banner-detik
MD POWERFUL PEOPLE

Inayati Suryani: Kunci Hidup Penuh Energi Saat Menjalani Multiperan Sebagai Ibu Dua Anak dan Dua Profesi

author

Sisca Christina11 Feb 2025

Inayati Suryani: Kunci Hidup Penuh Energi Saat Menjalani Multiperan Sebagai Ibu Dua Anak dan Dua Profesi

Mau ketularan energi positif dari seorang lifetime learner Inayati Suryani, ibu bekerja dengan dua anak dan dua profesi? Yuk, simak ceritanya.

“Energimu nggak habis-habis!” Begitu pendapat beberapa orang tentang seorang Inayati Suryani.

Menjalani peran sebagai ibu bekerja dengan satu profesi saja sudah tak mudah. Tapi ibu dua anak yang akrab disapa Ina ini bahkan menjalani dua profesi: sebagai Strategic and Data Lead di sebuah advertising agency dan dosen di sebuah universitas di bilangan Gading Serpong.

Baginya, dengan time management yang bagus, punya self-love dan energi positif serta support system yang sehat, perempuan pasti bisa menjalani multiperannya sebagai seorang individu, istri dan ibu dengan baik.

Ibu dua anak yang akrab disapa Ina ini berbagi kepada Mommies Daily tentang rutinitasnya sehari-hari sebagai wanita karir, gaya pengasuhan yang ia terapkan kepada anak-anak, hingga tips inspiratif bagaimana ia bisa menjaga perannya tetap seimbang. Yuk, kenal lebih dekat!

Bagaimana cerita perjalanan karir seorang Inayati Suryani?

Dari SMA aku sudah tau bidang apa yang aku suka dan sudah kebayang nanti mau jadi apa, sejak mengurus mading di sekolah. Dari situlah aku tahu bahwa passion-ku di bidang komunikasi. Maka saat kuliah, aku yakin ambil jurusan advertising. Aku lulus 3,5 tahun karena cita-citaku memang ingin cepat lulus agar bisa segera merasakan kerja di advertising agency.

Awal mulai karir sebagai seorang Account Executive, banyak banget belajar hal baru, baik skill maupun mental, sampai masuk ke jenjang Manager, saat itu aku memutuskan ingin memperluas ilmuku menjadi lebih meaningful. Dari situ aku memutuskan “pivot karir” menjadi seorang Strategic Planner. Saat mendapat kesempatan ini, aku harus beradaptasi lagi dari profesi sebelumnya dan belajar dari nol karena secara profesional belum ada pengalaman di role baru ini. Segala risiko aku hadapi, karena saat itu, besar keinginanku untuk memulai karir sebagai strategic planner. Kini, aku sudah masuk tahun ke-9 sebagai seorang strategist sampai saat ini dipercaya sebagai Strategy and Data Lead di Hakuhodo Digital Indonesia.

Wah, berarti kamu sudah tahu banget, ya, path apa yang ingin dijalani sejak SMA? Lalu, bagaimana ceritanya hingga kini menjalani profesi sebagai dosen juga?

Inayati Suryani

Foto: Dok. Pribadi

Menurutku ini blessing in disguise. Jadi waktu lulus S1 aku berpredikat The Best Graduate di jurusan advertising. Bonusnya, aku mendapat beasiswa S2 yang harus diambil dalam kurun waktu beberapa bulan. Jika kesempatan itu tidak diambil, maka beasiswa hangus. Ya sudah, dengan tujuan awal hanya untuk mengikuti arahan mama, maka aku lanjut S2 program studi Jurnalistik/Komunikasi Massa. Walau setelah lulus, kupikir titel S2 ini nggak akan terlalu terpakai untuk bekerja di agensi.

Ternyata aku keliru! 10 tahun setelah lulus S2, aku mendapat kesempatan untuk mengajar sebagai dosen di Universitas Multimedia Nusantara. Mereka membutuhkan lebih banyak dosen praktisi dari industri kreatif langsung untuk mengimbangi pengajaran secara teori dan alhamdulillah aku mendapat izin dan support juga dari kantorku.

Menarik sekali perjalanan karirnya. Kalau hobi bagaimana?

Inayati Suryani

Foto: Dok. Pribadi

Aku hobi lari walau hanya sebagai weekend runner dan manifesting pengen banget bisa ikutan half marathon tahun ini. Lari itu semacam life therapy yang membuatku sangat menikmati me time. Lari itu waktu yang paling efektif buat aku untuk refleksi diri, diskusi antara pikiran dan hati. Tahu sendiri kan, antara pikiran dan hati terkadang nggak sinkron. Nah, dengan lari, semakin panjang jaraknya, semakin banyak yang diobrolin hati dan pikiranku dan itu bikin semakin release rasanya.

Kerja di agency nan sibuk, dosen juga, istri juga, ibu juga, punya hobi lari juga, itu energinya nggak pernah habis?

Hahahaha.. orang suka bilang begitu sama aku: “Ina energinya nggak habis-habis.”

Terus, gimana cara kamu agar energi tetap menyala?

Menurutku energi ini seperti siklus. Aku punya energi, dan aku memiliki kebutuhan untuk membagi energiku ke orang lain. Sementara itu, aku bisa nge-charge energi dari orang lain yang berenergi juga. Ketika aku fully charged lagi, maka aku akan bisa bagiin energiku lagi ke orang lain. Terus aja mutar begitu. Jadi, dengan memberi dan menerima, maka energi itu nggak akan pernah habis.

Ini sama halnya dengan aku bekerja. Di kantor aku dapat semua ilmu dan pengalaman. Sementara saat mengajar, aku bagi ilmu itu ke para mahasiswaku.

Beralih ke peran kamu sebagai istri dan ibu, bagaimana kamu menjaganya agar tetap seimbang sementara tetap bekerja dengan double job seperti sekarang ini?

Foto: Dok. Pribadi

Kuncinya di manajemen waktu. Rutinitas pagiku diisi dengan mengurus anak terlebih dahulu seperti menyiapkan bekal anak, antar anak ke sekolah, setelah itu aku bekerja. Beruntung, kantorku juga masih menerapkan hybrid working hingga kini, jadi aku tetap bisa bekerja dari rumah. Untuk jadwal mengajarku, dua kali seminggu dan itu di pagi hari.

Di tengah-tengah kesibukanku, aku selalu berupaya untuk menyediakan waktu untuk hadir di acara-acara sekolah anak. Karena buatku, presence itu penting buat anak.

Aku terbiasa tidur teratur bersama dengan anak-anak. Jika ada pekerjaan mendesak, aku memilih bangun lebih awal untuk bekerja, ketimbang bekerja sampai larut malam. Waktu yang kubutuhkan untuk mengerjakan sesuatu harus bisa kuestimasi, dan kutepati agar jangan sampai molor, sehingga nggak mengganggu tugas-tugas yang lain.

Jadi ada porsi dan jadwal untuk masing-masing peran dan nggak saling tumpang tindih. Beruntung, suamiku juga bekerja remote jadi kita bisa saling back up untuk urusan antar jemput anak.

Bagaimana gaya pengasuhan yang kamu terapkan ke anak-anak?

Aku bukan tipe orang tua yang mendikte anak, namun aku memberi contoh. Aku bilang kepada anak-anakku “Mama sudah hidup sekian lama, dan menurut Mama sejauh ini cara yang Mama tempuh berhasil. Jadi jika ingin berhasil juga, kalian bisa mengikuti cara Mama.” Jadi aku tak perlu mendikte anak, namun aku mengajari anak-anak dengan contoh (teladan). Selain itu, aku juga kerap membuka ruang untuk anak-anak belajar memilih dan memutuskan sesuatu.

Siapa support system terbaik kamu?

Suamiku! Thanks to suamiku tersayang, yang mengenal betul diriku, sehingga ia memberi ruang untuk aku bebas bergerak, bertumbuh dan mengejar mimpi-mimpiku. Selama aku bisa mengatur dan bertanggung jawab mengemban tugas dan peranku, ia selalu mendukung!

Apa value dan tips dari seorang Inayati Suryani yang ingin dibagikan kepada sesama perempuan untuk menghadapi setiap tantangan hidup?

Pertama, penting buat kita mengenali diri sendiri, observasi diri. Dari situ, aku bisa menjalani sesuatu sesuai dengan passionku.

Saat sedang jenuh, aku bahkan mencoba mencari excitement di dalam kejenuhan itu, sesuatu yang baru dari apa yang sudah biasa dijalani. Dalam hidup ini, kita harus terus belajar, never stop learning, mencoba hal baru, berani mengambil risiko, tentunya risiko yang juga bisa kita ukur. Kita nggak pernah tahu, risiko yang kita ambil dan tampak sulit sekarang, bisa berbuah manis di kemudian hari.

Last but not least, kita harus mencintai diri kita dengan segala perannya, mensyukuri keluarga yang kita miliki. Karena ujung-ujungnya yang kita cari yaitu meaningful life.

Baca juga: Nadya Pramesrani: Konflik dalam Pernikahan Pasti Ada, Pastikan Dilakukan secara Sehat

Share Article

author

Sisca Christina

Ibu dua anak yang berprofesi sebagai digital nomad, yang juga suka menulis. Punya prinsip: antara mengasuh anak, bekerja dan melakukan hobi, harus seimbang.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan