Pernah mengalami berkencan dengan seseorang tapi gebetan kadang mesra, kadang dingin? Jika iya, kemungkinan besar ada dalam breadcrumbing relationship.
Selain cara-cara konvensional, saat ini mencari jodoh bisa dilakukan dengan kencan online, memanfaatkan aplikasi kencan, dan berkenalan di media sosial. Terhubung dengan orang lain secara online tentu saja merupakan sebuah keuntungan di era yang serba sibuk saat ini.
Tapi selain keuntungan, ada risiko yang mengintai, yang bisa menyebabkan frustrasi seperti foto-foto profil palsu, status hubungan yang tidak akurat, dan data diri yang kerap dilebih-lebihkan. Cuma itu? Tentu tidak. Ada bahaya lain seperti perilaku-perilaku buruk yang tersembunyi di balik status, data diri, dan foto wajah editan.
Kita pasti sudah familiar dengan istilah-istilah ghosting, benching, dan slow-fading. Nah, sekarang waktunya kita juga tahu tentang breadcrumbing relationship.
Breadcrumbing atau remah-remah roti adalah bentuk manipulasi dalam hubungan. Fenomena ini terjadi ketika seseorang berpura-pura tertarik untuk menjalin hubungan yang serius, tetapi sebenarnya tidak memiliki niat untuk melakukannya. Istilah ini semakin populer dengan berkembangnya aplikasi kencan online seperti Tinder, Bumble, Omi, Tantan, Badoo, OkCupid, dan lain sebagainya, serta meningkatnya penggunaan media sosial.
Breadcrumbing biasanya melibatkan pemberian ‘iming-iming’ atau ‘janji surga’ tanpa tindakan nyata untuk memenuhi janji tersebut. Perilaku ini memanfaatkan ketidakpastian dan harapan seseorang untuk mempertahankan perhatian orang yang sedang ia dekati. Hal ini sering kali membuat seseorang terjebak dalam hubungan yang tidak jelas arah tujuannya.
BACA JUGA: Wajib Tahu! 15 Hal Sederhana yang Bikin Istri Makin Bergairah pada Suami
Ketika kita merasa hubungan yang sedang kita jalani hanya menggantung tanpa kejelasan, kemungkinan besar kita sedang mengalami breadcrumbing relationship. Berikut adalah beberapa tanda umum breadcrumbing:
Pelaku breadcrumbing memang nggak punya niat serius, namun mereka juga tidak ingin benar-benar memutus hubungan dengan korbannya. Ketika kita mulai berhenti merespons atau kehilangan minat, pelaku breadcrumbing tiba-tiba berubah dengan meningkatkan usaha, seperti mengirim pesan lebih sering atau benar-benar memenuhi rencana pertemuan. Namun, tentu saja itu cuma janji-janji palsu dan pola ini akan terus berulang, membuatkita terjebak dalam siklus harapan palsu.
Breadcrumbing tidak hanya memengaruhi emosi seseorang tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan mental secara keseluruhan. Beberapa efek yang mungkin dirasakan meliputi:
Selain itu, breadcrumbing dapat menimbulkan rasa frustrasi dan kecemburuan, terutama jika pelaku juga berhubungan dengan orang lain, dengan cara yang serupa. Korban mungkin merasa terjebak dalam siklus di mana mereka terus berharap tetapi tidak pernah menerima dan memiliki hubungan yang nyata.
BACA JUGA: 5 Tren Kencan Toxic yang Mengintai Remaja, Mommies Wajib Waspada!
Menghadapi breadcrumbing bisa menjadi pengalaman yang sulit. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu:
Sampaikan bagaimana perilaku mereka memengaruhi diri kita. Jika mereka tidak merespons dengan serius, ini bisa menjadi tanda untuk melanjutkan hidup tanpa mereka.
Hanya tanggapi pesan saat kita merasa nyaman dan tentukan batasan komunikasi yang jelas.
Ingatkan diri sendiri bahwa kita pantas mendapatkan perhatian penuh, tulus, dan nyata, bukan ‘sisa-sisa perhatian’.
Jika merasa cukup nyaman, ajak orang itu bicara tentang apa yang kalian inginkan dari hubungan tersebut. Mengetahui harapan masing-masing dapat membantu kitamembuat keputusan yang tepat.
Fokus pada aktivitas yang membuat kita merasa bahagia dan membangun kembali kepercayaan diri Mommies. Luangkan waktu untuk mengejar hobi, berolahraga, atau bersosialisasi dengan teman dan keluarga.
Jika dampak breadcrumbing terasa berat, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan terapis atau konselor hubungan. Mereka dapat membantu Mommies mengatasi emosi dan menemukan strategi untuk move-on.
Breadcrumbing bisa menyakitkan, dan perasaan itu sepenuhnya valid. Dengan mengakui kenyataan tersebut, maka perlahan dapat mulai menjauh dari hubungan ini meskipun sulit.
Menceritakan situasi kita dengan seseorang yang kita percayai dapat membantu kita melihat gambaran yang lebih besar dan memahami bagaimana kita diperlakukan.
Untuk adilnya, bukan hanya orang lain yang bisa melakkan breadcrumbing. Mungkin tanpa kita sadari, kita juga begitu. Jika Mommies merasa mungkin telah melakukan breadcrumbing, lakukan beberapa hal pentingini:
Cari tahu mengapa kita merasa perlu melakukan breadcrumbing. Apakah karena takut berkomitmen, kebutuhan akan validasi, atau alasan lain?
Jika kita menyadari adanya pola yang tidak sehat, bicarakan secara jujur dengan orang yang terkena dampaknya. Mereka mungkin merasa kecewa, tetapi kejujuran adalah langkah awal untuk memperbaiki diri.
Terapis atau konselor dapat membantu kita mengatasi pola perilaku yang tidak sehat dan membangun hubungan yang lebih sehat di masa depan.
Jika Mommies siap untuk membangun hubungan yang lebih baik, buat komitmen untuk bersikap jujur dan tulus dalam setiap interaksi. Hal ini dapat membantu Mommies mengembangkan hubungan yang lebih bermakna.
Breadcrumbing dapat menyebabkan tekanan emosional yang signifikan. Namun, dengan belajar mengenali tanda-tanda perilaku ini dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri, Mommies dapat membangun hubungan yang lebih sehat berdasarkan rasa hormat, konsistensi, dan komunikasi yang terbuka. Ingat, Mommies pantas mendapatkan hubungan yang memberikan rasa aman dan kebahagiaan yang sejati.
Jika Mommies telah mengalami breadcrumbing, berusahalah untuk tetap percaya bahwa hubungan yang baik dan tulus itu ada. Dengan menetapkan standar yang lebih tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, kita dapat menciptakan hubungan yang lebih memuaskan di masa depan.
BACA JUGA: 7 Tanda Hubungan Seks yang Sehat dalam Pernikahan dan Tips Menjaganya
Cover: Freepik