Okki Sutanto, Penulis dan Pengusaha yang Patahkan Stigma Patriarki di Indonesia

MD Powerful People

Mommies Daily・11 Jul 2024

detail-thumb

Selalu hadir dan berusaha untuk anak, Okki Sutanto bagikan ceritanya dalam mematahkan stigma patriarki sebagai orang tua generasi alpha.

Sebagai seseorang yang sukses mendirikan bootcamp menulis dan membuat konten (Rehab BNN), memiliki broadcast channel, serta menulis dan merilis buku, Okki Sutanto (34) tetap senantiasa hadir dan bekerja sama bersama sang istri dalam mengurus buah hatinya, Hazel yang baru saja lahir pada Mei 2024 lalu.

Bersama Mommies Daily, Okki membagikan ceritanya tentang kekhawatiran terbesarnya sebagai orang tua dari generasi alpha hingga cara menjaga quality time bersama istri. Simak kisahnya di bawah ini, yuk, Mommies!

BACA JUGA: 75 Panggilan Sayang dari Si Kecil ke Ayah

Apa Tiga Kekhawatiran Terbesar dalam Menjadi Orang Tua dari Generasi Alpha dan Cara Menghadapi Kekhawatiran Tersebut?

Kekhawatiran terbesar saya saat menjadi orang tua generasi alpha tentunya tidak jauh dari seputar teknologi, lingkungan, serta kehancuran bumi. Hal ini disebabkan karena dampak dari teknologi sendiri yang sangat besar, seperti halnya yang dibahas pada buku The Anxious Generation. Selain dapat membuat anak-anak menjadi ketergantungan, teknologi juga membuat mereka menjadi sulit untuk fokus, sulit mengendalikan emosi, stres, atau bahkan terkena isu kesehatan mental lainnya.

Saya berharap agar bisa menjadi sosok orang tua yang bijak dan dapat meminimalisir segala dampak buruk dari teknologi, tanpa harus membuat anak merasa terkucilkan dari pergaulan atau lingkaran sosial yang ada di sekitarnya. Untuk kekhawatiran kedua yakni lingkungan, khususnya pada kualitas udara yang ada di wilayah Jabodetabek yang semakin berkurang dan tidak sehat bagi si kecil.

Sedangkan untuk kekhawatiran yang ketiga yakni kehancuran bumi, hal ini disebabkan karena adanya krisis iklim yang semakin nyata serta bencana alam yang tidak bisa diprediksi. Kondisi tersebut membuat saya khawatir tentang bagaimana jika bumi semakin hancur pada saat anak kita tumbuh dewasa. Apabila ditanyakan bagaimana cara untuk menghadapi kekhawatiran tersebut, saya merasa cukup bingung dan hanya bisa berdoa serta berikhtiar. Selain itu mulailah dengan melakukan hal-hal yang kecil, seperti mengurangi sampah plastik.

Ingin Menjadi Sosok Ayah Seperti Apa untuk Anak?

Sesederhana menjadi ayah yang selalu hadir saja untuk anak dan selalu ada pada saat dia membutuhkan. Saya ingin menjadi seorang ayah yang selalu menemani anak dalam bertumbuh, bermain, dan mengeksplorasi dunia sesuai dengan potensi serta minatnya masing-masing. Memang tidak ada orang tua yang sempurna, tetapi saya akan selalu hadir dan mengusahakan yang terbaik untuk si kecil.

okki sutanto

Apa Pola Asuh Orang Tua yang Ingin Ditiru dan Diterapkan Kepada Anak? Lalu, Apa yang Tidak Mau Ditiru?

Saat kecil ayah saya tidak selalu hadir karena sibuk akan pekerjaannya sehingga komunikasi dengan ayah menjadi terbatas. Hal tersebutlah yang ingin saya perbaiki pada pola pengasuhan yang diberikan kepada anak saya. Sedangkan untuk pola asuh yang akan saya terapkan adalah pemberian kebebasan dan dukungan bagi saya untuk mengeksplorasi berbagai hal.

Hal-hal baru tersebut mulai dari buku-buku bacaan, berbagai varian olahraga, sampai dengan kursus bahasa. Itulah mengapa orang tua saya mengizinkan untuk berkuliah di jurusan yang saya inginkan dan mereka selalu mendukung serta mendoakan saya yang terbaik tanpa adanya tuntutan apapun.

Apa Tantangan Menjalani Peran Ayah di Indonesia yang Masih Patriarki dan Cara Mematahkan Tantangan Tersebut?

Cara mematahkan tantangan tersebut menurut saya adalah dengan memulainya dari diri sendiri, tanpa harus peduli akan pandangan dari orang-orang yang ada di sekitar kita. Misalnya pada setiap pagi saya mengajak anak berkeliling komplek sambil berjemur, saya merasa menjadi satu-satunya ayah yang melakukan kegiatan tersebut. Pasalnya, biasanya anak-anak lain yang ada di sekitar komplek didampingi oleh ibu, nenek, atau suster mereka ketika berjemur dan bermain.

Tidak jarang juga saya mendapat tatapan aneh dari orang-orang sekitar karena menjadi satu-satunya ayah yang mengajak anak bermain, baik itu di taman dan kolam renang. Namun, hal tersebut tidak jadi masalah dan saya tidak terlalu mempedulikan pandangan ataupun anggapan lingkungan.

Saya juga kerap kali membagikan momen-momen ini ke media sosial pribadi, bahwa saya juga bisa melakukan hal-hal yang dilakukan oleh istri. Mulai dari mengganti popok, membantu menidurkan anak, membantu saat minum susu dari botol, mengajak bermain, hingga memandikan anak. Semoga hal ini bisa membuka ruang diskusi dan menginspirasi ayah-ayah lain di luar sana untuk mengetahui bahwa tanggung jawab membesarkan anak merupakan tanggung jawab bersama.

Dalam Menjalankan Peran sebagai Ayah, Penulis, Content Creator, serta Suami, Bagaimana Cara Menjaga Quality Time Bersama Istri?

Pada saat ini masih terbilang cukup sulit karena usia anak yang masih sangat kecil, yakni baru berusia dua bulan. Selain itu, dalam mengurus anak, saya bekerja sama dengan istri tanpa bantuan dari mertua ataupun suster. Semuanya kita lakukan secara bersama-sama, seperti begadang dan capek bersama.

Namun, saya bersama istri sesekali mencuri waktu pada saat si kecil sudah tidur. Saya dan istri menghabiskan waktu dengan makan bareng sambil ngobrol bersama di ruang makan. Kami juga sudah sepakat bahwa ketika nanti anak sudah sedikit lebih besar, kami dapat menitipkannya kepada mertua atau daycare, sehingga weekend bisa diisi dengan quality time berdua, mulai dari jalan-jalan ke mall, menonton film, atau staycation tanpa anak.

Pesan untuk Para Ayah di Indonesia dari Seorang Okki Sutanto!

Pesan yang pertama adalah jangan pernah bebankan segala tanggung jawab dalam mengurus anak kepada istri. Itu karena kami yang mengurus anak secara bersama saja terkadang merasa stres, burnout, dan rasanya mau meledak. Bagaimana jika semua tugas dan tanggung jawab dibebankan kepada satu orang saja? Hal itulah yang bisa menyebabkan munculnya baby blues atau bahkan stres.

Kedua, tidak usah muluk-muluk menjadi seorang ayah yang sempurna. Cukup selalu hadir dan berusaha, karena kedua hal tersebutlah yang dibutuhkan oleh anak.

BACA JUGA: 7 Rekomendasi Parfum untuk Para Ayah, Mulai dari Rp60.000

Ditulis oleh: Nariko Christabel

Foto: Dok. Pribadi