Sorry, we couldn't find any article matching ''
10 Kesalahan Orang Tua Saat Potty Training dan Cara Menghindarinya
Melakukan satu kesalahan saat mengajari anak potty training bisa merusak semua usaha Mommies, jadi hindari kesalahan berikut!
Ketika anak-anak mencapai usia tertentu, ada satu keterampilan yang harus diajarkan karena bisa membuat kemudahan, baik bagi anak maupun untuk Mommies. Keterampilan tersebut adalah potty training. Namun, mengajarkan potty training pada anak punya tantangan tersendiri. Sehingga, orang tua perlu memahami caranya agar bisa menghindari kesalahan saat menerapkannya pada anak.
Potty training adalah titik balik dalam kehidupan seorang anak dan merupakan langkah penting dalam proses pertumbuhan mereka. Terkadang, kesalahan yang dibuat oleh orang tua selama proses ini dapat menyebabkan stres pada anak, memperpanjang proses potty training atau bahkan menyebabkannya menjadi bumerang.
Jika tidak dilakukan dengan benar, hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada perkembangan fisik, kognitif, dan kebutuhan alamiah anak Mommies, loh. Nah, sebelum melangkah lebih lanjut dan membahas kesalahan tersebut, satu hal yang harus Mommies ketahui adalah potty training berbeda dengan toilet training.
Perbedaan potty training dan toilet training
Perbedaan utama potty training dan toilet training tampak dalam medium yang digunakan. Potty adalah pispot anak yang berbentuk seperti mangkuk dalam yang digunakan anak kecil sebagai pengganti toilet.
Toilet training menggunakan toilet yang ada di dalam kamar mandi, yang juga digunakan oleh keluarga lainnya yang lebih besar. Toilet training adalah mengajari anak untuk mengenali sinyal tubuh mereka untuk buang air kecil dan buang air besar. Ini juga berarti mengajari anak untuk menggunakan kursi toilet atau toilet dengan benar dan pada waktu yang tepat.
Biasanya potty training mulai dikenalkan pada balita usia 18 tahun hingga 2 tahun, sedangkan toilet training diajarkan pada usia 3-4 tahun.
BACA JUGA: Mari Kenali 7 Masalah Perilaku pada Balita, Supaya Mommies Nggak Frustasi
Kesalahan umum orang tua saat potty training
Untuk menghindari kesalahan dalam hal yang begitu penting ini, berikut ini yang harus Mommies dan orang tua lain lakukan.
1. Mulai pelatihan potty training sedini mungkin
Usia wajar untuk melatih anak potty training adalah mulai dari usia 18 bulan hingga 2 tahun. Memang ada beberapa orang tua yang memulai pelatihan lebih dini, tapi hati-hati karena ini bisa membuat anak tidak nyaman.
Misalnya, jika anak belum bisa duduk dengan sempurna, lebih baik tunggu waktu hingga ia mampu duduk dengan sendirinya. Jangan termakan gengsi jika ada Mommies lain yang bilang kalau anak mereka sudah fasih potty training, karena setiap anak punya milestone berbeda.
2. Tidak ada kesiapan
Saat memutuskan untuk melatih anak potty training, tentu banyak persiapan yang harus Mommies lakukan. Mulai dari membeli potty yang nyaman hingga memutuskan apa reward yang akan diberikan jika anak berhasil menggunakan potty. Seperti halnya dalam pekerjaan apa pun, kesuksesan membutuhkan persiapan yang matang.
3. Reaksi berlebihan saat anak melakukan kesalahan.
Ingatlah bahwa pelatihan ini dilakukan pada anak Mommies yang masih balita. Salah satu kesalahan potty training yang umum adalah memiliki reaksi besar. Misalnya berteriak atau memberi tahu anak bahwa kesalahan mereka membuat Mommies kecewa. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi takut dan enggan untuk melakukan latihan kembali.
4. Memaksa anak buang air besar di pispot
Sangat umum bagi anak-anak untuk dengan senang hati menggunakan pispot untuk buang air kecil, namun menolak untuk buang air besar di dalamnya. Hal ini sangat normal dan tidak perlu dikhawatirkan, loh.
Kabar baiknya, sebagian besar anak-anak akan mulai buang air di pispot pada waktunya. Nah, terkadang orang tua memaksa anak mereka untuk duduk di pispot atau toilet sampai mereka buang air besar. Padahal ini bisa membuat mereka trauma.
Foto: Instagram @nehnehbaby
5. Tidak sabaran
Kesal dan marah karena anak tidak juga bisa menggunakan potty padahal Mommies sudah cukup lama mengajarinya? Jangan masukkan ke hati karena proses ini memang butuh kesabaran tinggi.
Bahkan ketika semuanya berjalan lancar, anak mungkin akan mengalami kemunduran dalam potty training. Selama proses ini, Mommies harus tetap bersabar dan bersikap positif. Singkatnya, Mommies harus menjaga ekspektasi tetap rendah dan tidak memperhatikan komentar negatif dari orang-orang di sekitar.
6. Tidak konsisten
Anak-anak membutuhkan rutinitas dan aturan. Setelah mereka memahami dan mulai menerapkan apa yang harus dilakukan, bagaimana, dan di mana, Mommies harus memastikan bahwa orang lain juga menggunakan metode yang sama.
Mommies harus yakin bahwa semua orang yang terlibat dengan anak, seperti pengasuh, tante, dan kakek serta nenek, berperilaku konsisten. Meskipun metode dapat bervariasi untuk setiap anak, bersikap konsisten adalah hal yang paling penting untuk dilakukan.
7. Anak kembali memakai popok
Mommies mungkin tergoda untuk kembali memakaikan popok pada anak saat potty training tidak berhasil dalam beberapa percobaan. Namun ini bisa jadi kesalahan fatal, bahkan membuat anak melupakan semua pelatihan mereka.
Popok memberikan sinyal lampu hijau kepada anak untuk buang air kecil dan buang air besar di dalamnya. Hal ini kembali pada ketidakkonsistenan dan pesan yang campur aduk yang telah disebutkan sebelumnya.
8. Menerapkan hukuman keras
Ada beberapa orang tua yang memilih mendidik anak dengan tegas dan tak jarang memberikan hukuman jika anak melakukan kesalahan. Ini tidak disarankan dalam potty training. Ingatkan diri terus menerus bahwa anak dapat melakukan kesalahan berkali-kali selama pelatihan ini.
Ini tidak akan mudah. Mommies mungkin perlu membersihkan lantai dan karpet berulang kali. Selain itu, akan ada banyak pakaian dalam kotor dan Mommies harus mencucinya. Namun yakinkan diri sendiri jika anak akan mendapatkan keuntungan besar jika anak lulus dari potty training.
9. Terlalu sering bertanya apakah anak ingin menggunakan potty
Mommies mungkin berpikir bahwa semakin sering bertanya pada anak “Apakah kamu mau menggunakan potty?”, maka semakin cepat pula ia akan berhasil dalam potty training.
Sayangnya, salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan adalah terlalu sering memeriksa anak. Mommies harus menghindari terus-menerus menanyai anak dan ini akan segera membuat anak merasa terbebani, menyebabkan mereka mengembangkan sikap negatif terhadap potty training.
10. Membuat anak duduk terlalu lama
Dengan memaksa si kecil duduk di potty dalam waktu lama, Mommies berisiko membuat mereka mengasosiasikannya sebagai hukuman atau peristiwa negatif. Terutama jika hal ini terlalu sering Mommies lakukan.
BACA JUGA: Anak Baru Pertama Kali Haid, Bawa 5 Barang Ini ke Sekolah
Penulis: Imelda Rahma
Cover: Freepik
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS