Sorry, we couldn't find any article matching ''
Waspada, Kenali 15 Tanda Anak Terjebak dalam Hubungan yang Tidak Sehat!
Bagaimana cara mengetahui apakah anak tersayang berada dalam hubungan yang tidak sehat? Apa yang harus orang tua lakukan? Cek di bawah ini!
Tidak pernah ada orang tua yang ingin anak-anak yang mereka besarkan dengan kasih saying dan dilindungi dengan segenap jiwa diperlakukan dengan buruk oleh teman-teman atau pacarnya dalam hubungan yang tidak sehat. Sebagai orang tua, Mommies dan Daddies pasti ingin mereka terhindar dari hal-hal buruk, tetapi dunia memang tidak seindah kisah dongeng.
Masalahnya kadang tidak mudah membantu karena seringkali anak yang terjebak dalam toxic friendship dan toxic relationship tidak mau berterus terang. Dia lebih suka menyimpan lukanya sendirian. Di sinilah kejelian Mommies dan Daddies dibutuhkan untuk mengenali tanda-tanda anak yang sedang terlibat dalam hubungan yang toksik.
Kebanyakan orang hanya tahu bahwa pelecehan dan kekerasan terjadi dalam bentuk fisik. Padahal kekerasan emosional, verbal, dan seksual juga merupakan jenis pelecehan lain yang sama berbahayanya.
BACA JUGA: Viral, Anak Balita Membully Teman Seumurannya, Kok Bisa? Ini Kata Psikolog
Ciri-Ciri Hubungan yang Tidak Sehat
“Hubungan yang tidak sehat adalah hubungan di mana satu pihak dalam hubungan tersebut merasa tidak bahagia dan merasa tidak mendapatkan benefit atau manfaat dari hubungan yang sedang dijalaninya. Dan bahkan merasa tersakiti,” terang Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi, Psikolog Klinis Anak dan Remaja.
Sementara banyak orang lebih sering dengar tentang hubungan yang tidak sehat dalam berpacaran, ada juga yang namanya toxic friendship. Toxic friendship adalah pertemanan yang terus-menerus berdampak negatif pada kesejahteraan emosional dan psikologis seseorang. Tidak seperti pertemanan yang sehat, teman yang toxic sangat menguras tenaga. Di dalam pertemanan seperti ini tidak ada rasa saling: menyayangi, saling menghormati, saling menguatkan, saling melindungi, dan saling mendukung.
Baik toxic relationship dan toxic friendship, bentuknya bisa berupa kekerasan fisik maupun agresi verbal yang dapat menimbulkan tekanan emosional. Dalam beberapa kesempatan, kita akan sulit mengetahui anak sedang mengalami toxic friendship dan pacaran, terutama jika pelecehan tersebut tidak bersifat fisik seperti kekerasan verbal, emosional, finansial, dan lain lain.
Pelecehan dan kekerasan emosional sangat bisa terjadi dalam hubungan pertemanan dan pacaran dan sering diabaikan karena tanda-tandanya bisa disembunyikan. Namun, hubungan yang tidak sehat baik toxic relationshp maupun toxic friendship sama-sama bisa menimbulkan trauma dan sulit diatasi.
Tanda-Tanda Anak Menjalani Hubungan yang Tidak Sehat
Kecuali ada tanda-tanda kekerasan fisik yang jelas, kita mungkin akan kesulitan mengidentifikasi korban dari hubungan yang tidak sehat, baik pacaran maupun pertemanan. Jika Mommies dan Daddies adalah orang tua dan mengkhawatirkan keselamatan dan kesehatan mental anak-anak, carilah tanda-tanda di bawah ini.
- Stres, cemas dan gugup yang ekstrim
- Kehilangan minat terhadap aktivitas favoritnya
- Sering menangis di malam hari
- Hilangnya rasa percaya diri
- Sangat gelisah
- Merasa nggak punya siapa-siapa
- Kehilangan jati dirinya
- Takut atau tidak nyaman ketika mendengar nama pacar atau teman yang toksik disebut
- Menunjukkan perilaku mengontrol, sangat posesif, dan cemburu
- Selalu menyalahkan orang lain
- Hipersensitivitas – mudah tersinggung (kerap bilang, “Aku benci diriku sendiri” dan “Semua yang aku lakukan selalu salah”)
- Temperamen sering meningkat
- Sulit percaya pada orang lain
- Menghindari bertemu orang lain
- Sering terpaksa berbohong untuk menutupi kondisinya dan melindungi orang yang menyakitinya
Foto: Freepik
Cara Bantu Anak Memiliki Hubungan Pertemanan dan Pacaran yang Sehat
Lakukan deretan hal ini untuk membantu anak agar mereka memiliki hubungan peremanan yang sehat dan bebas dari toxic relationship.
1. Ajak anak bercerita tentang lingkungan sosialnya
Anak-anak biasanya akan tertarik menjalin pertemanan dengan teman-teman yang sefrekuensi dengan mereka. Upayakan mengajak mereka ngobrol setiap hari tentang teman-teman mereka dan cara mereka bergaul. Apa yang anak-anak Mommies sukai dari teman-temannya, bagaimana teman-temannya memperlakukan anak-anak Mommies dan orang lain, dan bagaimana perasaan anak-anak Mommies terhadap diri mereka sendiri. Orang tua tidak bisa memilihkan teman tapi bukan berarti Mommies dan Daddies tidak bisa bantu anak memeriksa dan menyaring teman-teman mereka.
Caranya dengan membuat mereka mau bercerita, undang teman-teman anak-anak Mommies ke rumah untuk mengamati interaksi mereka, dan selalu mendukung anak-anak untuk membuat keputusan yang benar memilih teman yang baik.
2. Beri contoh hubungan yang baik
Untuk membantu anak menghindari toxic friendship dan toxic relationship, Mommies dan Daddies dapat mencoba berbicara dengan anak-anak tentang sosok teman yang baik: teman akan saling menjaga, menyayangi, saling mengingatkan ketika ada niat untuk melakukan hal yang buruk, dan saling menghargai.
Hal ini juga mendorong anak-anak untuk memiliki banyak teman dari berbagai tempat, seperti sekolah, klub olahraga atau sosial, teman keluarga, dan tetangga. Komunikasi yang terbuka dan sehat akan membuat anak Mommies mau bercerita kepada Mommies dan Daddies jika ia merasa pacar atau temannya memperlakukan dia dengan tidak baik.
3. Ceritakan pengalaman pribadi
Mommies dan Daddies juga bisa menceritakan kisah pertemanan kalian dengan sahabat masing-masing. Jika Mommies dan Daddies pernah mengalami sendiri atau tahu orang lain yang pernah menjalani hubungan pertemanan dan pacaran yang tidak sehat, hal ini dapat membantu anak-anak merasa bahwa orang tua mereka memahami apa yang mereka alami.
4. Jadilah teladan
Agar anak-anak tidak menjadi teman dan pacar yang toxic, jadilah teladan bagi mereka, Anak-anak perlu melihat bagaimana Mommies dan Daddies membentuk dan memelihara hubungan yang positif – dengan pasangan, teman, keluarga, tetangga, dan rekan-rekan kerja.
“Hubungan anak-anak dengan teman atau pacar atau siapapun di luar keluarga itu berdasarkan bagaimana hubungan mereka dengan orang tua mereka sendiri. Bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain ditentukan dengan bagaimana pola interaksinya dengan orang tua mereka,” jelas psikolog Vera.
5. Ajarkan anak berempati
“Hubungan anak-orang tua merupakan wadah pertama anak untuk belajar bagaimana berinteraksi. Jadi pastikan hubungan Mommies dan Daddies dengan anak-anak bukanlah hubungan yang tidak sehat atau toxic. Kembangkan empati di dalam diri anak-anak dengan memperlakukan mereka secara empatik. Ketika anak bisa berempati, maka dia tahu batasan saat berinteraksi dengan orang lain.”
Anak-anak Mommies dan Daddies juga akan belajar dengan mengamati hubungan orang tua mereka, yang memperlihatkan rasa hormat, empati, dan selalu menggunakan cara-cara positif untuk menyelesaikan konflik.
BACA JUGA: Tips Menjauhkan Anak dari Teman Toksik, Kenali Juga Ciri-Cirinya!
Cover: Freepik
Share Article
COMMENTS