Perbandingan Menarik Gaya Parenting Ayah Gen Millennial dan Gen Z

Parenting & Kids

Mommies Daily・3 days ago

detail-thumb

Mulai dari pengambilan keputusan hingga tantangan era digital, kenali gaya parenting ayah generasi Milenial dan Gen Z yang terus berkembang seiring waktu.

Peran ayah dalam mendidik anak terus mengalami perubahan. Ayah Milennial dan ayah Gen Z memiliki gaya parenting yang berbeda, masing-masing dengan kelebihan dan tantangannya sendiri. Untuk mengenal lebih dalam perbedaan gaya parenting ayah dari dua generasi berbeda ini dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya, simak penjelasan berikut ini.

Perubahan Pola Asuh Seiring Perkembangan Zaman

Sebelum masuk ke pembahasan gaya parenting, ada baiknya untuk memahami dulu bahwa tidak ada cara yang benar atau salah dalam mendidik anak. 

Tujuan utama semua orang tua, baik dari generasi Millennial maupun Gen Z, adalah membesarkan anak-anak yang bahagia, sukses, dan memiliki mental yang positif. Namun, perubahan teknologi dan sosial yang pesat tentu memengaruhi cara setiap generasi menjalankan pola asuhnya.

Para ayah dari generasi Milennial (anak lahir antara 1981 hingga 1996) memiliki pendekatan yang dipengaruhi oleh zaman mereka yang cenderung tradisional. Sementara itu, ayah dari generasi Gen Z (anak lahir mulai tahun 1997 hingga 2012) hidup di era teknologi yang serba cepat dan akses informasi yang tak terbatas. Ini membuat mereka lebih fleksibel dan terbuka terhadap berbagai perspektif baru dalam parenting.

BACA JUGA: 10 Peran Penting Ayah agar Anak Perempuan Tidak Salah Pilih Pasangan Hidup

1. Pergeseran Kekuasaan dalam Pengambilan Keputusan

Pada era ayah Milennial, umumnya semua keputusan berada di tangan orang tua. Mulai dari memilih baju, makanan, sekolah, hingga kegiatan di waktu luang, hampir semua aspek kehidupan anak diatur dan ditentukan oleh orang tua. Generasi ini tumbuh di bawah aturan yang ketat dan sering kali cenderung otoriter dalam mendidik anak.

Sebaliknya, ayah Gen Z lebih cenderung melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, terutama karena mereka melihat anak-anak mereka sudah memiliki pengetahuan yang lebih luas dan mandiri. Dengan akses teknologi, anak-anak saat ini lebih mengetahui perkembangan yang terjadi di sekitar mereka. Ayah Gen Z percaya bahwa anak-anak bisa memiliki suara sendiri dan memilih yang terbaik untuk diri mereka, tentunya dengan arahan dari orang tua. Pola asuh ini lebih mendukung tumbuhnya rasa percaya diri dan kemandirian pada anak.

2. Fleksibilitas dan Sikap Terbuka terhadap Kegagalan

Ayah Milennial cenderung menaruh ekspektasi tinggi pada anak-anaknya. Mereka ingin anak-anaknya sukses dan terkadang melihat kegagalan sebagai sesuatu yang negatif. Hal ini bisa membuat anak-anak merasa tertekan untuk memenuhi harapan orang tua mereka.

Namun, ayah Gen Z lebih fleksibel dalam hal ini. Mereka tidak memandang kegagalan sebagai sesuatu yang buruk, melainkan sebagai bagian dari proses belajar. Ayah Gen Z lebih menerima dan mendukung anak untuk terus mencoba, bahkan jika gagal sekalipun. Pola pikir ini membantu anak-anak merasa nyaman untuk mencoba hal-hal baru tanpa takut gagal, yang secara tidak langsung membangun kreativitas dan kemandirian.

3. Tantangan Baru: dari Bullying ke Cyberbullying

Jika di masa lalu para ayah Milennial lebih khawatir akan kasus bullying fisik di sekolah, kini para ayah Gen Z menghadapi tantangan baru berupa cyberbullying. Teknologi yang semakin canggih membuka ruang bagi kekerasan emosional yang sering kali sulit terdeteksi. Ayah Gen Z kini dituntut untuk tidak hanya menjaga keamanan fisik anak-anak, tetapi juga keamanan digital mereka.

Para ayah Gen Z perlu lebih waspada terhadap aktivitas online anak dan memberikan pemahaman tentang etika di dunia maya. Selain itu, mereka juga perlu membangun hubungan yang kuat dengan anak agar anak merasa aman untuk berbagi pengalaman atau masalah yang mereka hadapi, termasuk ketika menghadapi cyberbullying.

4. Pengenalan Konsep Uang dan Kemandirian Finansial

Dahulu, anak-anak Milennial hanya mendapat uang saku di hari-hari tertentu, seperti saat ulang tahun atau hari raya. Namun, kebutuhan dan gaya hidup anak-anak Gen Z berbeda. Mereka menginginkan uang saku rutin untuk membeli kebutuhan atau barang yang mereka inginkan.

Menariknya, anak-anak Gen Z cenderung lebih cerdas dalam mengelola keuangan. Mereka lebih paham akan konsep menabung dan mengerti nilai uang, mungkin karena mereka hidup di era di mana informasi tentang keuangan dan pengelolaan uang mudah diakses. Ayah Gen Z lebih mendorong anak-anaknya untuk belajar mengatur keuangan sendiri, memberikan mereka tanggung jawab dalam mengelola uang saku sehingga mereka bisa belajar mandiri sejak dini.

Foto: Josh Willink on Pexels

5. Memberikan Anak Ruang untuk Mandiri dan Berkembang

Generasi Milennial mungkin kurang mengenal konsep “ruang pribadi” atau “batasan” dalam hubungan orang tua dan anak. Dahulu, anak-anak cenderung lebih bergantung pada keputusan orang tua dan jarang memiliki kebebasan untuk mengutarakan pendapat atau memilih jalan mereka sendiri. Ayah Milennial biasanya merasa perlu mengawasi dan mengontrol setiap aktivitas anak untuk memastikan mereka berada di jalan yang benar.

Namun, para ayah Gen Z mulai melihat pentingnya memberikan ruang bagi anak-anak mereka. Mereka lebih peka terhadap kebutuhan anak untuk mendapatkan ruang pribadi dan kebebasan dalam berekspresi. Anak-anak masa kini lebih mandiri dan tahu cara menyampaikan pendapat mereka. Ayah Gen Z memahami bahwa dengan memberi anak-anak ruang, mereka membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki pendirian.

6. Menggunakan Gaya Parenting yang Adaptif dan Positif

Gaya parenting yang positif dan adaptif semakin populer ayah Gen Z. Mereka lebih mengutamakan pendekatan yang mendorong rasa percaya diri dan empati, dibandingkan pendekatan disiplin yang otoriter di kalangan ayah Gen Milennial.

Ayah Gen Z tidak segan untuk menanyakan perasaan anak tentang sesuatu dan membiarkan anak berekspresi secara bebas. Hal ini memungkinkan anak tumbuh dengan kesadaran emosional yang lebih tinggi, serta kemampuan untuk memahami perasaan orang lain.

Banyak ayah di generasi ini mengadopsi konsep “gentle parenting” yang menekankan hubungan yang hangat dan terbuka antara orang tua dan anak. Dengan begitu, anak-anak merasa didukung dan tidak ragu untuk mencari dukungan dari orang tua mereka. Hal ini sangat penting di tengah tantangan kehidupan modern yang sering kali penuh tekanan.

7. Mengedepankan Mental Health dan Kesejahteraan Emosional Anak

Gaya parenting zaman sekarang lebih banyak menekankan pentingnya kesehatan mental dan kesejahteraan emosional. Banyak ayah Gen Z yang memahami bahwa perkembangan emosional anak sangat penting dalam proses tumbuh kembang. 

Mereka mengedepankan pola komunikasi yang terbuka, di mana anak-anak diajak untuk mengutarakan perasaan mereka dengan bebas. Kesejahteraan emosional menjadi prioritas, karena mereka sadar bahwa anak yang sehat secara mental akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan hidup.

Tantangan Ayah Gen Z dalam Menerapkan Pola Asuh Fleksibel

Meskipun para ayah Gen Z lebih fleksibel dalam pola asuh mereka, hal ini bukan berarti tidak ada tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah menjaga keseimbangan antara memberikan kebebasan dan memberikan bimbingan. Terlalu banyak kebebasan bisa membuat anak merasa kurang pengawasan, sementara terlalu banyak kontrol bisa membuat mereka merasa tertekan.

Selain itu, para ayah Gen Z perlu memahami bahwa meskipun teknologi memberikan banyak manfaat, tetap ada risiko dan tantangan yang perlu dihadapi, seperti cyberbullying dan kecanduan gadget. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk terlibat secara aktif dalam kehidupan digital anak dan memberikan arahan agar anak-anak dapat menggunakan teknologi secara bijak.

BACA JUGA: Ayah, Stop Lakukan 7 Hal Ini saat Anak Perempuan Beranjak Remaja

Penulis: Kalamula Sachi

Cover: Arina Krasnikova on Pexels