Ketidakhadiran seorang ayah bisa menimbulkan luka emosional bagi anak. Begini caranya mencegah dan mengatasi dampak fatherless pada anak.
Tiadanya kehadiran sosok Ayah di dalam sebuah keluarga dapat menciptakan perasaan hampa dan terabaikan pada anak. Dampaknya juga terwujud pada kesejahteraan anak, hubungannya, dan pilihan-pilihanyang mereka buat setiap harinya hingga mereka dewasa. Mari kita cari tahu dampak fatherless terhadap perkembangan anak, dan apa yang bisa kita, para orang dewasa, lakukan untuk mengatasinya.
Coba bayangkan ketika batu dilemparkan ke dalam air kolam yang tenang. Batu yang menghantam permukaan air akan menimbukan percikan dan riak-riak yang merusak permukaan air. Nah, seperti itulah pengaruh kondisi fatherless terhadap kehidupan seorang anak. Sedih karena kondisi ini, apa pun penyebabnya, pasti bukan keinginan mereka.
Situasi ini bukan sekadar hilangnya kesempatan anak merasakan pengalaman bermain sepak bola, belajar naik sepeda, atau mengikat tali sepatu yang biasanya dilakukan bersama sosok ayah. Ketiadaan sosok ayah membentuk pemahaman anak, memengaruhi cara mereka memandang diri sendiri dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Situasi ini sangat memengaruhi perkembangan mereka.
Anak-anak yang bertumbuh tanpa sosok ayah sering kali bergulat dengan perasaan diabaikan, tidak berharga, penolakan, dan masih banyak lagi. Seiring bertambahnya usia, mereka akan semakin sadar akan ketidakhadiran sosok ayah yang membuat mereka mungkin merasa bersalah, merasa bertanggung jawab atas perpisahan kedua orang tua mereka, dan mungkin merasa menjadi beban bagi orang tua yang saat ini merawat mereka. Karena tidak paham caranya mengungkapkan rasa bersalah dengan cara yang tepat, anak-anak yang bertumbuh tanpa sosok Ayah cenderung memperlihatkan perilaku dan emosi negatif.
Mereka seperti sedang membawa ransel berat tak kasat mata berisi banyak batu yang melambangkan keraguan, perasaan tidak aman, ketakutan, dan stres yang harus mereka pikul entah sampai kapan. Efek ini tidak hilang secara otomatis saat anak tumbuh besar dan siklus ini dapat berulang dari generasi ke generasi, kecuali kita mengambil tindakan.
BACA JUGA: 10 Ketakutan Para Ayah pada Putrinya, Ini Cara Mengatasinya
Perilaku anak-anak yang bertumbuh tanpa sosok ayah tidak bisa disamaratakan satu dengan yang lain. Bentuknya dapat berbeda, seunik individu yang mengalaminya. Beberapa anak mungkin hanya agak nakal, beberapa kadang sampai menguji kesabaran, berusaha melewati batasan-batasan, hingga ada yang melakukan pelanggaran hukum tipis-tipis hanya untuk mendapatkan perhatian.
Anak-anak fatherless lainnya mungkin menarik diri, membangun tembok emosional yang sangat tinggi hingga orang-orang dewasa yang sangat berniat baik sekalipun kesulitan untuk meraih mereka. Di masa remaja, perilaku ini bisa semakin intensif. Remaja yang bergulat dengan keadaan tanpa sosok ayah ini mungkin akan melakukan perilaku berisiko untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh ketidakhadiran ayah mereka.
Pada situasi lainnya, anak bisa kesulitan menentukan jalan hidup karena tidak adanya dukungan dari seorang ayah. Ketika anak-anak ini memasuki usia dewasa, situasi fatherless berdampak pula dalam hubungan romantis mereka. Beberapa dari mereka sulit mengambil keputusan, bergantung kepada persetujuan pasangannya, sulit berkomitmen, dan takut ditinggalkan.
Cara anak-anak berduka pasti berbeda dengan orang dewasa. Orang dewasa cenderung lebih berpengalaman dalam menghadapi kesedihan dan lebih tahu caranya mengatasi kekecewaan dan kehilangan. Meskipun perceraian dan kematian merupakan hal yang traumatis bagi kita sebagai orang dewasa, cepat atau lambat, orang dewasa lebih mampu untuk move on.
Sedangkan, anak-anak harus memulai perjalanan hidup mereka tanpa sepenuhnya memahami kehilangan yang mereka alami, terutama jika kehilangan tersebut terjadi ketika mereka masih sangat kecil. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, anak-anak akan menyadari dan merasakan kehilangan yang semakin dalam.
Jadi, apa yang perlu orang dewasa khususnya orang tua lakukan untuk mencegah dan mengatasi situasi fatherless ini pada anak? Berikut saran untuk para orang tua dan orang dewasa yang berniat membantu:
Abaikan kata-kata negatif apa pun yang diucapkan oleh anak tentang diri mereka. Bahkan jika perkataan itu benar. Tapi pekalah terhadap apa yang akan Mommies ucapkan terutama jika itu mencerminkan cara pandang anak-anak Mommies terhadap diri mereka sendiri.
Selalu tekankan kepada anak-anak Mommies betapa bersyukurnya memiliki mereka. Biarkan anak-anak tahu hal-hal apa saja yang Mommies sukai dari mereka dan mengapa menjadi ibu mereka menjadikan Mommies pribadi yang lebih baik setiap harinya.
Beri tahu anak-anak meski tidak ada sosok ayah di dalam hidup mereka, ada banyak orang yang sangat mencintai, mendukung, dan selalu siap membantu mereka. Mommies bisa menyebutkan nama orang-orang itu.
Ya, situasi kita secara detail tidak perlu diceritakan kepada anak-anak. Mereka tidak perlu diberi beban tambahan karena menceritakan secara detail tidak membantu anak Mommies mengatasi rasa kehilangan itu.
Sayangnya, kita tidak selalu bisa berbicara dengan orang tua yang tidak ada untuk anak-anak tentang bagaimana tindakan mereka menyebabkan anak-anak sangat menderita. Jika memang memungkinkan, lakukanlah percakapan yang positif dan membangun untuk memberikan gambaran kepada anak-anak dan untuk mengetahui apa saja yang mereka butuhkan dari Mommies.
Jika memungkinkan dan kenal, cari tahu anak-anak di daerah tempat tinggal kita, keluarga besar, atau keluarga-keluarga yang tidak memiliki sosok ayah di lingkungan ibadah kita. Tanyakan apa yang dapat kita dan keluarga kita lakukan untuk membantu mereka.
Biasanya, anak-anak yang bertumbuh tanpa sosok ayah akan menarik diri dan sulit percaya ada orang yang peduli kepada mereka. Mereka tidak akan mencari bantuan. Kitalah sebagai orang sekitarnya yang harus berinisiatif menawarkan dukungan dan bantuan dan mungkin harus berulang kali.
Jika Mommies dan orang dewasa lain tahu ada hari-hari tertentu yang sangat berat buat anak (hari kematian, hari perceraian, hari Ayah), beri tahu anak Mommies bahwa Mommies menyayangi mereka, kita menyayangi mereka.
Pujilah anak-anak ketika mereka melakukan hal-hal baik. Jika mereka melakukan kesalahan, ingatkan dan anjurkan dengan lembut agar lain kali tidak mengulanginya lagi. Ini juga yang harus dilakukan oleh orang-orang dewasa lain. Biarkan anak-anak ini tahu bahwa selain ibu mereka, ada banyak orang dewasa lain yang peduli kepada mereka.
Menurut berbagai penelitian, tidak adanya sosok ayah di dalam keluarga bisa menjadi salah satu penyebab kemiskinan. Jadi, selama kita mampu dan tahu ada keluarga yang tidak memiliki sosok ayah di dalamnya, berbuatlah sesuatu. Membantu memenuhi kebutuhan mereka dapat dilakukan dengan banyak cara. Bisa dengan memberi uang, pakaian, makanan, buku-buku cerita, perlengkapan sekolah, hingga memperbaiki kran air atau mengganti bola lampu yang rusak.
Lakukan hal-hal baik ini secara rutin agar anak-anak yang tumbuh tanpa sosok Ayah tahu dunia tidak segelap yang mereka pikirkan. Jika mereka mampu punya pandangan dan sikap positif, mereka bisa menularkannya kepada yang lain dan siklus ini bisa kita akhiri.
BACA JUGA: Mengenal Ciri-ciri Anak Hebat yang Tumbuh tanpa Sosok Ayah Menurut Pakar
Cover: Kindel Media on Pexels