banner-detik
PARENTING & KIDS

Balita Senang Memainkan Alat Kelaminnya, Normalkah?

author

Fannya Gita Alamanda22 Oct 2024

Balita Senang Memainkan Alat Kelaminnya, Normalkah?

Balita suka memainkan alat kelaminnya ternyata merupakan bagian perkembangannya. Orang tua perlu khawatir jika balita kerap menunjukkan 13 perilaku ini.

Saat anak balita Mommies kedapatan menyentuh alat kelaminnya, jangan keburu punya pikiran buruk bahwa perilaku itu aneh dan menyimpang. Jangan khawatir apalagi stres karena menurut Nadya Pramesrani, M.Psi., Psikolog, CoFounder dari Rumah Dandelion, yang juga seorang Psikolog Keluarga dan Pernikahan, “Pada usia 2-6 tahun, perilaku ini normal, sebagai bentuk eksplorasi dan pengenalan anak terhadap bagian-bagian tubuhnya. Perlu dipahami bahwa perilaku ini bukan mengindikasikan anak mencoba menstimulasi diri secara seksual.”

Alasan Balita Senang Memainkan Alat Kelaminnya

Mulai sedikit lega ya, Mommies. Balita menyentuh atau memainkan alat kelaminnya adalah bagian dari perkembangan. Balita Mommies seperti menemukan bagian-bagian tubuh yang sewaktu masih bayi tidak bisa mereka sentuh sendiri. Terlebih lagi, balita mulai belajar bahwa menyentuh alat kelaminnya dapat terasa menyenangkan.

Pada usia yang sangat muda ini, anak-anak balita mulai mengeksplorasi tubuh mereka dengan menyentuh, menarik, mengusap, atau menggosok bagian-bagian tubuh mereka, termasuk alat kelamin. Seperti yang dijelaskan psikolog Nadya tadi, jangan menganggap perilaku ini bermotif seksual.

Balita melakukan ini biasanya karena didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu juga dapat mendorong anak-anak balita ini untuk mencoba melihat orang lain dalam keadaan telanjang, menggesekkan tubuh mereka dengan tubuh orang lain, dan banyak bertanya tentang alat kelamin. Seiring bertambahnya usia anak balita, mereka akan membutuhkan bimbingan dalam mempelajari bagian-bagian tubuh mereka, fungsinya, serta batasan-batasan sosial dan nilai-nilai kepantasan. 

Berikut adalah beberapa perilaku seksual normal pada balita dan anak prasekolah (usia 2 hingga 6 tahun):

  • Menyentuh atau menggosokkan alat kelaminnya di tempat umum atau di dalam kamarnya.
  • Keinginan untuk melihat atau menyentuh alat kelamin teman atau saudaranya.
  • Memperlihatkan alat kelaminnya kepada teman-teman sebayanya.
  • Berdiri atau duduk terlalu dekat dengan orang lain.
  • Mencoba melihat atau mengintip teman sebaya atau orang dewasa telanjang.

BACA JUGA: 7 Rekomendasi Film Edukasi untuk Balita, Hiburan Seru dan Mendidik!

Sebaiknya, Begini Reaksi Orang Tua

Pertama kali memergoki anak balita Mommies memainkan alat kelaminnya pasti bikin kaget. Tapi alih-alih bereaksi berlebihan seperti berteriak, marah, apalagi memukuli anak, Mommies bisa menerapkan beberapa saran dari Psikolog Nadya berikut ini:

  1. Orang tua bisa mengajarkan anak tentang konsep privasi, bahwa eksplorasi ini sebaiknya dilakukan di area private seperti kamar mandi dan bukan di tempat umum.
  2. Orang tua bisa mengajarkan tentang kebersihan, mengingatkan anak untuk mencuci tangan setelah memegang alat kelaminnya sebelum melakukan kegiatan lain.
  3. Orang tua juga bisa mengarahkan rasa penasaran anak ke hal lain atau mengallihkannya dengan memberikan kegiatan bermain yang lain. Jangan bertindak reaktif berlebihan seperti berteriak atau mengatakan bahwa itu perbuatan jorok/jelek/hal negatif. Kembali pahami bahwa ini adalah bentuk anak mengenali bagian-bagian tubuhnya.

Foto: master1305 on Freepik

Orang Tua Perlu Khawatir Jika 13 Tanda Ini Kerap Terjadi

Perilaku balita memainkan alat kelaminnya memang normal karena ini bagian dari perkembangan mereka, namun orang tua juga perlu mengetahui kapan perilaku seksual seorang anak mungkin lebih dari sekedar rasa ingin tahu yang tidak berbahaya dan harus ditangani oleh seorang profesional.

Menurut Psikolog Nadya bukanlah perilaku yang wajar bila anak-anak usia dini mendiskusikan perilaku seksual yang spesifik, menggunakan bahasa-bahasa seksual yang eksplisit, atau melakukan kontak seksual dengan orang lain. Bila hal ini terjadi, orang tua perlu mengambil tindakan lebih lanjut (bisa berbentuk diskusi bersama anak atau profesional), karena dikhawatirkan anak terpapar oleh informasi atau kegiatan yang seharusnya belum mereka alami.

Masalah perilaku seksual yang tidak normal dapat menimbulkan risiko terhadap keselamatan dan kesejahteraan anak balita Mommies. Hal ini juga dapat memengaruhi anak-anak lain yang bersinggungan dengannya. Beberapa perilaku yang perlu menimbulkan rasa khawatir adalah sebagai berikut:

  1. Untuk anak seusianya ia tahu lebih banyak hal tentang seks.
  2. Memaksa teman-temannya untuk melakukan permainan seks.
  3. Kerap kali bermain dan membicarakan seks dibandingkan anak-anak lain.
  4. Melakukan masturbasi di depan umum atau tindakan-tindakan berbau seksual lain sehingga mempengaruhi aktivitas sosialnya.
  5. Gemar menggambar bagian-bagian tubuh yang bersifat seksual.
  6. Takut atau kesal saat orang lain berbicara tentang tubuh atau jenis kelaminnya.
  7. Tindakan dan perilakunya menimbulkan rasa sakit, cedera emosional atau fisik pada diri mereka sendiri atau orang lain.
  8. Tindakan dan perilakunya sering berkaitan dengan agresi dan kekerasan secara fisik.
  9. Sering melakukan pemaksaan terhadap orang lain.
  10. Mensimulasikan tindakan-tindakan seksual seperti penetrasi dan sejenisnya kepada orang lain.
  11. Sering sekali melakukan permainan yang bersifat seksual seperti simulasi seks dengan atau tanpa mengenakan pakaian.
  12. Mengucapkan kata-kata yang agresif atau eksplisit secara seksual.
  13. Terus menyentuh atau menggosok-gosokkan alat kelaminnya meskipun orang tuanya sudah mencoba, bahkan berusaha memaksanya melakukan hal lain.

Hal lain yang perlu orang tua ketahui adalah bayi dan balita mungkin berperilaku berbahaya secara seksual karena berbagai alasan seperti:

  • Pernah melihat pornografi atau menyaksikan aktivitas seksual orang dewasa, dan anak melakukan kembali apa yang telah dilihatnya.
  • Pernah mengalami pelecehan seksual atau bentuk pelecehan anak lainnya.
  • Merasa sulit untuk mengekspresikan dan mengelola emosinya.

BACA JUGA: Mari Kenali 7 Masalah Perilaku pada Balita, Supaya Mommies Nggak Frustasi

Cover: Freepik

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan