinasi dengan tim penyelamat dan warga yang sedang melakukan pencarian. Sikap ini bisa menunjukkan empati serta rasa tanggung jawab sebagai suami dan ayah.
3. Mengklarifikasi informasi dengan Hati-hati
Dalam keadaan darurat, menyebarkan informasi yang belum terverifikasi bisa menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman. Sebelum membuat pernyataan di media sosial, Aang seharusnya mencari tahu dengan pasti keberadaan istri dan anaknya, sehingga tidak terjadi ketidaksesuaian informasi yang akhirnya memicu kemarahan warga sekitar.
4. Menunjukkan Empati dan Rasa Kehilangan
Memang tidak ada standar seseorang harus bersikap seperti apa saat sedang berduka, tetapi di tengah tragedi, empati terhadap keluarga dan lingkungan sangat penting. Sikap yang terlalu cuek justru dapat memicu salah paham dan kemarahan dari orang-orang di sekitarnya.
Foto: Tony Wu on Pexels
Apa yang Perlu Dilakukan Warga Sekitar?
Pada kondisi yang penuh duka seperti ini, sebaiknya warga menunjukkan respon yang lebih penuh pengertian dan empati, daripada terburu-buru menghakimi atau meluapkan amarah kepada Aang. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh warga dalam menghadapi kejadian tersebut, meliputi.
1. Memahami Reaksi Berduka yang Berbeda
Setiap orang memiliki cara berbeda dalam menghadapi duka, dan tidak semua orang bisa langsung mengekspresikan kesedihannya dengan cara yang terlihat jelas. Memang wajar jika warga merasa kesal dan kecewa dengan sikap Aang yang terlihat cuek. Namun, sebelum meluapkan amarah, sebelumnya warga bisa memastikan kebenaran informasi yang beredar dahulu dan memberikan dukungan kepada pihak terkait.
2. Membangun Komunikasi yang Baik
Jika warga merasa ada yang janggal dalam sikap Aang, mereka bisa mengajak Aang berbicara secara langsung dan mencari tahu alasan dibalik sikapnya tersebut. Alih-alih memarahi atau menghakimi di depan umum, berbicara dengan pendekatan yang lebih tenang bisa membantu menghindari konflik dan membuat situasi lebih kondusif.
3. Fokus pada Upaya Penyelamatan dan Bantuan
Daripada meluapkan amarah, akan lebih baik jika warga tetap fokus membantu evakuasi, memberikan bantuan kepada korban lain, dan memastikan tragedi ini ditangani dengan baik. Warga bisa bekerja sama dengan tim penyelamat dalam proses pencarian korban hingga membersihkan area terdampak.
4. Memberikan Dukungan, Bukan Kritik
Jika memang pihak terkait terlihat kurang ekspresif dalam berduka, warga bisa mendekatinya dengan cara yang lebih suportif. Bisa jadi orang tersebut masih dalam kondisi shock dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Daripada memperkeruh keadaan, lebih baik warga memberikan dukungan agar Aang bisa lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaannya dan memahami situasi yang terjadi.
BACA JUGA: Banjir Melanda Bekasi, Evakuasi Memprioritaskan Anak dan Orang Tua
Kejadian ini jadi pengingat kepada Mommies bahwa setiap orang punya cara sendiri dalam menghadapi kesedihan. Daripada buru-buru menghakimi, lebih baik saling mendukung dan fokus pada hal yang lebih penting seperti membantu sesama dan bangkit setelah musibah.
Penulis: Nariko Christabel
Cover: detikcom
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS