Orang tua perlu memberi pemahaman cara berpacaran yang sehat dan batasannya kepada anak agar mereka nggak jadi remaja bucin saat pacaran.
Rasa tertarik dengan lawan jenis adalah salah satu tanda anak remaja mengalami pubertas. Seiring bertambahnya usia, rasa tertarik ini kemudian berkembang jadi dorongan ingin menjalin hubungan romantis alias pacaran. Emang boleh?
Menurut beberapa psikolog anak dan remaja, sah-sah saja anak remaja pacaran, selama orang tua menilai anak sudah cukup siap untuk menjalin hubungan. Umumnya, remaja siap menjalin hubungan dengan lawan jenis mulai usia sekitar 15-16 tahun. Pada usia ini, anak dianggap telah memiliki perkembangan psikologi yang cukup baik.
Sayangnya, di masa sekarang ini, ada fenomena bucin alias budak cinta yang berkembang di kalangan remaja. Bucin ditandai dengan perilaku yang berlebihan dalam menunjukkan cinta kepada pasangan. Bisa dibilang, bucin termasuk dalam perilaku obsesi dengan kehidupan percintaan.
Menurut Psikolog Anak dan Remaja dan Edukator, Hanlie Muliani, M.Psi, Psikolog, seperti dilansir dari situs Sahabat Orang Tua Anak, remaja yang kelewat bucin dalam berpacaran cenderung fokus pada hubungan percintaannya dan mengabaikan tugas sekolah, teman-teman dan aktivitas lainnya yang menjadi bagian penting dari perkembangan mereka.
Agar menghindari perilaku remaja bucin, orang tua perlu memberi arahan kepada anak agar mereka mampu menjalin hubungan asmara remaja yang sehat.
Baca juga: 5 Tren Kencan Toxic yang Mengintai Remaja, Mommies Wajib Waspada!
1. Memberi pehamaman kepada anak akan perilaku pacaran yang sehat serta batasannya
Berilah pemahaman kepada anak bahwa berpacaran adalah hal yang alami terjadi pada seseorang dan merupakan bagian dari perkembangan remaja. Sesungguhnya, saat berpacaran, anak juga sedang melatih tanggung jawab dalam sebuah relasi. Namun remaja perlu ingat, selain berpacaran, ada banyak hal penting lainnya dalam hidup mereka seperti sekolah, hobi dan kegiatan lain, relasi dengan teman dan sebagainya. Anak perlu diajar untuk menjaganya tetap seimbang dan jangan sampai hubungan asmara mengganggu keseimbangan tersebut.
2. Mengarahkan bukan melarang
Ada kalanya prinsip orang tua perihal pacaran di usia remaja, berbeda dengan dorongan hati sang remaja. Jadi, beberapa orang tua malah melarang, bukannya mengarahkan. Melarang tanpa alasan dan arahan yang jelas, akan membuat remaja malah menjauh, dan semakin merasa bahwa sang pacar adalah yang paling mengerti dirinya. Ini malah jadi membuat remaja jadi semakin bucin.
3. Dampingi anak secara emosional
Bisa saja saat berpacaran anak mengalami berbagai emosi yang belum bisa mereka kendalikan. Ini karena emosi remaja belum matang dan kerap masih bergejolak. Untuk itulah orang tua perlu hadir untuk membimbing mereka mengelola emosi. Ini penting agar mereka tak mudah merasa putus asa dalam hubungan percintaan, atau malah menggantungkan kebahagiaan pada hubungan percintaan.
4. Dorong kemandirian anak
Anak perlu diberikan ruang untuk mengembangkan kemandirian. Memiliki aktivitas sendiri sesuai minat dan bakat bisa membentuk anak menjadi individu yang seimbang dan mandiri. Tak melulu ikut-ikutan apa yang disukai sang pacar. Jadi, masing-masing anak bisa bereksplorasi secara mandiri, namun bisa saling mendukung di dalam relasi. Ini akan membangun hubungan percintaan remaja yang sehat dan terhindari dari bucin.
5. Tetap beri pendidikan seksual sesuai usia anak
Di usia remaja, anak mulai mengalami rangsangan seksual. Rangsangan tersebut sangat mungkin terjadi saat berpacaran, misalnya melalui sentuhan fisik seperti berpegangan tangan. Oleh karena itu, orang tua wajib terus memberi edukasi seksual yang mencakup kesehatan reproduksi, pentingnya menerapkan konsen dalam berpacaran, hingga konsekuensi akibat hubungan percintaan yang kebablasan.
Baca juga: 11 Pertanyaan yang Bisa Ditanyakan saat Deep Talk Edukasi Seks bareng Remaja