Banyak orang tua merasa punya anak remaja yang mau terbuka sulit. Orang tua bisa lakukan beberapa cara ini untuk membuka hatinya.
Masa remaja sering kali menjadi tantangan besar bagi orang tua maupun anak remaja itu sendiri. Pubertas, tekanan sosial, dan perubahan emosional dapat menciptakan jarak antara orang tua dan anak remaja. Banyak orang tua mengeluhkan bahwa anak mereka tidak mau berbicara atau terbuka mengenai kehidupan mereka. Boro-boro cerita tentang patah hati, kisah cinta pertama aja mereka tutup rapat-rapat.
Pasti hal yang sulit ketika melihat anak yang kita sayangi bersedih dalam diam, menanggung masalahnya sendiri, dan yang bisa kita lakukan hanya mengelus dada karena dia tidak mau berbagi cerita.
Jika orang tua ingin punya anak remaja yang terbuka, penting untuk memahami alasan mereka menutup diri. Pahami juga langkah-langkah yang dapat orang tua HARUS dan JANGAN lakukan untuk memiiki hubungan yang manis dan komunikasi terbuka dengan anak remaja kalian.
Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog, Psikoterapis, ada beberapa alasan mengapa anak remaja cenderung menutup diri dari orang tua mereka:
BACA JUGA: Ayah, Stop Lakukan 7 Hal Ini saat Anak Perempuan Beranjak Remaja
Anak remaja yang menutup diri kepada orang tua mereka mungkin juga sedang mengalami masalah di sekolah dan lingkungan pergaulan seperti:
Bullying, baik secara langsung maupun melalui media sosial (cyberbullying), dapat menyebabkan anak merasa malu, takut, atau bahkan tidak berdaya. Mereka mungkin tidak ingin berbagi pengalaman ini karena takut dianggap lemah atau tidak ingin membuat orang tua khawatir.
Tekanan akademik yang semakin meningkat dapat membuat anak merasa stres dan tidak percaya diri. Mereka mungkin merasa gagal atau tidak cukup pintar. Bukannya bicara terbuka, mereka memilih untuk menyembunyikan kesulitan.
Anak remaja sering mengalami kecemasan terkait dengan penampilan, hubungan sosial, dan ekspektasi dari lingkungan sekitar. Mereka mungkin merasa tidak cukup baik dan takut akan penilaian dari orang tua mereka.
Jika Mommies merasa anak remaja Mommies tidak mau terbuka dan bicara, jangan langsung menyalahkan diri sendiri. Cobalah untuk memahami situasi mereka dan gunakan pendekatan yang lebih efektif. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu orang tua memiliki komunikasi yang terbuka dengan anak remaja mereka:
Komunikasi adalah kunci utama dalam hubungan antara orang tua dan anak. Ajak anak remaja Mommies berbicara dengan cara yang santai dan terbuka. Dengarkan tanpa menginterupsi dan berikan mereka ruang untuk mengungkapkan perasaan tanpa takut dihakimi.
Mommies bisa dengan santai menanyakan, “Bagaimana harimu di sekolah, Sayang?” atau “Coba tolong kasih tau Mama, ada nggak hal yang bikin kamu khawatir saat ini?”. Jika mereka merasa nyaman berbicara dengan Mommies, mereka akan lebih terbuka.
Cobalah untuk memahami perasaan anak remaja Mommies dengan menempatkan diri di posisi mereka. Ingat bagaimana perasaan Mommies saat masih remaja. Jika mereka terlihat sedih atau marah, jangan langsung menyalahkan atau menuntut penjelasan. Beri mereka waktu untuk menenangkan diri.
Saat mereka akhirnya mau cerita, dengarkan dengan empati dan hindari respons yang terkesan meremehkan. Misalnya, alih-alih bilang, “Sudahlah, itu cuma masalah sepele. Nggak usah kamu besar-besarin“, cobalah mengatakan “Mama ngerti ini pasti sulit buat kamu. Apa ada yang bisa Mama lakukan untuk membantukamu?”
Setiap anak memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan perasaan. Beberapa lebih nyaman berbicara saat sedang melakukan aktivitas bersama, seperti berjalan-jalan. Yang lain mungkin lebih suka mengobrol di dalam kamar. Sebagai orang tua, penting untuk menyesuaikan diri dengan preferensi komunikasi anak agar mereka lebih nyaman berbicara.
Salah satu cara terbaik untuk membangun hubungan dengan anak remaja adalah dengan menunjukkan ketertarikan terhadap hal-hal yang mereka sukai. Jika anak Mommies menyukai musik, ajak mereka menonton konser atau mendiskusikan lagu favorit mereka. Jika mereka suka olahraga, dukung mereka dalam latihan atau pertandingan. Dengan menunjukkan ketertarikan yang tulus, anak akan merasa lebih dihargai dan nyaman bercerita.
Terkadang, anak remaja merasa terbebani jika setiap percakapan harus memiliki tujuan tertentu. Oleh karena itu, cobalah untuk menghabiskan waktu bersama tanpa agenda spesifik. Duduk bersama di ruang tamu, menonton film sambil makan es krim, atau sekadar berkendara tanpa tujuan bisa menjadi momen di mana anak remaja Mommies merasa cukup nyaman untuk membuka hatinya.
Di tengah kesibukan, pastikan Mommies meluangkan waktu khusus untuk anak. Letakkan ponsel Mommies dan fokuslah pada anak remaja Mommies. Waktu berkualitas ini tidak harus lama atau rumit, tetapi yang terpenting adalah perhatian penuh yang orang tua berikan kepada mereka. Hal ini akan membuat anak remaja merasa dihargai dan diperhatikan.
Anak remaja ingin merasa bahwa pendapat mereka dihargai. Oleh karena itu, penting untuk menunjukkan bahwa selama tidak mengarah pada hal yang buruk dan salah, Mommies bersedia berkompromi dalam beberapa hal. Jika Mommies harus mengatakan “tidak” pada suatu permintaan mereka, cobalah untuk memberikan “ya” pada hal-hal lain yang lebih masuk akal.
Misalnya, jika anak remaja Mommies minta izin untuk pulang sangat larut malam tetapi Mommies khawatir dengan keselamatannya, Mommies bisa menawarkan kompromi dengan membolehkan mereka pulang sedikit lebih larut dari biasanya dan mengabari Mommies secara berkala.
Pada akhirnya, hal terpenting yang dibutuhkan anak adalah kasih sayang dan dukungan tanpa syarat dari orang tua mereka. Pastikan anak remaja Mommies tahu bahwa orang tua mereka mencintai mereka, tidak peduli apa pun yang terjadi. Ucapkan “Mama atau Papa sayang kamu” sesering mungkin dan tunjukkan melalui tindakan. Pastikan anak remaja Mommies tahu mereka selalu memiliki tempat yang aman bersama orang tua mereka.
Namun, penting juga untuk menemukan keseimbangan antara kasih sayang dan kebebasan. Anak remaja yang terlalu dikontrol cenderung ingin memberontak dan menjauh. Oleh karena itu, berikan mereka ruang untuk tumbuh dan berkembang, tetapi orang tua tetap berada di sisi mereka saat dibutuhkan.
Para orang tua, berikut adalah saran dari Psikolog Nina jika ingin punya anak remaja yang terbuka:
BACA JUGA: 12 Skill yang Harus Dimiliki Remaja, Kunci Sukses di Masa Depan
Cover: Kindel Media on Pexels